bontangpost.id – Jelang akhir tahun biaya perjalanan ibadah umrah semakin melonjak. Beberapa tahun terakhir sebelum pandemi harga umrah berkisar Rp 23-25 juta. Tetapi, sekarang imbas dari kenaikan harga avtur serta perubahan biaya akomodasi di Tanah Suci mulai dari hotel maupun transportasi membuat pihak travel terpaksa melakukan penyesuaian.
Yulda Susanti, kepala cabang Hajar Aswad Mubaroq Travel Balikpapan menuturkan, sekalipun biaya perjalanan naik, animo masyarakat Kaltim tetap bagus dan tidak menghalangi mereka untuk umrah. “Biaya hotel saja sudah naik 15 persen, belum yang lain-lain. Namun, walau harga naik tetap tidak menyurutkan antusiasme calon jemaah umrah untuk bisa pergi ke Baitullah,” ujarnya, Rabu (28/9).
Sejak awal 2022, keberangkatan umrah asal Kaltim terus bertambah. Jemaah umrah yang sempat tertunda 1 atau 2 tahun lalu telah pula diberangkatkan. Walau tidak mengetahui angka pastinya, dia menyebut tahun ini ribuan orang dari Kaltim sudah melaksanakan ibadah umrah. “Saya sendiri kemarin sudah memberangkatkan lebih dari 200-an orang,” lanjutnya.
Baik Pemerintah Indonesia maupun Arab Saudi memang tidak memberikan batasan kuota umrah. Apalagi sekarang di Tanah Suci, beberapa lokasi yang sebelumnya sempat ditutup selama pandemi kini telah diperkenankan kembali dikunjungi jemaah. Jemaah tidak lagi menjaga jarak ketika beribadah dan tidak lagi menggunakan masker.
Kebijakan terkait pemberangkatan yang dibatasi usia 18 tahun hingga 55 tahun pun sudah tidak berlaku. Anak di bawah usia 18 tahun, maupun lansia sudah bisa pergi umrah lagi. Hanya saja, calon jamaah umrah dipastikan sudah harus mendapatkan vaksin booster sebelum keberangkatan. Mengenai harga, rata-rata travel kini disebutkan menawarkan biaya perjalanan umrah mulai Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. Bergantung jangka waktu dan akomodasi yang dipilih jamaah.
“Kami sendiri mematok di angka Rp 36-38 juta untuk 12 hari, jarak hotel di ring satu. Harga itu berlaku untuk Oktober hingga November. Harga di bulan Desember nanti, sudah beda karena masuk peak season,” bebernya.
Adapun, kini masalah yang dihadapi pihak travel ataupun calon jemaah umrah, yakni kuota suntik meningitis. Yulda mengungkap, sejak akhir Juli 2022, suntik atau vaksin meningitis tersebut semakin langka. Dia tidak mengetahui pasti penyebabnya. Akan tetapi, bila tidak segera diatasi bakal menjadi permasalahan serius dan membuat banyak kasus penundaan terjadi.
“Vaksin meningitis ini aturan mutlak yang diberikan pemerintah untuk peserta calon jemaah umrah. Yang lagi berpolemik di dunia pertravelan. Tidak hanya di Balikpapan, Kaltim, tapi seluruh Indonesia sedang langka. Jadi, kita sarankan kepada peserta umrah tidak melakukan vaksin secara mendadak,” pesan Yulda.
“Akhir Juli 2022 lalu sempat kosong, jelang akhir bulan Agustus ada tapi stok terbatas, pernah sempat kosong hingga 3 minggu juga,” imbuhnya.
Lanjutnya, syarat suntik meningitis harus memiliki paspor, di mana pembuatan paspor bagi jemaah umrah harus ada rekomendasi dari pihak terkait, yaitu travel. Bagi yang akan berangkat pada Desember atau Januari, menurutnya bisa suntik dari sekarang dan tidak menunda lagi. Tiga atau empat bulan sebelum keberangkatan pun lebih aman. Yulda menyampaikan, vaksin meningitis berlaku 2 tahun.
Dirinya berharap, kasus kelangkaan vaksin meningitis bisa segera teratasi. Pemerintah bisa memikirkan, untuk mengantisipasi dengan memastikan ketersediaan stok vaksin harus aman dan lebih diperbanyak.
“Baru 20-30 ampul sudah habis, apalagi jumlah calon jemaah kini lebih banyak dibandingkan sebelum-sebelumnya. Yang dikhawatirkan bagi yang berangkat bulan Oktober tapi belum vaksin, kasihan bila sampai terjadi penundaan dan batal berangkat karena tidak mendapat vaksin meningitis,” tutupnya. (ndu/k15)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post