bontangpost.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang menggelar sosialisasi 19 poin protokol kesehatan Covid-19 rekomendasi Kemendikbud RI, Selasa (2/6/2020) pagi.
Dihelat di ruang petemuan Autis Center, Jalan Tennis, Kelurahan Api-Api, Bontang Utara, sosialisasi perdana ini diikuti perwakilan seluruh SMP di Kota Taman. Sementara Rabu (3/6/2020) esok di lokasi yang sama juga akan digelar sosialisasi untuk SD.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikbud Bontang, Saparuddin menjelaskan, sosialisasi ini bertujuan agar sekolah bersiap dengan segala kemungkinan yang diambil pemerintah pusat, dalam hal ini Kemendikbud RI.
Apakah Kemendikbud RI memilih seluruh jenjang pendidikan mempertahankan pembelajaran jarak jauh (PJJ), membatasi jenjang pendidikan mana yang PJJ dan kembali ke sekolah. Atau seluruhnya kembali ke sekolah namun dengan menerapkan 19 protokol kesehatan Covid-19 saran Kemendikbud RI.
“Pelaksanaan sosialisasi ini supaya sekolah sudah mempersiapkan (Protokol kesehatan) sebelum tahun ajaran baru dimulai. Mau sekolah masuk atau tidak (PJJ),” kata Sapar.
Berdasarkan instruksi Kemendikbud RI, daerah melalui Disdikbud diwajibkan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah terkait 19 poin protokol terbaru. Pun sekolah wajib menindaklanjuti sosialisasi ini dengan membentuk tim percepatan guna mempersiapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) aman sesuai protokol.
Adapun dalam sosialisasi ini, masih terjadi silang pendapat apalah aman mengembalikan KBM di sekolah untuk murid SMP.
Persoalan masih berkutat pada protokol kesehatan disangsikan akan disiplin dinalankan murid SMP. Kesiapan sekolah, baik dari sisi infrastruktur dan SDM terhadap regulasi ini.
Seperti terungkap di tengah diskusi, ternyata dari 870 guru SMP, sebanyak 408 di antaranya berusia di atas 46 tahun. Sisanya, 462 berusia di bawah 45.
Melihat data ini, maka praktis banyak sekolah yang bakal kekurangan guru. Karena salah satu poin ptotokol kesehatan disebutkan, guru usia di atas 45 tahun disarankan tidak mengajar di kelas.
Kepala SMP Negeri 4 Bontang, Margareta Situmeang lebih memilih sekolah mempertahankan PJJ, sama seperti sebelum tatanan kenormalan baru. Alasannya, murid SMP masih sukar diatur ketika diminta disiplin dengan protokol kesehatan.
“Kalau kami sih lebih memilih PJJ,” ujarnya kepada bontangpost.id usai sosialisasi.
Ditambahkan, meski pada praktiknya PJJ pun tidak mudah diterapkan, dan kalaupun bisa pasti ribet dan membutuhkan biaya lebih (untuk kuota internet, Red). Namun PJJ dinilai lebih aman ketimbang memaksa anak-anak “berdamai” dengan kondisi saat ini.
Sementara, SMP Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) mengaku sudah siap dengan seluruh keputusan yang diambil pemerintah. Mau itu kembali belajar di sekolah, atau tetap PJJ.
“Kami ikut saja keputusan pemerintah,” ujarnya.
Adapun, YPK siap menyiapkan segala keperluan seperti tambahan rombongan belajar (rombel), tempat cuci tangan, hand sanitizer, serta thermogun bila KBM digelar sekolah. Pun telah menyusun skema pembelajaran tatanan kenormalan baru yang aman di tengah wabah Covid-19.
Rencananya, kata Sinto, bila keputusan sudah keluar, YPK rencananya bakal menerapkan sistem pembelajaran 50 persen dalam jaringan (daring), 50 persen luar jaringan (luring). Untuk pembelajaran daring, sudah ada aplikasi khusus yang dikembangkan yayasan, jadi tidak ada masalah untuk pembelajaran daring.
Sementara, bila pendidikan luring alias masuk kelas diaplikasikan, akan diterapkan sistem pergantian hari dengan pola 2/3 dan 3/2. Maksudnya, beberapa kelas akan dihimpun dalam satu grup, kemudian jadwal masuk sekolah diatur. Misal, kelompok kelas A di pekan pertama masuk 2 hari, kemudian di pekan kedua masuk 3 hari. Dan begitu seterusnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post