bontangpost.id – Banjir dahsyat 2006 terasa tak ada apa-apanya jika dibandingkan musibah awal tahun 2021 ini. Dalam skalanya ini disebut-sebut menjadi banjir terburuk dalam sejarah Kabupaten Banjar.
Betapa tidak, Martapura dan sekitarnya lumpuh total. Kantor-kantor pemerintahan tutup. Jembatan ambruk di Kiram. Pasar Martapura terendam. Rumah warga hancur dan hanyut. Harta benda sulit diselamatkan.
Selain itu, banyak laporan bahwa tambak ikan rusak, keramba apung hanyut. UGD Ratu Zalecha mengobati korban banjir yang diserang binatang berbisa. Ribuan masyarakat mengungsi ke Masjid Al Karomah Martapura dan Stadion Demang Lehman atau Aula Kecamatan. Meninggalkan rumah mencari perlindungan karena tinggi air sepinggang pria dewasa.
Jalan provinsi di Martapura Lama atau Kertak Baru ikutan lumpuh, Evakuasi ribuan warga hanya bisa menggunakan kendaraan berdimensi besar dengan ground clearance tinggi. Hilir mudik truk dan kendaraan khusus off road mengangkut masyarakat korban banjir. Penerangan sejak kemarin malam sudah diputus PLN dan layanan air bersih terhenti. Sedangkan jaringan internet terganggu.
Banjir melanda Kecamatan Pengaron, Simpang Empat, Mataraman, Astambul, Karang Intan, Martapura Kota, Martapura Timur, Martapura Barat, Gambut, dan Sungai Tabuk. Banjir merendam rumah penduduk lebih lama dari biasanya.
Sebagian pemuda di tiap kampung memilih bertahan di rumah lantai dua atau atap masjid. Mendirikan tenda di atas rumah ibadah untuk menjaga kampungnya dari kejahatan pencurian. Mereka bertahan dalam keadaan lapar dan haus. Logistik makanan jadi sudah tidak bisa lagi dikirim, sulit ditembus relawan. Contohnya Desa Pekauman. Air merendam rumah setinggi 60 cm lebih.
“Orang tua dan anak-anak diungsikan ke tempat aman. Kami yang muda bertahan, buat tenda dari terpal di atap masjid supaya tidak kehujanan,” kata Muhammad Sairi, warga Pekauman Dalam, kemarin.
Lain lagi dengan Ferry, warga Gudang Hirang, Kecamatan Sungai Tabuk. Ia mengaku terkejut dengan ketinggian air. Padahal, fondasi rumah panggung miliknya sudah dinaikkan satu tahun lalu. Ia merasa, banjir kali ini mirip 19 tahun lalu, ketika tiang fondasi rumahnya relatif rendah.
Lantas, ia berniat mengevakuasi anak dan istrinya ke tempat yang lebih tinggi. Celakanya, akses jalan keluar dari Gudang Hirang sudah terkepung air. Ke Martapura tidak bisa, ke Banjarbaru juga banjir. Sempat memilih mengungsi ke Banjarmasin, ternyata kebanjiran juga. Yang membuatnya sedih, rumah orang tuanya di Kandangan juga kebanjiran.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, ada 70 ribu lebih masyarakat Banua yang terdampak musibah ini.
Kepala Pelaksana BPBD Kalsel Mujiyat menyampaikan, banjir tahun ini menjadi yang terparah sejak puluhan tahun terakhir. “Saya tinggal di Kompleks Handil Bakti (Barito Kuala), selama 25 tahun tidak pernah halaman saya terendam. Tapi hari ini (kemarin) terendam,” katanya.
Dia mengungkapkan, saat ini pihaknya terus berupaya memberikan bantuan kepada para korban. Mulai dari melakukan evakuasi, hingga menyalurkan logistik. “Pelayanan ini sudah kami berikan sejak terjadi banjir pertama di Kabupaten Banjar, beberapa waktu lalu. Seperti di Desa Teluk Selong, Pasayangan, dan Dalam Pagar,” ungkapnya.
Ketika itu, titik banjir masih sedikit. Oleh karena itu BPBD Kalsel masih mampu menanganinya. Namun, Mujiyat menuturkan, saat ini lokasi banjir semakin luas sehingga perlu ada keterlibatan dari semua pihak. “Termasuk pemerintah kabupaten dan kota yang terdampak, harus ikut bertanggungjawab,” tuturnya.
Lanjutnya, untuk SKPD Terkait di lingkup Kalsel sendiri telah diminta Sekdaprov Kalsel untuk ikut berkonsentrasi menganalisa kebutuhan yang diperlukan para korban banjir. “Jadi semua punya PR masing-masing, bagaimana proses membantu korban,” ujarnya.
Selain melibatkan seluruh SKPD terkait, untuk mempercepat penanganan banjir, Mujiyat menyampaikan, Pemprov Kalsel akan menaikkan status bencana. Dari siaga darurat, menjadi tanggap darurat. “SK kenaikan status sudah diproses Biro Hukum, mudah-mudahan hari ini (kemarin) selesai,” ucapnya.
Dia mengatakan, dasar Pemprov Kalsel menaikkan status, karena sudah ada dua kabupaten yang menetapkan status tanggap darurat. Yakni, Banjar dan Tanah Laut. “Batola juga akan menaikkan status. Saat ini masih proses penomeran,” katanya.
Disinggung daerah mana yang paling parah diterjang banjir, menurut Mujiyat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Sebab, di sana air naik secara mendadak hingga merendam kantor bupati. “Ketinggian air di sana juga cukup dalam. Terakhir sampai pinggang orang dewasa,” ujarnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Dinas Sosial Kalsel, di Kabupaten HST ada 9.753 jiwa yang terdampak banjir. “Tapi, kalau bicara daerah yang lama diterjang banjir. Kabupaten Banjar dan Tanah Laut yang paling lama,” ucap Mujiyat.
Karena paling lama terendam banjir, BPBD Kalsel mencatat, korban terdampak di Kabupaten Banjar sudah mencapai 25.601 jiwa. Sedangkan di Tanah Laut, 34.431 jiwa.
Selain HST, Banjar dan Tanah Laut. Kemarin, Banjir juga menerjang, Banjarbaru, Banjarmasin, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Tabalong, Balangan dan Batola.
Di Batola, banjir ditengarai karena kiriman air dari Kabupaten Banjar yang akhirnya merendam Kecamatan Mandastana dan Jejangkit. Hampir semua desa di Kecamatan Jejangkit mengalami banjir dengan ketinggian sekitar 30-70 cm.
Ada yang Kesetrum, Hingga Tewas
Koordinator Lapangan BPBD Banjarbaru, Yunus Ariyandie mengabarkan bahkan ada seorang warga yang kesetrum ketika banjir meluap di Jalan Suratno Loktabat Utara. Tak ayal, pihaknya harus mengevakuasi sekaligus merujuk korban ke rumah sakit.
“Evakuasi warga yang kesetrum cukup sulit karena ini dipicu adanya arus pendek di air. Kita harus hati-hati, beruntung korban berhasil dievakuasi dan dirujuk ke rumah sakit mesko kondisinya lemah,” ujarnya.
Banjir juga turut menelan korban jiwa. Seorang balita perempuan berusia 10 bulan meregang nyawa. Korban meninggal usai hanyut di saluran parit ketika banjir menggenangi wilayah Jalan Sukamara RT 02 RW 02 Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Angganh Banjarbaru pada kisaran pukul 10.30 Wita.
“Benar ada seorang balita berusia 3 tahun meninggal dunia kemarin di parit sekitaran rumahnya. Saat ditemukan, kondisi balita sangat lemas dan dilarikan ke rumah sakit, namun nyawa korban tak berhasil diselamatkan,” kata Kapolsek Banjarbaru Barat, Andri Hutagalung.
Gubernur Pantau Lokasi Banjir
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor sendiri telah meninjau banjir di berbagai wilayah Kabupaten Banjar, mulai Rabu malam hingga Kamis (14/1) dini hari. Ia keliling kampung di wilayah Tunggul Irang, Pesayangan, Keramat dan Dalam Pagar.
Sebelum menuju lokasi banjir, Paman Birin singgah memborong makanan di sebuah minimarket di Martapura. Antara lain ia memborong mie instan kemasan dan berbagai kue buatan lokal.
Bersama koleganya, Paman Birin meluncur ke Tunggul Irang, tempat pertama dikunjungi. Setelah bertegur sapa dengan masyarakat setempat, Paman Birin menyerahkan bantuan makanan kepada warga Terdampak banjir.
Ia pun beranjak menuju Desa Pasayangan. Di desa yang berada di pusat pemukiman penduduk padat Kota Martapura ini Paman Birin berbagi dengan masyarakat Terdampak banjir. Begitu juga saat menyambangi Desa Keramat dan Dalam Pagar.
Paman Birin meminta masyarakat bersabar dalam musibah banjir ini. Ia bersama jajarannya berusaha keras mencarikan solusi mengatasi banjir bersama pemerintah kabupaten/kota tentunya. “Kita berdoa kepada Allah semoga kita selamatan barataan dan musibah banjir ini cepat berlalu,” ajaknya.
Jalan Nasional Putus di Astambul-Mataraman
Sementara itu, jalan nasional yang putus di KM 55 perbatasan Kecamatan Astambul – Mataraman sudah bisa dilalui untuk pejalan kaki setelah petugas memasang balok besi panjang. Oprit jembatan yang putus itu sekitar 3 meter. Persis di Desa Bawahan Selan, Mataraman.
Namun, Kapolres Banjar AKBP Andri Koko Prabowo mengatakan jalan arah Hulu Sungai – Banjarmasin tetap ditutup untuk kendaraan bermotor. Dialihkan ke hauling road milik perusahaan tambang dan sawit.
“Fondasi jembatan tergerus aliran air deras. Cuma oprit yang runtuh dan putus. untuk jembatan masih kuat dan kokoh. Saat ini masih dalam perbaikan oleh Balai Perbaikan Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Kalsel dan Balai Wilayah Sungai Kalimantan II,” ucap Andri Koko Prabowo.
Masih Berpotensi Terjadi Dua Hari Lagi
Prakirawan Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin, Adhitya Prakoso menjelaskan, berdasarkan prakiraan musim yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Banjarbaru secara umum pada Januari 2021 merupakan puncak musim hujan.
“Sehingga, wajar jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat,” jelasnya.
Selain karena puncak musim hujan, dia menuturkan, cuaca ekstrem di Kalsel juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer. Dalam tiga hari terakhir kelembapan udara lapisan atas sekitar Kalsel cukup tinggi.
“Kondisi ini didukung dengan suhu muka laut di sekitar Laut Jawa (selatan pulau Kalimantan) yang cukup hangat, sehingga berpotensi terjadi penguapan maksimal yang dapat menumbuhkan banyak awan penyebab hujan,” tuturnya.
Di samping itu, Adhitya menyampaikan, terdapat daerah konvergensi atau pertemuan angin di atas wilayah Kalimantan bagian Selatan yang berpotensi memupuk massa udara basah berasal dari Laut Jawa. “Ini semakin menambah peluang hujan di wilayah Kalsel,” ucapnya.
Berdasarkan data mereka, dalam dua atau tiga hari ke depan kondisi ini masih berpotensi terjadi. Sehingga, masyarakat dan pihak terkait diimbau agar mewaspadai dampak dari hujan lebat. Seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, sambaran petir dan sebagainya.
“Terutama di wilayah Kalsel bagian Barat. Seperti Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tapin, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan dan Tanah Laut,” pungkasnya. (mam/ris/bar/ran/ema/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post