SAMARINDA – Sepanjang tahun 2016 harga sawit tidak begitu menggembirakan. Hal tersebut karena faktor el nino yang terjadi pada 2015 yang sangat berdampak pada kualitas buah kelapa sawit di tahun berikutnya. Namun, pada 2017 diprediksi harga terus membaik seiring meningkatnya kualitas buah.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim Ujang Rachmad didampingi oleh Kepala Bidang Usaha Tani Muhammad Yusuf mengatakan, diprediksi harga akan terus membaik. Seiring sudah tidak ada dampak dari el nino 2015. Para petani bisa bergembira tahun ini, karena mendapat kualitas kelapa sawit yang lebih baik.
“Sebenarnya banyak prediksi. Apalagi ada ancaman dari Brazil yang sedang besar-besaran membuka pasar minyak nabati. Tapi tetap optimistis tahun ini lebih baik dari 2016,” ujarnya Senin (16/11).
Menurutnya, optimistis membaik karena memasuki awal 2017 harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mengalami kenaikan. Pada November harga TBS hanya Rp 1.676 per kilogram. Mengalami kenaikan pada Desember Rp 1.705 per kilogram. Dari awal 2016 hingga sekarang. Januari harga TBS paling tertinggi yaitu Rp 1.849 per kilogram.
“TBS sawit periode Januari 2017 mengalami kenaikan Rp 143,98 per kilogram dari periode sebelumnya. Akibat meningkatnya permintaan CPO (Crude Palm Oil) sehingga mempengaruhi kenaikan harga TBS, termasuk di wilayah Kaltim,” ungkapnya.
Yusuf mengatakan, berdasarkan hasil rapat penetapan harga TBS sawit untuk periode Januari 2017. Diantaranya adalah umur tiga tahun kelapa sawit Rp 1.621. Umur empat tahun Rp 1.654. Umur lima tahun Rp 1.691 dan umur enam tahun Rp 1.735. “Sedangkan, umur tujuh tahun Rp 1.751, umur delapan Rp 1.793. Umur sembilan Rp 1.833 dan umur sepuluh tahun hingga dua puluh lima tahun Rp 1.849 per kilogramnya,” ungkapnya.
Sementara itu, tambahnya, harga CPO tertimbang dikenakan Rp 8.257 per kilogram. Harga kernel (inti sawit) rata-rata tertimbang yang sama sebesar Rp 7.078 dengan Indeks K sebesar 85,76 persen. Harga tersebut merupakan standar harga bagi petani yang sudah bermitra dengan perusahaan pemilik pabrik kelapa sawit di Kaltim.
“Sementara, di lapangan banyak transaksi jual beli buah sawit masih di bawah standar harga yang telah ditetapkan. Seharusnya dengan adanya pemerintah dan asosiasi diharapkan harga TBS petani sudah sesuai dengan harga normal dan tidak dipermainkan lagi oleh para tengkulak,” ucapnya. (*/ctr/lhl/k18)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: