bontangpost.id – Pelaksanaan festival budaya Erau Pelas Benua hingga kini belum menemui kejelasan. Pasalnya pemerintah masih melihat situasi terkini pandemi Covid-19 di Bontang, Kaltim.
Erau Pelas Benua adalah festival budaya khas kutai. Kegiatan tersebut digelar saban tahun di Guntung, Bontang Utara setiap September. Festival ini biasa dihelat sepekan. Di dalamnya berbagai kegiatan khas kutai seperti pertunjukan tari-tarian tradisional, lomba permainan tradisional kutai, belimbur, bapelas benua, dan belian. Juga ada panggung hiburan rakyat, dan pasar malam.
Kabid Pembinaan, Ketenagakerjaan, dan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang Eka Dedy menjelaskan, pemerintah memang belum berani memberi kejelasan saat ini. Sebab masih terlalu dini. Pandemi masih melanda. Kendati secara trafik, angka paparan kasus di Bontang terbilang melandai. Namun situasi bisa dengan cepat berubah. Pemerintah tidak berani mengambil risiko sebab festival budaya itu melibatkan massa dalam jumlah besar.
“Belum ada kejelasan sampai hari ini. Kami masih melihat situasi pandemi dulu,” kata Eka Dedy ketika dikonfirmasi bontangpost.id, Rabu (26/5/2021).
Kendati pelaksanaan Erau Pelas Benua tahun ini belum jelas, dia memastikan pemerintah tetap menyiapkan pos anggaran. Walau Eka Dedy enggan menyebutkan nilainya dengan alasan tak ingat.
“Sudah ada anggarannya disiapkan. Saya lupa persisnya. Tapi ini bisa tiba-tiba kena refocusing. Kami tidak tahu nanti,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Lembaga Adat Kutai Guntung Ismail mengatakan hingga kini pihaknya belum berkoordinasi dengan Disdikbud. Walhasil, hingga kini belum ada persiapan menyambut Erau.
“Belum ada koordinasi ini,” kata Ismail kepada bontangpost.id.
Dia bilang kalau pihaknya akan mengikuti instruksi Tim Gugus Tugas. Bila dilarang karena berpotensi mengumpulkan massa, pihaknya tak akan memaksa Erau Pelas Benua digelar. Sebab ini demi kebaikan bersama. Guna menekan potensi penyebaran Covid-19.
“Kami nurut saja. Tidak bisa juga memaksa kalau kondisi masih seperti ini,” kata dia.
Berkaca kondisi tahun lalu, Erau Pelas Benua tetap digelar. Tapi hanya melibatkan pengurus lembaga adat. Bukan massa dalam jumlah besar. Pun yang dihelat sekadar ritual inti Erau. “Kalau dilarang, mungkin akan seperti tahun lalu saja. Cuma ritual inti dilakukan. Itu sebentar saja, tidak berhari-hari,” ungkapnya.
Dia berharap, selama pandemi ini, baiknya Disdikbud Bontang dan lembaga adat fokus pada perbaikan internal. Seperti menyusun strategi agar festival ini semakin menarik, tidak monoton. Memastikan semakin banyak massa yang datang. Dan memperbaiki hal-hal lain agar festival budaya ini bisa makin bergaung, bukan cuma di lingkup Bontang, bila perlu Kaltim.
“Nanti kalau pandemi bisa dikendalikan, bukan cuma pelestarian budaya yang jalan. Pariwisata kita buat mendongkrak PAD dan ekonomi rakyat juga jalan,” tandasnya. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda