SANGATTA – Keinginan petani di beberapa kecamatan bisa meningkatkan ekonominya lewat budidaya singkong gajah tampaknya belum berhasil. Sebab, harga beli singkong gajah dari tingkat pengepul saat ini justru jauh dari harapan.
Camat Kaubun Muhammad Amin mengatakan banyak petani kini mengeluh karena lesunya harga beli singkong gajah. Sebab, kini hanya dihargai Rp 300 hingga Rp 400 perkilogram.
“Harga ini diluar kesepakatan awal antara Rp 700 hingga Rp 800 perkilogram,” kata Amin.
Dia mengatakan, sebelumnya harga beli singkong gajah sempat dikisaran Rp 800 perkilogram. Bahkan tertinggi sampai mencapai Rp 1.000 perkilogram. Hanya saja setelah ada peralihan pihak pengepul, harga jualnya justru anjlok.
“Kalau begitu terus, bisa banyak petani yang akan beralih dari budidaya singkong gajah ke komoditi lain. Karena lesunya harga beli,” sebutnya.
Amin pun berharap, pihak koperasi yang selama ini menjadi mitra petani singkong. Terlebih, kini ada rencana ikut sertanya salah satu Perusahaan Daerah (Perusda) sebagai mitra koperasi dan petani dalam membeli hasil panen singkong gajah.
“Minimal harga jualnya bisa bertahan di Rp 600 perkilogram. Sehingga, petani bisa sedikit bernafas,” ucap Amin.
Senada, Camat Rantau Pulung Mulyono juga menerima banyak keluhan dari petani singkong gajah. Sebab, harga beli Rp 400 perkilogram termasuk rendah.
“Memang rendah kalau dibeli Rp 400. Makanya, saat ini sedang kami fasilitasi antara petani dengan pengepul untuk mencarikan solusinya,” sebut Mulyono.
Dia mengakui, memang ada opsi lain agar harga beli bisa naik. Yakni mengubah singkong menjadi gaplek. Sehingga harga beli bisa naik menjadi Rp 1.200 perkilogram. Namun dengan catatan, gaplek yang diolah harus baik.
“Disinilah masalahnya. Karena kebanyakan petani lebih senang jual dalam bentuk singkong dari pada diolah dulu jadi gaplek. Alasannya, selain prosesnya yang lama, tenaga untuk mengolahnya juga terbatas,” katanya. (aj)