Mengenal Sosok Korwil Kalimantan MAC Indonesia: Heksa Daniraya
Hobi terkadang membuat orang bisa melakukan apa saja. Bahkan untuk hal-hal yang dianggap “nyeleneh”. Seperti yang dilakukan Koordinator Wilayah (Korwil) Kalimantan Motor Antique Club (MAC) Indonesia Heksa Daniraya.
DIRHAN, Samarinda
KEGEMARANNYA terhadap motor-motor antik mengantarkan Heksa, pria asal Samarinda yang satu ini menjadi salah satu kolektor motor antik di Betua Etam. Bahkan atas alasan itulah, Heksa ditunjuk dan dipercayakan menjadi Korwil MAC Indonesia di Kalimantan.
Sebelum menjadi penyambung lidah bagi para pecinta motor antik di Kalimantan dan Pulau Jawa, kecintaan pria berbadan atletis ini bermula sejak dia duduk di bangku SMA, tepatnya sekitar 2001 silam. Hobi mengoleksi motor di era 1960-an ke bawah tersebut, tak bisa dilepaskan dari virus yang ditularkan sang bapak, Anang Jayadi.
Ya, sang bapak merupakan seorang penggemar dan kolektor barang-barang yang bernuansa klasik, terutama yang berkaitan dengan dunia motor antik. Ibarat kata, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Hobi itulah yang kini turun ke Heksa.
“Saya mulai ikut komunitas motor sekitar 2001. Dulu saya gabung di club Motor Antik dan Binter Merzy Club. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA. Motor pertama yang punya ketika itu motor AJS,” kata pria kelahiran Samarinda, 12 September 1985 ini.
Kegandrungan bapak dua anak ini terhadap motor antik semakin menjadi ketika dia memasuki bangku perkuliahan di Kota Malang sekitar 2003 silam. Ketika itulah Heksa banyak bergabung dengan komunitas MAC Indonesia.
Bahkan saat itu, alumni SMP 7 Samarinda ini dipercayakan sebagai Seksi Humas MAC Indonesia untuk wilayah Samarinda di 2003. Melalui MAC Indonesia Heksa semakin tau banyak tentang apa itu motor antik, terutama tentang hobi dan seni di balik barang langka tersebut.
Apalagi dirinya merupakan orang dari latar belakang pendidikan mesin. Ya, Heksa banyak mempelajari ilmu seputar rakit merakit mesin yakni saat duduk di bangku Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) Negeri 04 Samarinda. Bahkan Heksa kian mantap menekuni dunia teknik mesin dengan menggasak kemampuan di Institut Teknologi Nasional (ITN) Kota Malang.
“Saya semakin banyak kenal para pecinta motor antik dan klasik saat saya mengikuti Jambore dan event yang diadakan MAC Indonesia Malang,” tutur alumni SD Mawar 012 Samarinda dan SD 004 Muara Badak, Kukar ini, kala berbagi cerita kepada Metro Samarinda.
Suami dari Wulan ini mengaku, sebelum bergabung di MAC Indonesia. Dirinya lebih awal tergabung di Old Hores Samarinda. Motor yang jadi andalannya kala itu yakni CB 200, sebelum naksir ke motor AJS yang kala itu dibelikan sang bapak.
“Bapak mendukung, karena beliau juga pecinta motor antik. Cuman yang konsisten sampai sekarang ya tinggal saya. Bapak dan kakak enggak terlalu lagi,” ucapnya.
Heksa mengatakan, kecintaannya pada motor antik lahir dan tumbuh dalam jiwanya. Bukan dikarenakan ada embel-embel sesuatu. Seperti ingin diakui dan sebagainya. Bahkan ketika banyak orang mempertanyakan hobinya dan kenapa mau merawat susah-susah motor-motor tersebut, dirinya hanya menjawab itulah hobi dan seni.
“Saya suka motor antik karena jiwa saya. Ada yang tanya sama saya, kenapa sih harus motor antik, kenapa nggak beli motor yang bagus aja? Saya bilang inilah seni,” ulasnya.
Selain itu, menurut pria yang juga memiliki usaha GYM ini, jika dirinya mau maka untuk satu motor antik miliknya bisa membeli tiga hingga tiga motor sekelas Ninja 250 CC. Namun demi menyalurkan hobi dan seni, dirinya tidak ingin memandang rupa atau nilai dari suatu barang tersebut.
“Dari sekian motor antik yang punya, motor pertama yang saya beli dari hasil keringat sendiri itu Norton. Saat itu saya beli Rp 65 juta, sekitar 2010. Yang lain di-support orang tua,” tuturnya.
Dia menceritakan, selain berbicara sejarah di balik sebuah kendaraan, yang paling utama bagi para penggemar motor antik yakni nilai estetika dan kepuasan bisa memilikinya. Terutama ketika motor tersebut digunakan.
“Kalau naik di motor biasa, seperti keluaran Jepang sekarang, itu beda dengan motor antik yang kami miliki. Bisa mengendarainya ada kenikmat sendiri. Suaranya berirama dan nyaman. Pokoknya nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata deh,” jelasnya.
Menurut Heksa, yang jadi kendala bagi para penggemar motor antik adalah keterbatasan sparepart motor itu sendiri. Karena rata-rata barang itu tidak ada dijual di sembarang bengkel. Bahkan ada yang sampai harus dipesan di luar negeri.
Namun dalam urusan merawatnya, sambung pria 32 tahun ini, hampir sama seperti motor pada umumnya. Hanya rajin-rajin mengganti oli, karburator, dan tangki bahan bakar minyak (BBM) harus sering diganti dan dicek, agar lebih awet. Seperti motor antik miliknya, dari Merli, Ariel, BSA, AJS, dan Norton selalu rutin dia rawat.
“Merawatnya harus lebih berhati-hati, karena mendapatkan sparepart-nya cukup susah. Rata-rata harus dibikin dan diimpor. Seperti piston Norton, bisa sampai Rp 3 juta. Kalau piston Ariel, karena empat silinder bisa hingga Rp 6 juta. Belum yang lainnya,” paparnya.
Namun semua pengorbanan itu bisa langsung hilang ketika motor sudah bisa dipakai jalan, ataupun touring bersama anggota komunitas motor antik. Menurutnya, dari situ dia dan teman-teman Old Hores atau MAC Indonesia mendapatkan kesenangan. Selain itu, bisa memiliki motor antik hanya bisa dinilai oleh perasaan.
“Seperti apa itu memiliki motor antik, itu ada dan hanya bisa dirasakan oleh diri masing-masing pemilik motor yang punya hobi. Enggak bisa diukur dengan uang,” ujarnya.
Bagi pria yang hobi fitnes ini, hal lain yang juga cukup penting baginya, karena dengan hobinya mengoleksi motor antik dirinya juga bisa mendapatkan banyak kawan baru di komunitas. “Bisa bergabung di komunitas motor antik itu sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya. Selain karena ada kesamaan hobi. Di komunitas juga tumbuh rasa kebersamaan yang begitu luar biasa,” katanya.
Misalnya saja, saat touring, ada teman yang motornya mogok. Antara satu dengan yang lain saling membantu memperbaikinya. Tidak ada istilah meninggalkan teman. Apalagi membiarkannya kesulitan di jalan. “Kalau ada teman yang motornya mogok, kita saling membantu. Dalam komunitas kita mendapatkan banyak teman dengan berbagai karakter,” ucapnya.
Dia menambahkan, beberapa daerah yang sudah dia kunjungi dengan motor antiknya seperti ke Bali, Yogyakarta, Kudus, hingga ke Bandung. “Alhamdulillah selama saya berjalan tidak pernah sampai ada masalah yang begitu berarti,” ucapnya mengakhiri. (*)
TENTANG HEKSA
Nama: Heksa
Alamat: Jalan P Suryanata No 30 Samarinda
Hobi: Clasic dan fitnes
Ayah: Anang Jayadi
Ibu: Siti Aisyah
Istri: Wulan
Anak: Caca dan Rami
Sekolah:
SD 012 Mawar Muara Badak
SD 044 Samarinda
SMP Negeri 7 Samarinda
SMK Negeri 4 Samarinda
Sarjana Teknik Mesin ITN Malang
Pengalaman Organisasi:
Anggota MAC Indonesia
Humas MAC Indonesia
Korwil Kaltim MCA Indonesia
Koleksi Motor:
Ariel Merek II/1000 CC Tahun 1957 (Rp 350 juta)
BSA M20/500 CC Tahun 1943 (Rp 90 juta)
AJS 54/350 CC Tahun 1954 (Rp 90 juta)
Norton 750 CC Tahun 1966 (Harga Rp 200 juta)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: