Banjir kerap menjadi momok bagi warga Bontang yang tinggal di sekitar bantaran sungai di Kelurahan Api-Api. Namun bukan banjir yang paling ditakuti warga. Melainkan buaya penghuni sungai yang bisa naik kapan saja ke daratan ketika air meluap.
MEGA ASRI, Bontang
Kini ancaman itu tak lagi dirasakan warga. Pasalnya dari program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-102 Tahun 2018, Kodim 0908/BTG melakukan penurapan sungai sepanjang 135 meter dan tinggi 3,5 meter di sisi sebelah kanan sungai yang melintas di simpang empat Bontang Kuala tersebut.
Minggu (5/8), Sugiyanti duduk memperhatikan sang suami membantu TNI menyelesaikan pengerjaan turap sungai. Bersama keluarganya, warga RT 27 Api-Api ini tinggal di bantaran sungai Kelurahan Api-Api.
Melihat penurapan sungai sudah hampir rampung, Sugiyanti merasa sangat senang. Pasalnya sejak dahulu, dia sudah berkali-kali meminta penurapan ke pemerintah daerah maupun ke pihak legislatif. Namun, semua permintaannya itu tak mendapat jawaban.
Barulah melalui program TMMD ke-102 di 2018 ini, keinginan Sugiyanti dan sebagian besar masyarakat di wilayah tersebut dapat terwujud. “Alhamdulillah, senang sekali, yang ditunggu-tunggu akhirnya terwujud,” tutur Sugiyanti.
Kepada Bontang Post, Sugiyanti mengisahkan, bila hujan deras, rumahnya tak pernah kebanjiran. Kalaupun hujan turun seharian dan menyebabkan sungai meluap, ketinggian air hanya sebatas parit dan tidak sampai masuk ke rumahnya.
Padahal, rumah Sugiyanti persis berada di bibir sungai dan paling ujung, dekat jembatan persimpangan Bontang Kuala. “Saya sejak 1996 tinggal di sini tak pernah kebanjiran. Walaupun tetangga kebanjiran, di sini (rumah Sugiyanti, Red.) tidak pernah,” kisahnya.
Meski tidak kebanjiran, meluapnya sungai memberikan ancaman lain bagi keluarga Sugiyanti. Salah satunya ancaman longsor. Namun yang lebih dikhawatirkannya yaitu ancaman binatang melata yang biasa muncul jika air sungai meluap. Buaya dan ular piton, dua binatang berdarah dingin itu tercatat pernah menampakkan wujudnya ketika terjadi banjir.
Keberadaan binatang jenis reptil tersebut mebuat Sugiyanti resah dan tak bisa tidur nyenyak. Apalagi jika air sungai meluap semalaman.
“Yang dikhawatirkan bukan longsor, tapi buaya. Di sini gede-gede buayanya, kalau air naik juga banyak ular keluar. Itu semua bikin enggak bisa tidur nyenyak, apalagi suara airnya juga deras sekali,” ungkapnya.
Meski demikian, Sugiyanti mengaku jarang melihat buaya di sungai tersebut. Namun jika sedang banjir, ada saja buaya yang melintas. Sementara dalam kondisi air sungai dangkal, buaya tak pernah muncul ke permukaan. “Infonya saat dibangun turap sempat melintas buaya sekali pada malam hari sekira pukul 23.00 Wita. Tetapi saya sendiri juga tidak melihatnya,” imbuh Sugiyanti.
Dalam penurapan ini, empat prajurit TNI menginap di kediaman Sugiyanti. Dia mengaku keberadaan para tentara itu tidak pernah merepotkan. Justru dia mengucapkan banyak terima kasih. Karena dengan kehadiran prajurit TNI tersebut, turap sungai dapat terwujud.
Sayangnya kebersamaan itu sebentar lagi akan berakhir. Dari informasi yang didapatkannya, Sugiyanti menyebut program TMMD ke-102 ini tersisa beberapa hari saja.
“Pasti sepi nanti kalau sudah selesai (penurapan). Soalnya mereka (TNI, Red.) bilang sampai tanggal 8 Agustus saja. Padahal kalau ada mereka, menonton bola timnas Indonesia jadi ramai,” ungkapnya.
Setelah penurapan selesai, Sugiyanti menyatakan sudah merasa puas. Karena keinginan penurapan sungai belakang dan samping rumahnya sudah terwujud. “Sudah cukup keinginan saya, hasilnya juga bagus. Kerja sama mereka bagus juga, sangat kompak,” tutupnya.
PERKUAT KEMANUNGGALAN TNI
Terkait TMMD ke-102 di Bontang, Dandim 0908/BTG Letkol Arh Gunawan Wibisono mengatakan, sasaran fisiknya meliputi dua kecamatan. Di wilayah Bontang Utara yakni penurapan sungai Kelurahan Api-Api sudah mencapai 95 persen. Pekerjaan yang tersisa hanya tinggal pembuatan mata sapi dan finishing lainnya.
Sementara di Masjid Nurul Jariyah Loktuan, juga sudah mencapai 90 persen. Lantas pemasangan paving block di Gereja Kemah Injil Indonesia Haleluya (KIIH) Kelurahan Gunung Telihan sudah rampung 100 persen.
Dijelaskannya, program TMMD ini dimulai sejak 10 Juli hingga 8 Agustus mendatang. “Kami targetkan satu hari sebelum penutupan (besok, Red.) semuanya sudah selesai 100 persen,” ungkapnya ketika sedang mengecek penurapan sungai di Kelurahan Api-Api.
Gunawan menerangkan, anggaran TMMD dari pemerintah daerah senilai Rp 1,977 miliar bukan hanya berupa kegiatan fisik. Melainkan ada juga kegiatan non fisik berupa sosialisasi wawasan kebangsaan dan bela negara, sosialisasi kerukunan hidup beragama, sosialisasi bahaya laten komunis (balatkom) dan radikalisme, penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan, penyuluhan pertanian dan peternakan, penyuluhan hukum dan Kamtibmas, serta bahaya bencana dan kebakaran hutan dan lahan.
“Tetapi memang non fisik kecil saja (anggarannya), lebih banyak untuk sasaran fisik. Sementara untuk kegiatan bakti sosial, (anggarannya) murni dari TNI,” terang dia.
Meski program TMMD ke-102 Tahun 2018 sasaran fisiknya berada di wilayah Kecamatan Bontang Utara dan Bontang Barat, namun bukan lantas Bontang Selatan tak ikut dibantu. Gunawan menyebut, Kodim 0908/BTG tak kehabisan akal untuk membantu masyarakat di kecamatan tersebut.
Dalam hal ini, penutupan TMMD akan dilaksanakan di kawasan mangrove Berbas Pantai, Bontang Selatan. Di upacara penutupan itu, Kodim 0908/BTG akan menggelar periksa kesehatan gratis, donor darah, bazar sembako murah, juga khitanan massal.
Dipilihnya Berbas Pantai untuk lokasi penutupan, beber Gunawan, karena terkait rencana kegiatan bakti sosial. Apalagi sebagian warga di wilayah tersebut baru saja mengalami musibah kebakaran yang meluluhlantakkan kediaman mereka.
Sehingga bakti sosial diarahkan untuk masyarakat yang mengalami musibah kebakaran tersebut. “Kami laksanakan khitanan massal ini. Dari alokasinya, anak-anak yang berminat itu sebagian besar dari Berbas Pantai, jadi agar lebih dekat pelaksanaannya,” jelas Gunawan.
Program TMMD ke-102 Tahun 2018 ini sendiri, disampaikan Dandim, menjadi agenda untuk membantu pemerintah daerah. Karena dengan program ini, biaya pembangunan bisa menjadi lebih minim dibandingkan menggunakan kontraktor.
Program ini juga diharapkan bisa mengatasi kesulitan rakyat, membantu pemerintah daerah dengan membangun infrastruktur yang diperlukan, dan dikaitkan potensi kerawanan.
“Kalau di Bontang ini lebih kepada rawan bencana banjir atau terkena dampak bencana banjir. Kalau di Loktuan itu dampak bencana longsor, sama seperti di gereja,” tuturnya.
Adapun jumlah personel TNI yang terlibat di TMMD ini terdiri dari 1 SST prajurit Batalyon Infanteri 611/Awang Long Kodam IV/Mulawarman, 1 SST prajurit dari Batalyon Zeni Tempur 17/Ananta Dharma atau Yonzipur 17/AD Balikpapan, 1 SST Kodim 0908/BTG, serta 1 SST Den Arhanud Rudal 002/BTG. Total jumlah personel 150 orang dengan tim atensi.
Selain TNI AD, TNI AL Bontang, Polisi Militer Bontang, Polres Bontang, dan masyarakat sekitar juga turut terlibat langsung dalam kegiatan ini.
Dijelaskan Gunawan, selama TMMD berlangsung, para prajurit TNI diwajibkan tinggal di rumah warga sekitar. “Di sinilah kemanunggalan TNI dengan masyarakat diperkuat melalui kerja sama dan gotong royong,” ujarnya.
Karena seperti yang dikatakan Ketua Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) Program TMMD ke-102 Mayjen TNI Johny L Tobing saat berkunjung ke Bontang pada Selasa (24/7) lalu, TNI tak boleh menyusahkan masyarakat. Uang makan yang diberikan selama program TMMD ke-102 tahun 2018 ini harus digunakan oleh tentara dan rakyat.
“Tentara tidak boleh menyusahkan, tetapi harus membantu masyarakat. Dengan gotong royong, nilainya tentu akan lebih besar,” ungkap Johny.
Karena menurut dia, semua yang terlahir sebagai manusia harus bisa bermanfaat untuk lingkungan. Jangan malah membebani orang lain. “Kalau tidak bisa berbuat apa-apa jangan merusak,” pesannya bagi seluruh prajurit TNI dan masyarakat.
Sementara itu, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni yang membuka kegiatan TMMD ke-102 mengapresiasi program tersebut. Mengingat di wilayah Kaltim, Bontang yang terpilih mendapat program ini di 2018.
“Dengan TMMD tentu sangat membantu pemerintah dalam hal pembangunan. Sasaran fisik ini juga untuk kemaslahatan masyarakat,” ujarnya.
Dengan tema “Manunggal Membangun Generasi Milenial”, Neni mengharapkan manfaat dari program TMMD ke-102 tahun 2018 ini benar-benar bisa dirasakan masyarakat.
“Diharapkan lahir generasi milenial, generasi yang tangguh, berkarakter membangun bangsa dan negara Indonesia tercinta ini,” kata Neni dalam amanat di Upacara Pembukaan TMMD ke-102 Tahun 2018, Selasa (10/7) lalu. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: