Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat pasukan bengibar bendera (Paskibra) untuk menjalankan tugasnya. Tepatnya di Upacara Peringatan HUT ke-75 RI ini. Tiga pelajar dipilih dari seleksi yang dilakukan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar). Mereka ialah purna paskibra 2019 yang dipercaya kembali mengemban tugas di tahun ini.
ADIEL KUNDHARA, Bontang
Pengibaran bendera merah-putih. Begitu MC membacakan susunan upacara HUT RI ke-75, tiga paskibra langsung bersiap menjalankan tugasnya. Stefany Martha Purba selaku pembawa bendera langsung menyerukan aba-aba persiapan. Perintah itu ditaati oleh dua rekannya yakni Fauzan Arief dan Donny Juan. Selaku pembentang dan penarik tali tiang bendera.
Langkah tegap pun dilakukan ,dengan pandangan terfokus. Sasarannya tiang bendera yang berada di tengah lokasi upacara. Tepatnya eks Kantor Wali Kota Lama, Jalan Awang Long, Bontang Baru. Tak ada kendala selama tugas mereka. Bendera sampai di ujung tiang, ketika lantunan lagu kebangsaan selesai diiringi oleh korps musik yang diemban oleh Satpol PP.
Kepada Kaltim Post (induk Bontangpost.id), Fani mengaku senang dipecaya kembali untuk menjadi pengibar bendera tahun ini. Terdapat perbedaan proses seleksi di masa pandemi. Menurutnya, calon petugas diminta berkumpul oleh panitia dua pekan lebih sebelum kegiatan upacara dilangsungkan.
“Ada informasi yang disebar di grup whatsapp purna paskibra 2019. Teman-teman yang datang itu juga tidak semua,” kata dia.
Selanjutnya proses seleksi dilakukan mengacu tinggi fisik calon petugas. Disebutkan pelajar kelas XII SMAN 1 Bontang ini, baik pasukan Tujuh Belas maupun Delapan tahun lalu dilibatkan. Setelah tersaring 10 paskibra, latihan intensif wajib diikuti. Durasinya selama dua pekan.
“Saat latihan ada yang berbeda dengan tahun lalu. Sekarang lebih singkat,” ucapnya.
Petugas hanya berlatih dalam durasi 5 jam. Mulai pukul 07.00 hingga 12.00 Wita. Padahal sebelumnya, proses latihan memakan dua sesi. Mulai pagi hingga sekira pukul 18.00 Wita. Pun demikian untuk latihan fisik terjadi perbedaan. Jikalau dulu tiap sesi tersebut, calon paskibra wajib melahap 30 kali putaran lintasan lari Stadion Bessai Berinta. Kini menyusut menjadi 5-10 putaran.
“Fisik tidak separah tahun lalu. Mungkin karena ada Covid-19 ini,” sebut anak dari pasangan Bangkit Marata Purba dan Elisabeth Junari Toding ini.
Senada, Fauzan Arief mengaku proses seleksi terbilang simpel. Tidak ada medical check up bahkan samapta. Durasi seleksi pun hanya sehari. Latihan di lapangan hanya satu hari. Selebihnya berada di venue upacara.
“Tanggal 7 masih di Stadion Bessai Berinta. Besoknya (8 Agustus) sudah di sini (lapangan eks kantor wali kota lama) latihan bendera,” ujar pelajar SMAN 1 Bontang ini.
Ia mengaku adaptasi tersulit ialah penggunaan masker saat berlatih. Pasalnya, acapkali masker menjadi basah. Akibat pekikan aba-aba yang dilakukannya. Namun, putra pasangan Baharudin dan Desiana ini harus membiasakan diri. Mengingat angka penyebaran Covid-19 di Kota Taman terus mengalami peningkatan.
“Kadang merasa risi. Kalau maskernya basah sesak rasanya,” terang pria kelahiran 12 Desember 2002 ini.
Selain di venue upacara, paskibra juga menjalankan tugas di tiga persimpangan jalan. Tepatnya saat detik-detik proklamasi dibunyikan. Ini sesuai arahan Menteri Sekretaris Negara untuk mengajak masyarakat memperingati detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Tiga lokasi berada di kecamatan yang berbeda. Meliputi simpang tiga Bontang Plaza, simpang empat RS Amalia, dan simpang empat Masjid Al Hijrah. Donny berharap agar peringatan HUT RI kali ini sebagai momentum untuk bersama melawan pandemi Covid-19. Dengan cara mematuhi protokol kesehatan.
“Mudah-mudahan Covid segera berlalu. Supaya normal kembali,” pungkas pelajar kelas XII SMAN 3 Bontang ini. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post