Penghasilan Minimal Rp 4 Juta
SAMARINDA – Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk berpenghasilan rendah dan tinggi di Kaltim masih tinggi. Hal itu dapat dilihat dari pengeluaran penduduk per kapita di Benua Etam. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Habibullah, semakin tinggi pengeluaran penduduk, maka biaya di daerah tersebut kian mahal.
Dia mengatakan, dari pencatatan data pengeluaran penduduk yang dilakukan BPS dua kali dalam setahun, Balikpapan kerap dipandang banyak pihak sebagai kota mahal. Lantaran, penginapan, sewa rumah, hingga biaya hidup mahal.
“Tapi, nyatanya itu hanya terlihat sekilas saja. Padahal, menurut data yang berangkat dari rata-rata pengeluaran masyarakat, justru Bontang yang dikatakan kota termahal,” urainya. Hal tersebut digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan (PKD), yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.
Berdasar data BPS Kaltim, rata-rata PKD Bontang mencapai Rp 15,98 juta per tahun. Jumlah tersebut mengalahkan kota-kota maju lain, seperti Samarinda sebesar Rp 13,85 juta, serta Balikpapan yang mencapai Rp 13,7 juta.
Sementara itu, PKD terendah berasal dari Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), yakni Rp 7,162 juta per tahun. Habibullah menjelaskan, Bontang adalah daerah yang termahal juga ditilik dari tingkat harga barang. Dilihat dari rata-rata pengeluaran tiap orang di Bontang yang sebanyak Rp 1,6 juta, dipicu harga barang-barang, terutama bahan pangan yang tinggi.
“Jika ada empat orang di Bontang, sementara rata-rata per kapita Rp 1 juta, dia harus punya gaji Rp 4 juta untuk bisa hidup layak di sana,” bebernya.
Dia menerangkan, tingkat kemahalan barang di Bontang tinggi karena kota tersebut hanya daerah yang kecil dengan luas sekitar 150 kilometer persegi. Jadi, memerlukan bahan pangan maupun nonpangan kebanyakan dari luar daerahnya.
“Karena tidak memiliki areal pertanian yang memadai, akhirnya untuk keperluan makanan saja mereka (warga Bontang) harus mendatangkan dari luar Kaltim. Sehingga ongkos angkutnya menjadikan harga jual di Bontang mahal,” urai Habibullah.
Jika digambarkan, aneka kebutuhan, khususnya pangan, yang didatangkan dari Jawa, Sulawesi, maupun daerah lain mesti didistribusi lewat Balikpapan, lalu ke Samarinda, kemudian menuju Bontang.
Begitu juga Balikpapan yang penduduknya sekitar 750 ribu jiwa.
Kata dia, Kota Minyak tak punya lahan pertanian yang cukup, akhirnya mengambil dari luar. Begitu juga Samarinda maupun Berau. “Sehingga pendatang kaget ketika menemukan biaya hidup di Kaltim tinggi, terutama di kota-kota tersebut,” papar Habibullah.
Menurut komposisi pengeluaran rumah tangga berdasarkan jenis pengeluaran, makanan dan nonmakanan pada 2013, Bontang memang memiliki kemampuan konsumsi nonmakanan di atas rata-rata daerah lain se-Kaltim. Yakni, mencapai 60,69 persen atau jika dibulatkan menjadi 70 persen.
Jadi, kebanyakan masyarakat Bontang justru tampak lebih kaya dibanding warga dari daerah lain. Dalam hal konsumsi nonmakanan itu, untuk Samarinda hanya 55,68 persen. Sementara itu, Balikpapan 55,24 persen. Artinya, rata-rata masyarakat di dua kota utama Kaltim tersebut masih lebih mengutamakan belanja untuk mengisi perutnya dibanding Bontang. (*/roe/riz/kpg/gun)
Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Per Kapita Sebulan (ribu rupiah)
Kabupaten 2011 2012 2013 2014
Paser 703.000 759.600 836.800 860.000
Kubar 741.800 819.400 888.700 977.800
Kukar 684.800 751.400 847.300 884.200
Kutim 778.500 820.200 933.400 1.000.000
Berau 840.100 953.200 1.100.000 1.200.000
PPU 645.900 810.800 907.600 967.100
Balikpapan 1.100.000 1.200.000 1.300.000 1.400.000
Samarinda 1.000.000 1.100.000 1.200.000 1.100.000
Bontang 1.200.000 1.500.000 1.600.000 1.600.000
Mahulu*
Kaltim 871.200 986.500 1.000.000 1.100.000
Sumber BPS Kaltim
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: