bontangpost.id – Aliran sungai yang melintas di Tanjung Laut memerah, pekat. Membuat heboh warga, Rabu (12/8/2020) sekitar pukul 18.00 Wita hingga dini hari. Peristiwa yang sama pada 2018 itu terjadi lagi. Bontangpost.id menyusuri aliran sungai, Kamis (13/8/2020) dini hari. Mencari titik awal yang membuat air menjadi merah. Mulai samping Gedung Ainia Rasyifa. Berujung pada pencucian mobil di Jalan Beringin, Berebas Tengah.
Di lokasi, awak media ini menemui Kamarullah, pemilik pencucian. Dia mengaku bahwa dari tempatnya semua berasal. Berawal dari aktivitas mencuci tandon kotak berisi cairan merah.
“Ada orang yang membawa empat tandon untuk dicuci. Baru satu yang sudah dicuci. Setelah saya melihat aliran air jadi merah, saya minta berhenti,” terangnya.
Dia kemudian menunjuk salah satu rumah yang diduga tempat tandon itu berasal. Benar saja, rumah itu hanya selemparan batu dari tempat pencucian. Awak media ini menemui Sri Susanto, akrab disapa Sentot, pemilik tandon. Dia tidak membantah bahwa dialah biang yang membuat air menjadi merah.
“Iya, benar memang kemarin ada tandon dibersihkan,” bebernya.
Dijelaskan, warna merah yang mencemari sungai warga bukan berasal dari cat. Namun pewarna pupuk subsidi yang menempel di tandon. Warnanya memang cukup pekat. Jadi, ketika tandon dicuci, seketika mengubah air yang dilalui sisa pencucian. Sisa cucian itulah yang mengambang di permukaan sungai, dan mengubahnya jadi merah pekat.
Sentot mafhum benar bila tandon sisa pupuk, apalagi yang berwarna seperti itu tak boleh sembarang dicuci. Mestinya dibersihkan di tanah lapang. Sehingga air bekas pencucian bisa langsung meresap. Bukan membuangnya di parit atau aliran sungai aktif. Dia sudah tak melakukan ini sejak 2018.
“Kalau ada mau beli, saya bawa ke tempat yang lebar biar airnya terserap,” ujarnya.
Hanya kala kejadian itu, dia tak berada di rumah. Pemilik pencucian pun tak di lokasi. Cuma ada pegawai pencucian.
“Sudah tahu soal itu. Bahkan sejak 2018 sudah tidak dilakukan,” ungkapnya.
Kejadian yang terjadi kali ini disebutnya kebobolan. Mereka tak tahu-menahu konsekuensi mencuci tandon itu bisa mencemari sungai.
“Yang punya tandon memang saya. Kebetulan pas dicuci saya enggak ada. Bosnya pencucian juga tidak. Makanya, itu kebobolan saja. Kalau tahu pasti dilarang,” urainya.
Atas kejadian ini, Sentot berjanji lebih hati-hati. Agar kejadian serupa tidak terulang. Hingga membuat masyarakat resah. Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang bertindak cepat saat mendapat laporan. Mereka mengambil sampel air, Kamis dini hari. Hasilnya akan keluar satu atau dua hari ke depan.
“Kami akan memeriksa pH (derajat keasaman) dan suhu. Kami juga ambil sampel air yang tidak tercemar sebagai pembanding,” kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran DLH Bontang, Safriansyah. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: