Mamalia air tawar ini jadi maskot Samarinda. Bahkan, jadi julukan klub sepak bola. Namun, nasibnya bikin elus dada. Pesut mahakam pun jadi perbincangan dalam forum kelas dunia.
12 Desember 2019 lalu, Co-Founder Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK-RASI) Danielle Kreb mendapatkan penghargaan kelas dunia karena kiprahnya dalam penelitian dan konservasi pesut mahakam sejak awal era milenium.
Danielle mendapat Conservation Merit Award dari Society for Marine Mammalogy dalam acara The World Marine Mammal Conference di Barcelona. Dalam forum yang dihadiri 2.500 pegiat mamalia air di dunia itu, Danielle mempresentasikan upaya konservasi dan kondisi pesut mahakam yang sekarang tinggal 80-an ekor dengan habitat hanya di Mahakam dan anak sungainya.
Dalam presentasinya, Danielle mengungkapkan timnya melibatkan warga sekitar. Apa yang dia dapat adalah kerja tim dan masyarakat. Pihaknya mengedukasi masyarakat agar tak buang sampah sembarangan di sungai. Juga melibatkan masyarakat ketika proses evakuasi atau upaya untuk membantu pesut mahakam.
“Kami latih masyarakat di desa-desa sekitar habitat pesut. Kalau di Desa Pela (Kukar), masyarakatnya sudah bisa,” ucapnya.
Hal ini juga ditampilkan dalam sesi video night. Kala itu, video YK-RASI ikut dalam 12 video yang dipilih dari ratusan lainnya yang masuk dari seluruh dunia. Dalam videonya, terekam kegiatan YK-RASI saat mengevakuasi pesut mahakam bersama-sama dengan masyarakat.
“Di video itu, mereka melihat keadaan kami di lapangan, dengan alat-alat minim, seperti perahu kecil. Sedangkan di tempat lain dengan alat canggih. Ternyata kami yang alatnya minim bisa melestarikan pesut mahakam. Juga mereka melihat bagaimana masyarakat yang tampak jujur begitu senang ketika pesutnya selamat,” cerita perempuan asal Belanda yang hampir sekitar dua dekade bermukim di Samarinda itu.
Saat ini, pesut jarang tampak di Sungai Mahakam. Mamalia ini bermukim di anak-anak Sungai Mahakam. Pasalnya, di sungai inilah yang paling agak bersahabat dengan mereka. Tak ada lalu lintas kapal besar. Mereka bisa mendapatkan ikan kecil dengan mudah. Sebab, hewan ini memanfaatkan gelombang sonar untuk melihat. Hal ini bisa terganggu dengan keberadaan kapal ponton.
Namun, hidup makin ke ujung, tak juga bikin pesut mahakam tenteram. Aneka ancaman masih menghantui si smiling dolphin ini. Mulai dari kapal ponton batu bara yang masih juga lewat di sungai kecil, limbah rumah tangga, limbah kebun sawit, tak lupa limbah tambang batu bara.
Di sisi lain, pesut mahakam juga terancam dengan keberadaan rengge alias jaring nelayan. Jika tak hati-hati nelayan bisa membuat pesut mahakam terjerat. Meskipun, nelayan tak berniat melakukannya. Ancaman lain juga terjadi ketika nelayan menangkap ikan dengan menyetrum.
YK-RASI pun seminggu tiga kali melakukan patroli. Mereka memantau apa ada tindak illegal fishing. Sekaligus melihat kondisi pesut mahakam. Jika ditemukan illegal fishing, mereka akan melaporkan hal ini ke pihak berwajib.
“Kita juga ke sekolah-sekolah, anak-anak di sana selalu antusias. Turut memberikan nama untuk pesut mahakamnya,” imbuh Danielle.
Melihat kondisi pesut yang kian mengkhawatirkan, pihaknya pun mengajukan pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP). Kawasan ini melingkupi empat kecamatan yakni Kota Bangun, Muara Wis, Muara Kaman, dan Muara Muntai. Di dalamnya, ada 27 desa.
“Walaupun sekarang masih ada kawasan konservasi perairan. Tinggal menunggu SK dari bupati,” ujar Danielle.
Kawasan konservasi yang sedang diajukannya ini, disebut Danielle, bakal jadi konservasi perairan tawar pertama di Indonesia. Sebab, selama ini konservasi perairan laut. Dia berharap konservasi kawasan ini bisa segera diterapkan. Sehingga, pesut bisa dilindungi dan bermanfaat bagi nelayan di sekitarnya. Pencemaran berkurang, ikan makin banyak.
“Kawasan ini bukan tak boleh ada aktivitas sama sekali. Hanya dua persen dari zona keseluruhan yang tidak boleh ada kegiatan menangkap ikan,” paparnya.
Saat ini, pihaknya tengah melakukan studi pemasangan alat akustik pasif. Jadi dengan gelombang frekuensi tinggi, pesut mahakam bisa menjauh dari rengge. Kalau sukses studi ini, mereka akan memperbanyak alat. Sudah 80 nelayan yang meminta. Pasalnya, para nelayan juga tak ingin pesut terjerat di rengge-nya karena akan merusak rengge.
“Sebenarnya saat ini kami berharapnya masyarakat juga sadar kalau rengge dipasang malam itu risikonya besar,” sebut Danielle.
ATUR TRANSPORTASI AIR
Selain di Sungai Mahakam, masih ada sekitar 60 pesut teluk balikpapan yang tersisa. Pesut ini habitatnya berada di Teluk Balikpapan dan mengandalkan pasokan makanan yang tersedia di sana. Namun, tak lama lagi ibu kota negara (IKN) bakal berdiri di sekitar kawasan Teluk Balikpapan. Kecamatan Sepaku di Penajam Paser Utara (PPU) ditunjuk sebagai bakal tempat pusat ibu kota. Wilayah kecamatan itu juga mencakup hulu Teluk Balikpapan yang jadi habitat pesut.
“Pesut di Teluk Balikpapan ini belum spesies sendiri. Namun, populasi mereka tidak bergabung dengan populasi pesut lain di Delta Mahakam atau Teluk Adang. Mereka memiliki satu unsur DNA yang berbeda. Jadi, berbeda juga dengan pesut mahakam,” terang Danielle Kreb.
Dia menjelaskan, dulu populasi pesut banyak di hilir Teluk Balikpapan. Namun, seiring banyaknya aktivitas di kawasan tersebut seperti kapal besar yang lewat, membuat spesies ini mulai menuju bagian hulu yang dianggap lebih aman.
Untuk diketahui, saat ini pembangunan Jembatan Pulau Balang tengah dilakukan. Jembatan ini melintas di atas Teluk Balikpapan yang jadi habitat pesut.
Danielle pun mengkhawatirkan jika IKN ada di kawasan hulu, maka bakal ada banyak kapal-kapal besar pengangkut semen maupun alat dan bahan konstruksi yang lewat hingga hulu.
“Karena ini saja habitat pesut sudah mengalami perubahan. Dari 2000 hingga 2008 masih banyak ditemukan pesut di kawasan hilir teluk. Sekarang hampir tak ada. Di hulunya lebih banyak. Kalau banyak kapal hingga ke hulu, mau ke mana lagi mereka. Sementara, mereka sudah adaptasi dengan ikan-ikan yang ada di hulu,” ucap Danielle.
Pembangunan IKN bisa mengancam pesut apabila kapal-kapal angkut semen dan lainnya sampai ke hulu. Dia menilai, lebih baik kapal-kapalnya di hilir saja. Kemudian logistik dibawa via darat.
Apalagi, pesut teluk balikpapan baru saja mengalami nestapa karena tahun lalu terjadi tumpahan minyak. Sehari berselang, ditemukan seekor pesut mati di Balikpapan. Danielle pun berharap tak ada pelabuhan yang dibangun di hulu Teluk Balikpapan untuk keberlangsungan pesut. Meskipun, Kelurahan Pemaluan yang disebut bakal jadi pusat IKN posisinya langsung berbatasan dengan kawasan Teluk Balikpapan.
Sementara itu, Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi ketika ke Samarinda mengungkapkan bahwa di IKN nantinya sistem transportasi akan terintegrasi. Mulai dari bandara, transportasi darat, hingga pelabuhan. Namun, pemerintah masih menemui sejumlah kesemrawutan untuk urusan transportasi air. Salah satunya terminal khusus (tersus) yang rawan disalahgunakan.
“Tersus itu banyak di Kaltim dan bagus untuk kegiatan ekonomi. Tetapi, bisa juga disalahgunakan. Oleh karenanya, pemerintah berusaha untuk mengonsolidasikan sekitar 301 tersus menjadi badan usaha pelabuhan,” ucap Budi.
Sementara itu, untuk menunjang IKN sendiri, dua pelabuhan baru akan dibangun, yakni Pelabuhan Kuala Samboja dan Pelabuhan Marangkayu. Pelabuhan Kuala Samboja berada di Kutai Kartanegara yang berada di antara Samarinda dan Balikpapan. Dalam perencanaannya, pelabuhan ini akan memiliki dermaga peti kemas dengan ukuran 500×35 meter dan dermaga serbaguna berukuran 500×20 meter.
Selain itu, lapangan penumpukan di Pelabuhan Kuala Samboja akan memiliki luasan 50 hektare. Dengan area industri mencapai 150 hektare. Usulan pembangunan pelabuhan baru ini pun sudah disampaikan Pelindo VI ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
“Kami juga sudah menyampaikan ke gubernur (Gubernur Kaltim Isran Noor). Akan disesuaikan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kaltim,” kata General Manager (GM) Pelindo IV Cabang Balikpapan Iwan Sjarifuddin seusai Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI awal Desember lalu.
Sedangkan Pelabuhan Marangkayu akan memiliki dermaga peti kemas dengan ukuran 600×30 meter dan dermaga serbaguna berukuran 200×30 meter. Adapun lapangan penumpukan memiliki luasan 50 hektare. Lalu trestle atau bagian dari dermaga yang berfungsi sebagai jalan akses menuju jetty berjumlah tiga buah. Dengan ukuran masing-masing 800×12 meter.
Kemudian jetty atau bagian dermaga berfungsi sebagai tempat bersandarnya kapal seluas 250 meter persegi. Dengan adanya pelabuhan baru ini, disebut menjadi solusi untuk ekspor batu bara ke luar negeri. Mengingat selama ini selalu ada selisih jumlah antara batu bara yang dikirim dengan batu bara yang diekspor. Karena diangkut menggunakan metode ship-to-ship. Lantaran kapal kecil yang mengangkut batu bara melalui Dermaga Perkasa di Balikpapan. Sementara kapal besar untuk mengekspor batu bara berada di luar perairan Teluk Balikpapan. (nyc/dwi/k15/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post