Sejak mengetahui manfaat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), warga di sekitar bantaran Sungai Bontang, Jalan KS Tubun menjadi tergugah. Kini mereka bersedia bila didirikan bangunan turap di belakang lokasi kediaman mereka.
BAMBANG, Bontang
Saat itu April 2018, matahari tampak meninggi. Pancaran sinarnya semakin menerangi langit Kota Taman. Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 Wita, Sri Wahyuni sedang asyik beraktivitas. Ibu rumah tangga ini dikejutkan dengan hadirnya tiga orang tentara yang bertamu ke rumahnya di Jalan KS Tubun RT 27 Kelurahan Api-Api.
Pasiter Kodim 0908/BTG Kapten Arh Muji Slamet didampingi stafnya Sertu Agung dan Babinsa Kelurahan Api-Api Serma Sumargo, tiga tentara itu mendatangi Sri Wahyuni. Selain bersilaturahmi, kedatangan tiga tentara yang diutus Dandim 0908/BTG Letkol Arh Gunawan Wibisono itu sekaligus membawa misi khusus.
Kedatangan para pria berseragam loreng itu guna menyampaikan rencana program TMMD ke-102 di Bontang. Pembangunan turap Sungai Bontang di Jalan KS Tubun, yang berada di belakang rumah Sri Wahyuni, menjadi salah satu sasaran program ini.
Pembangunan turap di lokasi tersebut bukan kali ini saja diungkapkan. Sebelumnya, wacana tersebut sudah muncul dari Pemkot Bontang. Namun penolakan hingga tuntutan ganti rugi yang cukup besar dari warga setempat, menjadi polemik bertahun-tahun bagi Pemkot Bontang dalam menertibkan sebagian bangunan yang berdiri di atas sungai tersebut.
Meski menyadari faktar tersebut, prajurit Kodim 0908/BTG tak berputus asa mewujudkan turap melalui TMMD. Pendekatan dan komunikasi dengan warga setempat pun tetap dilakukan sebagai bagian dari ikhtiar. Seperti yang dilakukan di kediaman Sri.
Mendapati kedatangan tiga prajurit tersebut, Sri tak bisa mengambil keputusan sendiri. Dia lantas mengumpulkan seluruh tetangganya yang tinggal di bantaran sungai. Tujuannya bermusyawarah untuk meminta kesediaan dari warga.
“Tapi saya sampaikan, terkait ganti rugi, kami (Kodim 0908/BTG, Red.) tidak menanggung,” ucap Muji Slamet, Pasiter Kodim di hadapan para warga yang hadir.
Dengan penolakan yang pernah dilakukan warga sebelumnya, Kapten Muji sempat harap-harap cemas keinginan pembangunan turap itu kembali ditangguhkan. Namun jawaban yang didapatkannya tak seperti bayangannya. Para warga yang sebelumnya dikabarkan kerap menolak dan menuntut ganti rugi, justru pada kesempatan itu mendukung penuh hadirnya TMMD.
Bahkan sebagian dari mereka siap merogoh kocek pribadi untuk membongkar sendiri bangunan liar yang ada di belakang rumahnya itu. Sri Wahyuni, yang didatangi tiga prajurit TNI malahan menghabiskan Rp 4 juta untuk membongkar sendiri dapurnya yang bersinggungan dengan proses penurapan. “Sekarang dapurnya sudah saya pindah ke samping kiri rumah,” tutur perempuan yang karib disapa Yuni itu.
TNI sendiri tidak lepas tangan dalam pembongkaran ini. Bagi warga yang kesulitan membongkar, Kapten Muji memberikan alternatif. Jika warga meminta tolong, prajurit Kodim 0908/BTG siap membantu membongkar bangunan di atas sungai yang panjangnya mencapai 2 hingga 4 meter tersebut.
Kebersediaaan warga untuk membongkar bangunan rumah mereka tanpa ganti rugi ini tak berdiri sendiri. Hal ini ikut dipengaruhi kesuksesan TMMD yang berlangsung di Bontang pada 2016 lalu. Saat itu di Sungai Bontang di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Api-Api, dibangunkan turap oleh TNI. Hasil pembangunan turap tersebut hingga kini masih terus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar.
“Kami justru senang dengan dibangunkannya turap di belakang rumah kami. Kami sebenarnya juga sudah menunggu bertahun-tahun program ini,” ujar Yuni.
Menurut dia, perlahan namun pasti, warga mulai sadar pentingnya turap di belakang rumah mereka. Karena bisa bermanfaat menghalau luapan air sungai saat banjir tiba, menanggulangi bencana longsor, hingga menyelamatkan warga dari serangan buaya dan ular. Apalagi konon buaya dan ular kerap terlihat memunculkan wujudnya di sungai tersebut.
“Setelah banjir, buayanya pasti muncul. Kadang juga terlihat berjemur. Memang di sekitar sungai ini ada sarangnya,” ungkap perempuan 47 tahun ini.
Kini, setelah sebulan dibangun, turap sepanjang 135 meter, lebar atas 40 sentimeter, lebar bawah 140 sentimeter, dan tinggi 3,5 meter itu telah berdiri kokoh dan hampir rampung. Karena merasa ikut memiliki, akhirnya tak sedikit warga sekitar sungai yang akhirnya ikut membantu TNI mengerjalan turap.
Pasalnya, berdirinya turap tersebut secara tidak langsung menjadi penyelamat bagi para warga sendiri. Kini mereka tak khawatir lagi saat air sungai tiba-tiba meluap. “Terima kasih TNI. Terima kasih TMMD,” sebut Yuni.
Terpisah, Dandim 0908/BTG Letkol Arh Gunawan Wibisono yang juga merupakan Dansatgas TMMD mengatakan, untuk wilayah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tahun ini TMMD hanya dilaksanakan di Bontang. Dengan mengusung tema “Manunggal Membangun Generasi Milenial”, program ini bertujuan membantu pemerintah daerah dalam mengatasi kesulitan masyarakat.
“Ini sebagai karya bakti kami terhadap negeri. Hanya saja untuk TMMD ini sudah dijadwalkan dalam kurun waktu tertentu,” ungkapnya.
Sesuai dengan arahan Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni, Dandim Gunawan siap untuk melanjutkan program TMMD sebagai karya bakti. Dandim juga menegaskan, Kodim 0908/BTG siap membantu pemerintah daerah di dalam menertibkan kawasan sekitar sungai. Di mana setiap bantaran sungai yang ada di Bontang sudah banyak terdapat bangunan liar.
“Bangunan di bantaran sungai tersebut yang membuat sungai menjadi sempit dan terjadi pengendapan, hingga akhirnya membutuhkan normalisasi sungai,” bebernya.
Dengan banyaknya sungai yang mulai sempit dan mengalami pendangkalan, Dandim menyebut, tentu berpotensi terhadap kerawanan konflik sosial. Beruntungnya, Pemkot Bontang turut mendukung Kodim 0908/BTG agar secara berkelanjutan membantu pemerintah mengatasi kerawanan bencana banjir dan kerawanan konflik sosial di Bontang.
“Terkait sasarannya memang cukup banyak, tetapi kami, khususnya Kodim menampung dan mengakomodasi masukan-masukan dari masyarakat,” ujar Dandim.
Gunawan mengatakan, saat ini di Bontang yang sedang urgen adalah penanggulangan bencana banjir. Termasuk kerawanan longsor yang ada di gereja yang akan dipasngi paving block. Dalam menentukan sasaran tersebut, bukan pihaknya yang mengusulkan ke pemerintah. Melainkan semua itu murni dari masyarakat yang meminta.
“Ini benar-benar keinginan masyarakat dan untuk spesifikasinya kami sesuaikan dengan anggaran dari Pemkot Bontang,” pungkasnya.
Sebagai informasi, program TMMD Ke-102 ini dilaksanakan selama satu bulan, mulai 10 Juli hingga 8 Agustus 2018. Tujuannya membantu pemerintah daerah (Pemda) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga bertujuan memantapkan kemanunggalan TNI dengan rakyat.
Kegiatan TMMD ke-102 di wilayah Kodim 0908/BTG ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu fisik dan non fisik. Untuk kegiatan fisik, menyasar penurapan Sungai Bontang yang berlokasi di Jalan KS Tubun Kelurahan Api-Api, pembangunan turap di belakang Masjid Nurul Jariah Kelurahan Loktuan, serta pemasangan paving block di Gereja Kemah Injil Indonesia Haleluya (KIIH) Kelurahan Telihan.
Adapun kegiatan non fisik, terdiri dari sosialisasi wawasan kebangsaan dan kesadaran bela negara, sosialisasi kerukunan hidup beragama, sosialisasi bahaya laten komunis (balatkom) dan radikalisme, penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan, penyuluhan pertanian dan perikanan, penyuluhan hukum dan kamtibmas, serta bahaya bencana dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: