Cendekiawan Nasional Pejuang Usaha Kecil Migas

INSPIRASI: Aji Dedi Mulawarman, bakal Cagub Kaltim 2018, selain dikenal sebagai pakar ekonomi, juga jadi inspirasi generasi muda dengan berbagai karya tulisnya. BERDIKUSI: Aji Dedi Mulawarman mendapatkan kunjungan penulis muda Kurniawan Gunadi, penulis buku Hujan Matahari dan Lautan Langit. Aji Dedi adalah sosok inspirasi bagi Gunadi dalam menulis. (DIRHAN/METRO SAMARINDA)

Aji Dedi Mulawarman (48), bukan nama yang asing bagi para akademisi dan pemikir ekonomi nasional. Pria yang karib disapa Aji Dedi ini, adalah salah satu lokomotif di balik eksistensi organisasi Gabungan Pengusaha Kecil Nasional Minyak dan Gas (Gapina Migas) dalam Undang-undang (UU) Migas.

DIRHAN, Samarinda

Lahir 31 Desember 1969 silam, Aji Dedi Mulawarman adalah putra pasangan H Sayid Abbas Hasim dan Hj Arminiwati. Bagi tanah Benua Etam, Aji Dedi bukanlah orang asing. Ia merupakan keturunan Aji Raden Godang (Putri Sultan Kutai Kartanegara Adji Moehammad Soelaiman) dan Habib Abdurrahman Baragbah (Sahbandar dari Kutai Kartanegara di Sangkulirang).

Diakhir tahun 1953, setelah menyelesaikan SLTP di Tenggarong, H Sayid Abbas Hasim memutuskan untuk merantau di Kota Malang. Di tanah perantauan ini, H Sayid Abbas Hasim bertemu sang istri, Hj Arminiwati, wanita asal tanah Turen Malang. Dari pernikahan ini, keduanya dikarunia empat anak laki-laki. Salah satunya Aji Dedi Mulawarman.

Jauh sebelum dikenal sebagai seorang pemikir dan aktivis. Rupanya, darah cendekiawan di dalam diri Aji Dedi, tak bisa dilepaskan dari ayah, H Sayid Abbas Hasim, yang merupakan aktivis dan Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Malang tahun 1965-1967. Darah pejuang tersebut juga lekat dari sang kakek dan nenek, yang merupakan aktivis Nahdatul Ulama (NU) dan Ketua Muslimat Kutai, Kaltim.

Goresan intelektual itu, membawa Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam ini, berkecimpung HMI Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Yogyakarta. Aji Dedi bahkan dipercayakan oleh rekan sejawat menjadi Ketua HMI Komisariat Stiper kala itu.

“Semasa kuliah, saya aktif di HMI Komisariat Stiper sampai jadi ketua HMI komisariat, lalu saya ditarik jadi pengurus cabang dua periode. Ketika itu saya satu bidang dengan pak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Kami di bidang intelektual,” ungkap ayah empat anak ini mengenang.

Semasa di HMI, proses kaderisasi Aji Dedi terbilang cukup lengkap. Dari masa perkenalan calon anggota (Maperca), basic training, hingga senior course pernah dia kenyam. Menjelang akhir kepengurusan di HMI Cabang Yogyakarta, Aji Dedi memutuskan mengakhiri masa lajang. Wanita yang jadi tambatan hatinya ialah Inti Purnomowati, Ketua Kohati HMI Universitas Gajah Mada (UGM).

“Saya menikah tahun 1994. Setelah itu saya ke Kaltim. Saya menjadi dosen tetap di Yayasan Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong tahun 1994-1996. Saat itu saya juga ditunjuk sebagai tim pengembangan pertanian di Hulu Mahakam,” tutur pria yang akrab dengan kaca mata tersebut.

Karena bapak mertuanya tutup usia, Aji Dedi kemudian harus kembali ke Solo. Namun sebelum itu, Aji Dedi bersama sang kaka Aji Purnawarman sempat membangun perumahan Loa Ipuh Permai di Tenggarong tahun 1994. Perumahan ini dibangun untuk para veteran TNI dan masyarakat umum.

Perkenalan dengan dunia properti tersebut menjadi titik balik, sekaligus awal bagi Aji Dedi bersemayam dengan dunia ekonomi akuntansi. Terlebih lagi, saat bergabung di PT Perkebunan Tanjung Bahagia (PTB) tahun 1995-1996, pria yang gemar membaca dan menulis ini, telah dipercayakan sebagai staf keuangan hingga Direktur Keuangan tahun 2003.

“Karena saya terlalu banyak dikeuangan, kemudian saya jadi ingin sekolah. Masuklah saya tahun 2003 ke kampus memperdalam ilmu akuntansi, saya ambil magister akuntansi di Universitas Brawijaya,” tuturnya.

Bagaikan berjodoh, ayunan langkah inisiator Gerakan Aktivis Muda dan Ketua Yayasan Rumah Peneleh ini, mengeluti dunia ekonomi akuntasi berbuah manis. Menyelesaikan magister hanya dalam kurun waktu satu tahun 11 bulan, Aji Dedi menorehkan prestasi akademik yang cukup gemilang, dengan menjadi wisudawan terbaik Universitas Brawijaya tahun 2015, Cumlaude IPK 3,91. Serta dinobatkan sebagai wisudawan terbaik untuk jenjang S-3 di tahun 2008 dengan hasil Suma Cumlaude IPK 4,0.

“Saat saya lulus S-2, saya langsung diminta melanjutkan S-3 oleh para guru besar di Universitas Brawijaya Malang,” tuturnya berbagi cerita dengan media ini.

Prestasi apik Aji Dedi di dunia akademi berlanjut dengan keberhasilan dia meraih sejumlah penghargaan untuk penulisan artikel, baik nasional maupun internasional. Salah satunya datang dari negara tetangga, internasional award Malaysia.

“Saya kuliah S-3 cuman dua tahun sepuluh bulan. Saat S-2, tesis saya tentang Akuntansi Syariah, Mendesain Laporan Keuangan Syariah. Kalau tesis itu cuman laporan penganti laba rugi, sementara di S-3, disertasi saya itu mengganti seluruh laporan keuangan yang konvensional menjadi laporan keuangan syariah,” terangnya.

Pengurus DPP Himpunan Pengusaha KAHMI tersebut bercerita, dari persentuhan keilmuan ekonomi akutansi itulah, dia mulai mencoba mengintegrasikan antara akuntansi, islam dan pertanian. Dari situ muncul akuntansi pertanian yang juga menjadi buku pertama yang dia tulis tahun 2008. Atas sumbangsi pemikirannya di dunia ekonomi, Aji Dedi bahkan dimasukan dalam daftar 500 cendekiawan nasional 2014-2015 versi Webometric.

Sebelum dikenal sebagai seorang akademisi dan cendekiawan, Aji Dedi telah lebih dulu menapakan keilmuan dengan terlibat pada Gapina Migas tahun 2000. Lembaga tersebut membantu pengusaha kecil Migas diseluruh Indonesia agar diakui pemerintah. Salah satunya Gapina Migas mendorong sektor koperasi dan UKM masuk dalam UU Migas.

“Karena butuh power tambahan, saya diminta dan direkrut jadi Wakil Ketua Umum Gapina Migas. Dari situ peran saya adalah legal drafting atas UU Migas. Tujuannya supaya usaha kecil dan koperasi masuk di UU. Alhamdulillah, saat itu berhasil, usaha kecil dan koperasi migas masuk, dan satu-satunya UU sektoral di Negeri ini sebagai salah satu pemain bisnis. Saat itu saya adalah Ketua Tim Legal Drafting,” ungkap pria yang pernah berafiliasi di Executive Committee, Crical Accounting Society, New York, USA tersebut.

Atas prestasi tersebut, pria yang pernah dicalonkan sebagai Menteri Pertanian di kabinet kerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini, mendapatkan kepercayaan sebagai anggota Tim Kecil Blue Print Hilir Migas Nasional Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2001-2002. Tim ini terdiri dari lima orang, mantan Dirut Pertamina, Direktur Petrus Petroleum, Kementrian Keuangan Bidang Migas, Direktur PGN, dan Aji Dedi Mulawarman sebagai perwakilan Gapina Migas.

“Saya kalau urusan migas, insya Allah paham. Karena dari situ saya sempat jadi anggota kumpulan perusahaan migas. Saya jadi anggota kehormatan Bimasena Oil and Gas Executive Forum. Dari situ saya ngomong oil for people, saya bersama Imron Rosadi Hamid. Saat itu, beliau Sekretaris Legal Drafting. Kami berdualah yang memunculkan istilah oil for people,” jelas dia.

Dia mengatakan, konsep tersebut bahkan dipaparkan dirinya bersama Imron Rosadi dihadapan para pengusaha migas nasional. “Kami menyampaikan, minyak itu milik rakyat, bukan milik perusahaan internasional. Jadi harus kembali ke rakyat. Saya dan kawan-kawan di Gapina Migas berhasil mendapatkan kuota migas untuk usaha kecil,” sambungnya.

Sebagai seorang aktivis, alumni SMA Negeri 4 Surakarta ini mengakui, dirinya sempat merasakan kejenuhan. Kala itu, Aji Dedi merasa frustasi dengan situasi bangsa yang carut marut. Keputusan dia menekuni magister dan doktor ekonomi akuntansi, pada prinsipnya adalah bagian dari perlawanan dirinya.

Namun darah pejuang semasa di HMI memanggilnya untuk tetap istiqomah berjuang. Pasca meraih gelar doktor, Aji Dedi kembali membulatkan tekat untuk berjuang membangun bangsa ini. Titik klimaksnya, Aji Dedi bergabung dengan tim Barisan Nusantara (Barnus) dan dipercaya sebagai Ketua Dewan Pakar Barnus, mengodok dapur kepakaran mendorong Anies Baswedan jadi Menteri Pendidikan tahun 2014.

“Pak Anies saat itu jadi Menteri. Saat bersamaan, saya juga didorong oleh Gepak, Ikapakarti, KKSS, Kadin Kaltim, LKK, RKIH Kaltim, Majelis Dewan Adat Dayak Borneo, para akademisi Kaltim, Projo Kaltim, para ulama dan pimpinan pondok pesantren, sampai keluarga kesultanan menjadi Menteri Pertanian. Nama saya sempat masuk lima besar. Tapi saat itu garis tanggan belum berkehendak. Tapi segalanya tetap saya syukuri,” pungkasnya. (*)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor