BELAKANGAN ini saya intens menyimak isu terkait media, eh, politik Bontang. Kadang tersenyum melihat buzzer yang sibuk menyerang kepribadian lawan jagoannya. Saling singgung ranah privat. Tidak kreatif blas.
Saya sering membaca posting-an mereka saat rehat. Lumayan, bisa jadi hiburan. Apalagi jika sesama buzzer sudah saling membuka aib. Walau dibungkus dengan kode-kode. Suguhannya hanya kalah dari konten DPO-nya Bintang Emon.
Saat menggulirkan layar ponsel, mimik wajah saya berubah. Dari tersenyum menjadi serius. Seserius hubungan dua teman sesama pecandu kopi yang kini tak lagi sembunyi-sembunyi menunjukkan kemesraan.
Saya melihat unggahan Etha Rimba P Tandi Payung. Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bontang. Foto rekomendasi dari DPP Gerindra. Dia ditugaskan untuk maju sebagai calon wakil bupati Toraja Utara. Mendampingi petahana. Kalatiku Paembonan.
Etha jarang sekali mem-posting hal yang berbau politik. Paling sering aktivitas keluarga. Atau pelayanannya kepada gereja. Masuk ke pelosok desa. Melewati jalan rusak.
Ini berarti Etha harus mundur sebagai anggota DPRD Bontang. Hal yang tidak sulit baginya. Beberapa kali dia sampaikan. Pada Pilkada 2015 dia juga siap mundur. Ketika didorong untuk ikut berkompetisi.
Saya cukup sering berbincang dengan ibu dua anak ini. Tidak melulu wawancara. Etha sangat asyik dijadikan rekan diskusi. Sedikit tahu pandangan politiknya.
Majunya Etha di Pilkada Toraja Utara juga berarti, jurnalis, khususnya saya, kehilangan salah satu narasumber yang berani. Berani mengkritik keras. Tanpa beban. Tidak takut bersebrangan jika dinilai ada yang kurang pas.
Bahkan saya terkadang tidak enak hati. Berita yang saya terbitkan, membuatnya dihujat. Oleh para buzzer tadi. Yang sepertinya hanya membaca judul berita. Tanpa paham benar isi berita. Menanggapi itu, Etha hanya tersenyum. “Biarkan saja mereka, Win,” ujarnya.
Wawancara dengan Etha membantu kerja jurnalis. Terutama pada masa pandemi ini. Yang banyak melakukan wawancara jarak jauh. Via WhatsApp, misalnya. Satu pertanyaan yang diajukan, dijawab Etha dengan sangat runut. Panjang. Lengkap. Untuk ukuran media online, bisa jadi satu berita. Hanya dari satu pertanyaan.
Wawancara dengan Etha juga membuka wawasan. Latar belakanganya sebagai dokter, majelis gereja, pengusaha, dan politikus, menjadikannya wajar. Paket komplet. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post