bontangpost.id – Persoalan Pasar Tamrin (Taman Rawa Indah) tak habis-habis. Nyaris dua bulan di tempati, pedagang masih saja ‘teriak’. Dari rapat antara komisi gabungan DPRD Bontang, Tim Kota dan perwakilan pedagang, ada 3 persoalan pokok yang mendera pasar semi modern terbesar di Bontang itu.
Pertama, banyak lapak kosong. Utamanya di lantai 3. Ada beda pandangan terkait petak kosong ini. Kata Kepala UPT Pasar, Haedar, lantaran pedagang masih di luar daerah. Belum bisa kembali ke Bontang dengan alasan mobilitas susah, karena pandemi. Atau karena modal belum terkumpul.
“Kami tidak bisa paksa kalau begitu. Yang jelas semua petak sudah ada pemiliknya,” ujar Haedar.
Sementara kata Asosiasi Pedagang Pasar Tamrin beda lagi. Kata ketuanya, Nurdin, pada dasarnya memang banyak pedagang enggan pindah ke gedung baru pasar lantaran khwatir tak ada pembeli. Melihat gedung pasar demikian tinggi, pedagang sudah “ciut” duluan. Berpikir pembeli tak mau naik ke atas. Capai, lelah, dan kejauhuan.
“Takut pedagang kalau tidak ada pembeli di atas. Faktanya memang pasar cukup sepi,” katanya di tengah diskusi.
Persoalan kedua, banyak lapak tandingan berdiri di sekitar pasar. Ini juga yang ditengarai membuat Jalan KS Tubun menjadi semrawut. Berantakan. Tak sedap di pandang mata. Bahkan membuat jalan padat di waktu-waktu tertentu.
Kembali dikatakan Nurdin, dari amatan yang pihaknya lakukan, 80 persen orang yang menyewa kios di sekitar Pasar Tamrin ialah pedagang terdaftar. Alias mereka yang punya petak di gedung baru pasar.
Pedagang memilih sewa petak di bawah, yang harga sewanya hingga Rp 30 juta, ketimbang pindah ke pasar baru. Alasannya, lagi-lagi, karena jualan di pasar baru diproyeksi tidak laku.
Sebabnya dia meminta UPT Pasar, selaku pengelola Pasar Tamrin, untuk memberi ketegasan kepada pedagang. Kendatipun ada surat perjanjian di awal. Tapi tidak ada jaminan pedagang mau menepati regulasi itu. Atau, UPT Pasar akan bertindak tegas sebagaimana tertulis dalam perjanjian: menarik hak pakai.
“Banyak pedagang pilih sewa di sekitar pasar. Biar mahal asal di bawah. Masalahnya kalau ini dibiarkan, akan semakin turun ini pedagang,” tegas Nurdin.
Terkait penataan lapak dadakan di sekitar Pasar Tamrin, Tim Kota yang diketuai Asisten Sekda II Bontang Zulkifli mengatakan, ada sejumlah skenario disusun untuk merapikan Jalan KS Tubun. Utamanya dari lapak dadakan. Yakni mendata seluruh bangunan di sekitar pasar. Bila ada bangunan yang digunakan tak sebagaimana peruntukkannya, katakanlah rumah menjadi tiba-tiba jadi petak pasar, maka akan ditertibakan oleh Satpol PP.
Masalah lain, terkait pedagang ayam yang dinilai kurang pas bila ditempatkan di lantai satu gedung. Tak pas karena posisi lapak dan tempat pemotongan hewan berjauhan. Ini membuat pedagang kesulitan sendiri.
Sebabnya untuk ini, Pemkot Bontang berencana membangun pasar khusus unggas. Posisinya tepat di pasar sementara Rawa Indah.
Jadi rencananya, seluruh pedagang ayam di Pasar Tamrin akan dipindah ke pasar unggas khusus. Sementara pedagang ikan yang berjualan di bahu Jalan KS Tubun akan direlokasi semua ke Pasar Tamrin.
Dalam catatan UPT Pasar, total ada 365 petak di lantai 1. Sebanyak 494 di lantai 2. Dan 483 di lantai 3. Sementara di lantai paling atas terdapat 15 petak. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post