Perhatian pemerintah terhadap buaya Riska bikin iri. Baik itu Pemprov Kaltim maupun Pemkot Bontang. Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik bahkan sampai tiga kali turun ke lapangan untuk mengurus buaya ini.
Pertama ketika mengunjungi rumah Ambo, warga Guntung yang memelihara Riska, pada 12 Oktober 2023. Dia menyebut kunjungan itu merupakan permintaan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Selain sebagai penjabat gubernur, Akmal juga merupakan Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri.
Saat itu, Akmal menyebut bahwa relokasi buaya Riska merupakan langkah yang tepat. Mengingat menyangkut keselamatan warga.
Ya, Riska disebut merupakan buaya yang menyerang warga Guntung pada 8 Agustus 2023. Korban sempat sekarat dan lama mendapat perawatan di RS Pupuk Kaltim dan RS AW Sjahranie.
Sikap Akmal juga senada dengan Wali Kota Bontang Basri Rase. Dia mengaku mementingkan keselamatan warganya. Pengembalian buaya Riska ke alam liar, kata Basri, tidak harus dilakukan di Bontang.
Sampai akhirnya istri Mendagri, Tri Suswati berkunjung ke penangkaran buaya di Teritip, Balikpapan, pada 24 Oktober 2023. Tri didampingi Pj Gubernur Akmal Malik. Dia mengaku kerap menonton aktivitas Ambo dan buaya Riska.
Sikap Akmal setelah kunjungan istri Mendagri berubah. Opsi mengembalikan buaya Riska dibuka. Dilanjutkan pertemuan dengan Wali Kota Basri, 9 November 2023. Dua pembesar Kaltim yang sebelumnya sepakat relokasi, merencanakan membuat penampungan khusus untuk buaya Riska.
Riska pindah rumah. Dari penangkaran di Teritip. Ke penampungan di Tanjung Laut Indah. Sama-sama tetap dikurung. Bukan ke alam liar. Kembalinya Riska dikemas dengan embel-embel wisata.
Pj Gubernur sudah meninjau lokasi, 8 Desember 2023. Kata Akmal, pengembalian buaya Riska akan dipadukan dengan wisata mangrove dan kuliner.
Ambo full senyum. Istri menteri bisa kembali menonton Ambo dan Riska. Korban serangan buaya Riska? Entahlah. Pj gubernur mungkin mau menengok perempuan malang itu dulu. Atau Wali Kota Basri bisa mendahului. Atau memang buaya lebih butuh perhatian?
Untuk Ambo, saya ada masukan. Coba sesekali buaya Riska dipanggil Putra. Jangan Putri. Toh, BKSDA Kaltim sudah menyebut itu buaya jantan. Mungkin, dia mogok makan karena merajuk selama ini Ambo tak mengetahui kelamin anaknya, eh, buaya Riska.
Tapi tenang, melansir Times of India, buaya bisa puasa berbulan-bulan. Bahkan dalam kondisi ekstrim, bisa sampai tiga tahun. Jadi jika di penangkaran buaya Riska tidak makan, bisa saja dia puasa. Atau bosan makan ayam mentah dipotong 10. Coba dipotong 6, mungkin mau. Ya, mungkin. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post