MENGETAHUI jumlah orang dengan HIV-AIDS (ODHA) bukan hal yang mudah. Karena, masih banyak dari mereka yang belum mau terbuka dengan kondisi kesehatan yang dialami. Karena itu dibutuhkan peran konselor voluntary counseling and testing (VCT) yang diharapkan mampu mendekati ODHA. Sehingga dapat mencegah dan menanggulangi penyebaran HIV-AIDS.
Ketua Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia (PKVHI) Kaltim, Suwanto memaparkan, dibutuhkan konselor terlatih agar bisa mendapat kepercayaan dari ODHA. Karena pada dasarnya ODHA memiliki sifat menutup diri. Tanpa ada konselor yang bisa dipercaya, ODHA tidak akan membuka identitasnya.
“Karena dengan konselor ini, mereka (ODHA) percaya sekali. Akhirnya kasus apapun, apakah dia terdeteksi HIV-AIDS atau apa, akan terus terang kepada konselor,” kata Suwanto yang dilantik pada 31 Oktober lalu.
Untuk itu, PKVHI telah memiliki serangkaian program meliputi pelatihan konselor-konselor baru. Menurutnya dengan diketahuinya informasi dari ODHA oleh konselor, bisa ditentukan langkah-langkah yang mesti dilakukan ke depan. Agar ODHA dapat hidup normal layaknya orang biasa. Tindakan yang dilakukan biasanya berupa pengobatan dan perawatan secara rutin.
Meningkatnya angka pengidap HIV-AIDS di Kaltim, menurut Suwanto disebabkan masyarakat masih belum paham informasi HIV-AIDS yang benar. Dalam hal ini masyarakat baru akan memeriksakan diri ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya apabila telah merasakan sakit.
“Padahal pemeriksaan ini penting apalagi bagi mereka yang berisiko tinggi HIV-AIDS. Yang berisiko tinggi itu misalnya sering ke lokalisasi, sering pakai narkoba,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, pada tahap-tahap awal memang penderita HIV tidak merasakan sakit. Akan tetapi virus sudah bersarang di tubuhnya. Sayangnya, baru ketika sudah merasa sakit mereka memeriksakan diri ke rumah sakit. Akhirnya setelah dites, diketahui positif HIV. Padahal kalau tes dilakukan di tahap-tahap awal, kualitas hidup penderitanya masih bisa dioptimalkan.
“Daripada dia datang sudah stadium empat, itu agak sulit memang. Apabila masih stadium awal dan minum obat secara patuh, insyaallah, hanya Allah yang menentukan,” sebut Suwanto.
Tetapi bila tidak minum obat ARV, virus terus menyerang kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang turun terus-menerus membuat virus, bakteri, dan kuman-kuman akan masuk ke dalam tubuh. Pada akhirnya terjadi penyakit bermacam-macam. Akibatnya, ODHA menderita penyakit serius dan tidak bisa ditolong.
Kesadaran masyarakat yang masih kurang akan bahaya HIV-AIDS punya peran dalam peningkatan jumlah ODHA. Suwanto mengakui faktor yang penyababnya terbilang banyak. Di antaranya hubungan seksual berganti-ganti pasangan, kemudian narkoba suntik, transfusi darah, kemudian dari air susu ibu yang sudah terinfeksi HIV-AIDS bisa menularkan pada bayinya.
“Sudah kami programkan sosialisasi tengang pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS ini. Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, juga dengan instansi dan OPD (organisasi perangkat daerah) terkait. Karena soal HIV-AIDS ini bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan,” tandasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: