Kisah Inspiratif Warga Bontang: Tina Martiawati (130)
Berawal dari iseng, Tina Martiawati mulai menekuni bisnis penjualan langsung produk wadah plastik dan rumah tangga Tupperware. Demonstrasi produk dari rumah ke rumah dilakoninya hingga kini menjadi distributor dengan omzet mencapai dua miliar dalam sebulan.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Tina mengenal produk-produk wadah plastik dari merek Tupperware sejak 1997. Kala ini dia sebatas pemakai produk, yang didapatkannya dari sang kakak di Bandung. Perlahan dia mengenal ada peluang usaha yang menarik dari penjualan produk-produk Tupperware tersebut. Tina pun mulai melakoni bisnis rumahan tersebut dengan mengambil barang dari sang kakak.
“Iseng memakai sendiri. Ketika tahu ada bisnisnya, saya mulai jualan. Waktu itu di Bontang belum banyak yang berjualan produk-produk Tupperware,” ungkap Tina memulai cerita.
Kesibukan sang kakak yang baru melahirkan membuat Tina sempat berhenti mendapatkan kiriman stok produk-produk Tupperware. Namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetap berdagang produk-produk Tupperware. Dia lantas bergabung di bawah rekannya sesama penjual Tupperware di Bontang yang kala itu sudah berada di posisi manajer dalam bisnis ini.
“Saya dibimbing tentang bagaimana melakukan penjualan Tupperware. Dari situ saya mulai mengenal dan memahami adanya jenjang karier dalam bisnis ini. Saya memulai dari posisi konsultan. Saya ingat penghasilan pertama saya waktu itu Rp 100 ribu dan saya senang sekali,” terangnya.
Sejak itu Tina mulai menekuni penjualan berbagai produk plastik dari Tupperware yang meliputi wadah makanan dan minuman. Sistem penjualan yang dilakukannya yaitu direct selling atau penjualan langsung dengan cara party atau demonstrasi produk. Dia pun mengatur pertemuan dengan berbagai komunitas di Kota Taman untuk melakukan demonstrasi produk dari rumah ke rumah. Untuk penjualan setiap produknya, dia mendapatkan keuntungan 30 persen.
“Penjualannya secara langsung, itu berlaku dalam bisnis Tupperware di seluruh dunia. Karena itu produk-produk kami tidak tersedia di toko-toko atau di konter-konter,” jelas Tina.
Selain menjual produk, sebagai konsultan penjualan Tupperware Tina juga mengajak orang-orang di sekitarnya bergabung dan ikut memasarkan Tupperware. Karena penjualan dalam Tupperware juga menggunakan sistem networking atau jaringan. Kebanyakan yang diajak dalam berbisnis adalah kaum perempuan atau ibu-ibu. Bisnis ini memang memiliki visi dan misi memberdayakan kaum hawa yang ingin memiliki penghasilan sendiri.
“Meski begitu tidak menutup kemungkinan bagi laki-laki ikut berbisnis. Tapi kebanyakan perempuan karena ini bisnis rumahan. Kalaupun ada yang laki-laki jumlahnya sedikit,” ujarnya.
Dalam setiap demo produk yang dilakoni Tina, tidak semuanya berjalan baik. Tak jarang usahanya berujung penolakan. Bahkan pernah juga kegiatan demo yang direncanakannya batal terlaksana karena tidak ada yang datang. Namun hal tersebut tidak membuat Tina patah semangat. Sebaliknya, kegagalan-kegagalan itu membuatnya belajar untuk lebih matang dalam mempersiapkan kegiatan-kegiatan penjualan berikutnya.
“Saya pernah merencanakan kegiatan demo di Sangkulirang, dengan estimasi peserta 50 orang. Tapi tidak ada yang datang sama sekali,” kenang Tina.
Memang, dalam memasarkan produk-produk Tupperware, ibu tiga anak ini tidak terpaku di dalam wilayah Bontang saja. Untuk meningkatkan penjualan, dia rela keluar dari zona nyamannya dan pergi ke berbagai tempat di Kaltim. Mulai dari Sangatta, Bengalon, Muara Wahau, Berau, Bulungan, Samarinda, hingga Balikpapan pernah disambanginya.
Tak jarang Tina melakukan penetrasi penjualan ke daerah-daerah terpencil dengan akses yang begitu terbatas. Melewati jalanan yang rusak dan masuk ke wilayah perkebunan sawit pernah dilakoninya demi bisa menjual produk dan mengajak orang ikut berjualan.
“Alhamdulillah keluarga saya mendukung penuh apa yang saya lakukan ini. Karena dalam sekali kegiatan keluar kota bisa memakan waktu 10 hari. Itu bukan jalan-jalan, itu benar-benar jualan,” terangnya.
Perlahan segala kerja keras Tina terbayar. Satu per satu jenjang karier di bisnis Tupperware berhasil dicapainya. Mulai dari konsultan, kapten tim, manajer, group manager, authorized group manager, hingga di 2004 dia dipercaya menjadi distributor Tupperware di Bontang. Untuk mendukung kegiatannya sebagai distributor, Tina mendirikan PT Maha Rani Raya yang kini memiliki 13 pegawai. Sementara jumlah tenaga penjualan atau sales force di bawah kepemimpinan Tina sudah mencapai ratusan yang tersebar di berbagai wilayah di Kaltim.
Meski sudah menjadi distributor Tupperware dan direktur di perusahaannya, namun Tina masih sering terjun ke lapangan. Baik untuk melakukan demo produk maupun pendampingan dan pembinaan terhadap konsultan penjualan Tupperware di bawah kepemimpinannya. Kini dalam satu bulan, rata-rata omzet PT Maha Rani Raya mencapai Rp 2 miliar.
Tina mengakui, walaupun suka melakukan penjualan, namun dia lebih suka mengajak orang berjualan. Kata dia, ada perasaan bahagia ketika ibu-ibu yang diajaknya berjualan bisa menjadi sukses dan memiliki penghasilan sendiri. Untuk itu perempuan kelahiran Bandung, 46 tahun lalu ini selalu menanamkan bahwa apa yang didapatkannya saat ini juga bisa dicapai orang lain.
“Bisnis Tupperware bila ditekuni secara serius bisa mengubah karakter seseorang secara positif. Misalnya dari yang sebelumnya pemalu jadi lebih percaya diri. Dari yang sebelumnya menggantungkan pendapatan dari suami sekarang bisa memiliki penghasilan sendiri,” tutur Tina.
Menurutnya, merupakan kebanggaan bagi seorang perempuan bisa memiliki penghasilan sendiri. Selain membantu kebutuhan keluarga, juga bisa mewujudkan keinginan-keinginan yang dimiliki. Bagi Tina sendiri, merupakan pengalaman berkesan bisa bepergian keluar negeri secara gratis berkat bisnis Tupperware yang digelutinya. Memang, ada bonus-bonus tersendiri yang diberikan Tupperware kepada para konsultan penjualannya, salah satunya perjalanan keluar negeri.
“Ada program setiap tahun dari Tupperware berupa bonus perjalanan keluar negeri bagi manajer-manajer yang berhasil mencapai target tertentu. Misalnya di bula Maret atau April nanti, ada 19 orang yang berangkat keluar negeri untuk umroh dan perjalanan religi. Tentu bonus ini didapatkan melalui kerja keras,” ungkapnya.
Selama berbisnis Tupperware, Tina mengakui perjalanannya tidak selalu mulus. Suka duka bisnis pernah dirasakannya. Namun baginya, mengalami penolakan merupakan hal biasa dalam berbisnis. Dia lebih banyak merasakan kebahagiaan dari bisnis ini karena bisa memiliki banyak teman, banyak saudara, dan tentunya penghasilan sendiri. Khususnya bila kaum perempuan yang diajaknya bisa menjadi sukses dan bermanfaat bagi orang lain.
“Harapan saya semoga semakin banyak perempuan di Bontang yang bisa sukses melalui bisnis Tupperware. Ini merupakan peluang bisnis yang fleksibel dan tidak terikat waktu. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang, bisnis Tupperware masih bisa bertahan,” tandas anak kedua dari lima bersaudara ini. (bersambung)
Nama: Tina Martiawati
TTL: Bandung, 31 Maret 1970
Suami: Dwi Yanto Nugroho
Anak: Anandistya M Rani, Anandito G Mahameru, Anandigita K Putri
Pendidikan:
- SD Sukarasa Bandung (lulus 1983)
- SMP YPK Bontang (lulus 1986)
- SMA YPK Bontang (lulus 1989)
- D3 Akademi Sekretaris dan Manajemen Taruna Bakti Bandung (lulus 1992)
Alamat: Jalan Abdul Rauf Blok B Nomor 4
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: