bontangpost.id – Jumat (16/4/2021) pagi, suasana di salah satu sekolah dengan palang bertuliskan SDN 008 Balikpapan Tengah, nampak sepi. Dari deretan pintu yang terpajang di bangunan memanjang bekelir hijau tua itu, hanya satu yang terbuka lebar. Di ujung pintu yang terbuka terdapat papan bergantung bertuliskan “Ruang Guru”.
Di dalam ruangan, terlihat empat orang wanita duduk melingkar saling berjauhan. Nampak raut wajah serius di tengah obrolan mereka. Satu dari mereka menengok ke arah pintu, sadar akan kedatangan wartawan PROKAL.co (grup bontangpost.id). Mereka adalah rekan Rizki Rahmadhini, wanita yang menjadi korban pembunuhan sadis oleh kekasihnya Praka MAM.
Wanita yang terlihat lebih tua berdiri sembari melempar senyum. Usai memperkenalkan diri, dengan ramah ia mempersilahkan kami untuk masuk ke ruangan tersebut dan duduk di sofa rotan beralaskan kapuk tipis di hadapannya.
“Pasti soal Kiki ya,” ucap wanita yang diketahui bernama Mariatun yang juga kelas 6 di SD tersebut.
Awalnya mereka semua terdiam sejenak, sebelum akhirnya seorang wanita bernama Endang buka suara memulai percakapan. Dia tak menyangka nasib tragis akan menimpa rekan kerjanya itu. Setaunya Kiki, sapaan akrab korban, tak banyak tingkah. Terbukti dari sikap yang selalu ditunjukkan Kiki kepada orang-orang di sekitarnya.
“Dia orangnya ceria loh padahal,” akunya. Matanya menatap lurus ke depan. Sambil menopang dagu, ia mencoba mengingat kembali sosok Kiki.
Endang akui Kiki memang bukanlah orang yang banyak berbicara. Sesuai yang disampaikan banyak orang, Kiki orangnya pendiam. Kalaupun bercerita, paling hal-hal kecil yang tidak penting. Wanita yang mengajar di kelas 3, SD 008 Balikpapan Tengah itu jarang mendengar keluh kesah Kiki, apalagi yang bersifat pribadi.
“Lagian dia juga lebih banyak di Perpustakaan. Dia kan yang bertugas menjaga perpus. Kalaupun datang, paling bilang lagi bosan,” tuturnya.
Selain itu, mereka menuturkan tak banyak tahu soal sisi lain dari Kiki. Karena Kiki juga baru tujuh bulan berada di sekolah itu, pindahan dari SDN 010. Selain itu, selama pandemi mereka memiliki jadwal piket masuk yang berbeda dengan Kiki. Paling kalau bertemu hanya di hari Sabtu saja.
Ingatan mereka kembali ke beberapa hari sebelum kejadian menghilangnya wanita berparas manis tersebut. Tepatnya pada 27 Februari 2021. Kiki datang ke sekolah setelah sekian lama tak masuk karena izin orangtuanya terkena Covid-19. Saat itu mereka sedang makan bersama dan membicarakan penugasan guru yang akan mengikuti zoom pelatihan. Kiki ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mengikuti zoom meeting pada 1 Maret untuk menggantikan guru lain, yang sebelumnya sudah mengikuti zoom tersebut.
“Waktu itu dia jawab, Insya Allah karena di tanggal itu dia mau urus-urus (berkas pernikahan) karena berkasnya sudah masuk kantor,” timpal Ningsih, guru Kelas 1.
Namun, mereka kembali mengulang pernyataan yang sama, tak banyak yang tahu sudah sampai mana yang Kiki urus karena dia terlalu tertutup untuk masalah pribadinya. Terus berlanjut, hingga Kiki dinyatakan menghilang. Beberapa hari setelah Kiki menghilang, mereka datang ke rumah keluarga Kiki untuk bersilaturahmi sembari mengetahui kondisi orang tua Kiki.
Mereka saling berbagi cerita sebagai orang yang pernah berinteraksi dengan Kiki. Saat bercerita itu, salah satu di antara mereka sempat menyinggung soal pengurusan pernikahan yang dilakukan Kiki selama ini.
“Tapi kata bapaknya waktu itu tidak ada. Kami tidak bisa menanyakan lebih jauh, karena itu sudah urusan pribadi. Tapi seingat kami bapaknya bilang tidak ada,” terang Endang.
Selama mengenal Kiki juga, mereka tidak pernah tahu seperti apa sosok kekasih yang terkadang Kiki ceritakan. Hanya melihat sekilas dari foto, itupun hanya satu kali. Selebihnya, yang mereka tahu, selalu Kiki yang mendatangi kekasihnya. Tidak pernah sebaliknya.
“Hanya itu sih yang kami tahu. Dia cerita, tapi tertutup masalah pribadinya. Tapi memang orangnya pendiam,” imbuh Ningsih.
Hal serupa juga diungkapkan oleh ayah korban, Kuswanto (60). Meski dirinya yang paling dekat dengan putrinya itu, tapi ia akui Kiki adalah orang yang pendiam. Mendekati hari hilangnya, Kiki menjadi lebih pendiam dan sering merenung.
Paman korban Prawito (52) juga menyebutkan hal yang sama. Prawito mengatakan bahwa keponakannya itu memang orang pendiam dari kecil. Tapi ia memastikan, wanita bertubuh mungil itu adalah sosok yang baik dan sabar. Itu sebabnya, Kiki menjadi keponakan kesayangannya.
“Ya betul anak itu pendiam. Aduh, makanya mba saya sangat kehilangan betul dengan keponakan saya itu. Air mata saya sampai kering karena menangis terus saat tahu dia ditemukan tapi sudah dalam kondisi seperti itu (tinggal tulang-belulang),” ujar Prawito.
Mereka yang dekat dengan Kiki berharap agar hukum dapat ditegakkan seadil-adilnya kepada tersangka Praka MAM. Tak ada ampun. Dan meminta pemeriksaan berjalan secara terbuka. Bahkan mereka dengan lantang menuntut tersangka dihukum mati.
Sebelumnya, pada 13 Maret 2021 masyarakat Kota Balikpapan digegerkan dengan informasi ditemukannya mayat yang tersisa tulang-belulang di jalan Transad KM 8, arah TPA Manggar, Balikpapan Timur. Informasi simpang siur mengenai korban merupakan orang hilang pada 1 Maret, hingga tersangka adalah seorang oknum TNI.
Akhirnya media ini mengkonfirmasi hal itu kepada Kapendam VI/Mulawarman Letkol Inf Taufik Hanif, yang kemudian membenarkan adanya informasi tersebut. Tersangka merupakan oknum TNI dari satuan yang berada di kawasan Manggar dan sudah ditahan sejak tanggal 9 April 2021. (rin/pro)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: