BONTANGPOST.ID, Bontang – Dalam upaya mengurangi prevelansi stunting di Indonesia, RSUD Taman Husada Bontang terlibat secara langsung menangani kasus stunting yang terjadi di daerah.
Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Obgyn RSUD Taman Husada Bontang dr Khairul Dalimunthe, SP. OG saat menjadi narasumber dalam kegiatan Deseminasi Audit kasus stunting Kedua serta Monitoring dan Evaluasi (Monev) Audit Kasus Stunting Pertama, di Balai Pertemuan Umum (BPU), Kecamatan Bontang Barat, Selasa (5/11/2024).
Giat yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3KB) Bontang melibatkan tim percepatan penurunan stunting, organisasi perangkat daerah, Baznas Bontang, PKK, satgas stunting, Puskesmas, tim pendamping keluarga, perusahaan swasta, rumah sakit swasta, rumah sakit pemerintah, KUA, kecamatan, kelurahan, dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Ia mengatakan, pelaksanaan giat ini bertujuan mengidentifikasi risiko stunting dan merumuskan langkah intervensi yang tepat. Sehingga semua pemangku kepentingan, kebijakan, hingga OPD harus terlibat bersama secara langsung. Mulai dari informasi, koordinasi, edukasi dan penanganan.
Namun, keterlibatan rumah sakit pelat merah ini lebih cenderung memberikan penanganan terhadap kasus stunting secara menyeluruh.
“Penanganan stunting perlu kerja sama dari berbagai pihak, termasuk dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Kami ingin menjadi bagian dari Solusi. Langkah yang kami ambil ini dapat membantu memperbaiki kualitas hidup generasi mendatang,” kata Dokter Khairul.
Teranyar, total pasien stunting yang mendapat penanganan sebanyak 16 kasus di RSUD Bontang. Adapun rinciannya, stunting pada anak sebanyak 10 kasus. Kemudian, pada ibu hamil sebanyak 3 kasus. Terakhir, pada Calon Pengantin (Catin) sebanyak 3 kasus.
Rerata pasien dengan kategori berat yang mendapat penamganan ini merupakan rujukan dari Puskesmas. Semisal, rujukan yang diberikan karena kondisi pasien, seperti ibu hamil yang mengalami anemia.
Tak hanya itu, lengan pasien mengecil dengan ukuran lingkar lengan atas 23, 3 centimeter. Padahal, ambang batas normal lingkar lengan pada ibu hamil ialah 23,5 centimeter.
Atas kejadian itu, tindakan awal yang diberikan untuk pasien, yakni mencari penyebab anemia. Kemudian, melakukan ultrasonografi atau USG terhadap bayi didalam kandungan. Apabila dari hasil tindakan dan pemeriksaan awal menunjukan bayi dalam kondisi stunting, maka mendapat penanganan dari dokter spesialis.
“Kami mengadakan konsultasi gizi, pemantauan perkembangan fisik, serta bimbingan bagi para orang tua untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan asupan gizi yang cukup dan perawatan yang optimal,” terangnya.
Ia berharap, penanganan secara menyeluruh dari para dokter spesialis memberikan dampak yang signifikan dalam menurunkan angka stunting di Bontang.
Apalagi ditunjang dengan layanan kesehatan di poliklinik dan program yang terus ditingkatkan untuk mengawal perkembangan anak agar tumbuh optimal.
“Kami berkomitmen untuk mengawal perkembangan anak-anak agar tumbuh optimal. Dan terhindar dari risiko stunting yang berpotensi menghambat kemampuan kognitif dan kesehatan jangka panjang mereka,” ujarnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: