Kisah Inspiratif Warga Bontang: Dimas Saputra (132)
Persepsi masyarakat yang negatif terhadap hipnosis membuat Dimas Saputra kesulitan kala pertama kali memperkenalkan praktik hipnoterapinya. Bila dulu dia susah payah mencari pasien, kini banyak warga Bontang yang datang padanya baik meminta bantuannya.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Maraknya acara-acara bertema hipnosis di televisi serta tindakan kriminal menggunakan hipnotis membuat persepsi masyarakat Bontang terhadap praktik ini menjadi negatif. Hal ini berpengaruh pada Dimas Saputra yang mulai mempraktikkan hipnoterapi di tahun 2012. Saat mempromosikan praktik hipnoterapinya melalui jejaring sosial, dia mendapat penolakan dan cemoohan yang terbilang banyak.
“Dalam rentang 2012 sampai 2013, masyarakat Bontang masih banyak yang tidak menerima hipnoterapi. Mereka menilai negatif karena dianggap membuka rahasia orang, juga karena sering digunakan dalam kriminal. Ada juga yang bilang ilmu hitam dan gendam,” ungkap Dimas kepada Bontang Post.
Padahal, hipnoterapi bukan seperti itu. Melainkan sebuah metode pengobatan ilmiah dengan membuka alam bawah sadar manusia. Bentuk pengobatannya dengan memasukkan sugesti-sugesti positif yang bermanfaat dalam mengubah perilaku dan memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Misalnya untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasan buruk atau meningkatkan semangat bekerja.
Dimas mengisahkan, pertama kali mengenal hipnoterapi saat diajak temannya mengikuti sebuah pelatihan tahun 2012 di salah satu hotel di Bontang. Penasaran, Dimas yang kala itu menjadi pesulap lantas mengikuti pelatihan tersebut. Setelah mengikuti pelatihan dan mendapat pembekalan ilmu hipnoterapi, dia pun mulai mempraktikkan ilmu yang didapatkannya melalui berbagai bentuk promosi melalui jejaring sosial seperti facebook, black berry messenger, dan path. “Responsnya kebanyakan negatif, sampai 60 persen. Tapi saya tetap mempromosikan jasa hipnoterapi saya, siapa tahu ada yang berminat mencobanya,” kata Dimas.
Dari situ dia mulai dikenal sebagai praktisi hipnoterapi. Tidak sedikit warga Bontang yang lantas menjadwalkan pertemuan dengan Dimas untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi. Karena masih dalam tahap mengasah kemampuan diri, kala itu Dimas sama sekali tidak memungut biaya. Pasien hanya menyediakan konsumsi selama proses konsultasi dilakukan.
“Tapi seperti tukang pijat, walaupun saya tidak menentukan tarif, ada saja orang yang memberikan saya uang. Biasanya mereka yang puas dengan terapi yang saya berikan,” terangnya.
Akan tetapi tanggapan negatif masyarakat dan keluarga terhadap praktik hipnoterapi yang dilakoninya sempat membuat Dimas patah arang. Dia sempat berhenti berpraktik selama dua bulan dan merasa kariernya di hipnoterapi sudah selesai. Namun semangatnya tumbuh kembali ketika tiba-tiba ada seorang perempuan yang mendatanginya minta untuk hipnoterapi.
“Awalnya saya menolak untuk hipnoterapi. Karena memang saya sudah lama tidak praktik. Biasanya kalau sudah lama tidak praktik, ilmu bisa memudar. Tapi karena pasien itu terus memaksa, akhirnya saya ladeni juga,” kenang Dimas.
Dia menceritakan, perempuan tersebut datang dengan keluhan sakit perut dan kepala kanan yang sering sakit. Kondisinya cukup memprihatinkan, dengan wajah yang tirus. Si pasien menduga terkena ilmu hitam karena ketika periksa ke medis, dokter mengatakan pasien tidak menderita penyakit apapun. Mendapat keluhan seperti itu, Dimas pun mengutamakan penyelesaian secara ilmiah terlebih dulu sebelum memercayai asumsi pasien.
“Ternyata setelah hipnoterapi, saya temukan pasien sendiri yang membuat penyakit tersebut. Ternyata dia punya masalah keluarga. Setiap kali dilanda emosi, asam lambungnya naik dan kepalanya sakit. Lalu saya berikan sugesti-sugesti positif dalam proses penyembuhannya,” urai pemuda jangkung ini.
Dari situ Dimas menyadari ada orang-orang yang memang membutuhkan hipnoterapi. Dia pun mulai kembali berpraktik hipnoterapi, menerima pasien-pasien dengan berbagai permasalahan yang berbeda-beda. Selain itu, dia juga mulai membuka pelatihan hipnoterapi secara privat. Walaupun pelatihan yang dibukanya tersebut juga tidak berjalan mulus. “Karena ada orangtua dari murid-muridnya yang masih menganggap hipnoterapi sebagai sesuatu yang negative,” tambahnya.
Bahkan apa yang dilakukan Dimas sempat ditentang kedua orangtuanya. Dia sempat dilarang berpraktik hipnoterapi oleh kedua orangtua karena disangka ilmu hitam. Namun setelah melihat rekaman-rekaman hipnoterapi Dimas, serta perkataan orang yang mengapresiasi kegiatannya, orangtua Dimas malah berbalik menjadi bangga dengan apa yang dilakukan anak ke-4 dari lima bersaudara ini.
“Dukanya memang itu, sempat dituduh ilmu hitam. Sempat juga ditakuti sama orang-orang, dikucilkan. Tapi setelah tahu kebenarannya, mereka jadi lebih loyal dan peduli pada saya. Dari situ karakter saya terbentuk, dari yang sebelumnya diremehkan jadi disegani,” jelas Dimas.
Kemampuannya dalam hipnoterapi sempat membawa Dimas bekerja sebagai HRD di salah satu perusahaan komunikasi di Balikpapan tahun 2015. Akan tetapi, kesibukan dalam pekerjaan membuat Dimas tak punya waktu dalam melatih kemampuan hipnoterapinya. Karena memang, ilmu hipnoterapi mesti terus diasah, minimal dengan pemberian sugesti dan motivasi. Akhirnya mahasiswa Universitas Trunajaya Bontang ini memutuskan berhenti bekerja dan kembali ke Kota Taman.
Pengalaman Dimas dalam dunia hipnoterapi lantas digunakannya untuk kegiatan-kegiatan sosial. Di luar praktiknya sebagai praktisi hipnoterapi, kini Dimas bekerja sebagai pendamping advokasi di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bontang. Korban-korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi pasien-pasien yang ditanganinya di P2TP2A.
Secara mandiri, Dimas juga menggunakan ilmunya untuk menyembuhkan penyakit masyarakat. Dia kerap mendatangi kerumunan-kerumunan remaja yang ditenggarai sedang melakukan tindakan negatif. Misalnya menenggak minuman keras, ngelem, dan narkoba. Dengan modus permainan, Dimas beberapa kali menyadarkan remaja-remaja tersebut tentang buruknya kegiatan yang dilakukan. Remaja-remaja itu pun pulang ke rumah masing-masing.
“Saya datangi mereka, ajak ngobrol. Tentu sudah ada yang saya kenal terlebih dulu di antara mereka. Awalnya saya kasih permainan sederhana seperti menghilangkan angka tiga dari ingatan mereka. Dari situ saya masuk dan memberikan sugesti-sugesti positif, misalnya tentang kekhawatiran orangtua mereka,” urai pemuda kelahiran Bontang, 24 tahun lalu ini.
Memang, kini Dimas lebih mengkhususkan hipnoterapinya pada berbagai masalah sosial. Selain menyembuhkan penyakit masyarakat, dia juga aktif dalam meningkatkan semangat belajar generasi muda. Termasuk dalam hal motivasi belajar kepada anak-anak SMP dan SMA. Dia kerap diundang ke sekolah-sekolah untuk memberikan motivasi tentang masa depan ataupun tentang persiapan ujian. Bahkan dia pernah melakukan hipnoterapi massal menidurkan 121 siswa untuk diberikan sugesti-sugesti positif.
“Dalam kaitannya dengan edukasi, hipnoterapi bisa digunakan untuk menghilangkan sifat malas membaca, bisa juga meningkatkan daya ingat. Serta untuk relaksasi agar proses belajar bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.
Dimas mengakui, praktik hipnoterapi sangat membantu dalam kebutuhan hidupnya. Apalagi dalam melakukan praktik hipnoterapi dia sudah memegang sertifikat dari Man Power Edutainment (MPE). Sehingga jasa konsultasi hipnoterapinya dapat dipertanggungjawabkan. Bila dulu dia mesti mempromosikan praktiknya, kini warga Bontang yang datang sendiri mencarinya untuk berkonsultasi. Untuk layanan hipnoterapi, dia kini memberikan tarif Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu.
Di antara berbagai pasien yang pernah ditanganinya, Dimas menyebut ada yang paling berkesan baginya selama berpraktik hipnoterapi. Yaitu ketika dia didatangi pria paruh baya yang berprofesi sebagai kontraktor. Kepada Dimas, pria tersebut mengaku tidak bisa tidur selama tiga hari. Yang mengejtukan, ketika Dimas melakukan hipnoterapi, dia tidak mampu membuat pria tersebut tertidur.
“Padahal berbagai metode hipnoterapi sudah saya gunakan, termasuk dengan cara ekstrem. Meski begitu dia merasa senang dan membayar saya,” kenang Dimas.
Kata Dimas, sebenarnya di Bontang banyak terdapat praktisi hipnoterapi. Akan tetapi sedikit yang menginformasikannya secara publik seperti yang dilakukannya. Selain untuk melatih kemampuannya dan juga kerja sosial, Dimas berkeinginan mengubah paradigma masyarakat Bontang mengenai hipnoterapi. Sehingga harapannya tidak ada lagi orang yang menganggap hipnoterapi sebagai ilmu hitam, melainkan merupakan sesuatu yang ilmiah.
“Hipnoterapi itu kompleks. Dimulai dari pembacaan karakter, pembacaan emosional, mengenal lingkungan, dan mengenal problem. Dari situ mulai dilakukan hipnoterapi, induksi sugesti sesuai dengan masalah yang dihadapi,” tegas ketua komunitas Hipno Science Bontang ini. (bersambung)
Nama: Dimas Saputra
TTL: Bontang, 17 Juli 1992
Orangtua: Thamrin (ayah), Jamilah (ibu)
Status dalam keluarga: Anak ke-4 dari 5 bersaudara
Pendidikan:
- SD 006 Bontang Utara (lulus 2004)
- SMP Bahrul Ulum (lulus 2007)
- SMA Monamas (lulus 2010)
- Universitas Trunajaya (2011-sekarang)
Alamat: Jalan MH Thamrin RT 3 Gunung Elai
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: