PENGHARGAAN Adipura yang kembali diraih Bontang bukan hanya menimbulkan kebahagiaan. Melainkan, turut menjadi bahan evaluasi bagi Pemkot Bontang terkait kekurangan-kekurangan dalam manajemen pengelolaan lingkungan kota dalam setahun terakhir.
Hal ini ditegaskan Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni. Saat ditanya kekurangan Bontang dalam penilaian dari Kementerian Lingkungan Hidup, Neni menyinggung keberadaan sapi di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bontang Lestari yang berdampak cukup fatal bagi Bontang. Khususnya dalam menambah pundi-pundi penghargaan tahun ini.
Kata dia, Selasa (15/1/2019), sejatinya Bontang bisa memborong empat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI selaku leading sector. Selain Piala Adipura dan dua Nirwasita Tantra Awards Greed Leadership 2018. Penghargaan yang lepas itu adalah penghargaan daerah dengan pengelolaan sampah terbaik.
Menariknya, kegagalan menggenapkan perolehan penghargaan ini lantaran adanya sapi yang tertangkap jepretan kamera. Saat penilaian dari KLHK RI selaku pemberi penghargaan terhadap pengelolaan lingkungan bersih dan sehat ini dilakukan.
“Jadi (seharusnya di) TPA itu tidak boleh ada sapi. Kemarin saat difoto, ada sapi (di TPA). Seandainya tidak ada sapi pada waktu kemarin penilaian, kita dapat sertifikat juga tentang pengelolaan sampah yang terbaik,” ungkap Neni.
Dijelaskan, keberadaan sapi di TPA memberikan penilaian yang buruk. Karena dengan adanya sapi yang makan di area TPA, memungkinkan munculnya cacing pita dan organisme berbahaya lainnya yang tidak terkontrol. Lingkungan pun dibuat menjadi tidak sehat.
“Jadi kita tidak mendapatkan sertifikat pengelolaan sampah. Kalau kita mendapatkannya, berarti kita (dapat) empat penghargaan. Jadi dari semua kriteria, dari empat, kita menyabet tiga,” terangnya.
Atas kegagalan ini, Neni bakal melakukan evaluasi. Agar kejadian yang sama tidak terulang. Apalagi sejatinya sistem pengelolaan sanitary landfill di Bontang diklaim sudah baik dan mendukung.
“Tidak semua kabupaten/kota atau provinsi di Indonesia punya sanitary landfill. Jadi saya bersyukur di 2003 Pak Sofyan (wali kota pertama Bontang, Red.) sudah membangun sanitary landfill. Karena itu salah satu poin kita jadi tinggi. Khususnya dalam pemilahan sampah,” tandas Neni. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post