Belajar menghafal Alquran dimulainya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Segudang prestasi yang dimiliki Muhammad Miftah Farid menghantarkannya menyabet juara 1 Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di Maroko.
Muhammad Arsyad Mustar, Bontang
[dropcap]D[/dropcap]alam memenangi suatu kontes, tentu membutuhkan kerja keras dan ketekunan. Itulah yang dilakukan Muhammad Miftah Farid. Remaja kelahiran Bontang, 19 Januari 2003 ini mengikuti ajang MTQ di Maroko yang mampu mengharumkan nama Indonesia.
Perjuangan Farid tak semudah membalikkan telapak tangan. Satu demi satu tantangan harus ia lalui. Namun tak bisa dipungkiri, anak dari pasangan Abdul Mu’min Abu Hurairah dan Asmawati Camong berhasil juara 1 terbaik lomba MTQ internasinal kategori tilawah dan hafal lima hizb.
Sejak masih duduk di bangku kelas 1 SD 003 Bontang Selatan 2009, secara autodidak Farid mulai menghafal Alquran. Tahun yang sama mengikuti lomba MTQ pelajar antarsekolah tingkat kota, ia lantas berhasil meraih juara 1.
“Itu pertama kali ikut lomba, alhamdulillah juara 1. Tapi saya tidak langsung begitu jumawa, tentu masih terus belajar,” jelasnya.
Farid sendiri bisa membaca Alquran berkat bimbingan kedua orang tuanya, yang juga sebagai guru mengaji di RT 19, Kelurahan Berbas Pantai. Selain itu ada pula guru mengaji lainnya yang turut membimbingnya. Farid terus mengasah kemampuannya dan menekuni bidang agama itu.
Memasuki 2012, awal yang baik bagi Farid mengikuti lomba MTQ tingkat provinsi yang diadakan di Tarakan. Ia berhasil meraih juara 3. Tahun berikutnya penyelenggaraan MTQ tingkat provinsi kembali digelar di Malinau, Farid masuk juara 2. Tahun 2014, MTQ tingkat provinsi yang berlangsung di Kutai Timur juga meraih juara 2.
Masih di tahun yang sama, Farid berkesempatan mengikuti seminar qori qoriqh se-Kalimantan Timur. Seorang narasumber bernama KI Haji Muhammad Ali HM, seorang Qori Internasional tertarik dengan bakatnya,
Lantas narasumber tersebut mengajak Farid untuk bersekolah di Pesantren Al-Quran Al-Kautsar, Provinsi DKI Jakarta. Tawaran ini tak ditolaknya, meski berat harus berpisah jauh dari orang tua, keluarga dan kerabatnya.
“Yang menawarkan itu merupakan pimpinan pondok pesantren. Saya juga tertantang dan ingin menimbah ilmu,” ucapnya.
Setelah beberapa bulan di pesantren tersebut, atau memasuki akhir tahun 2014, Farid mengikuti Seleksi Tilawatil Quran (STQ) kategori 1 juz dan tilawah tingkat provinsi di Jakarta. Ia menduduki peringkat pertama.
STQ ini berlanjut ke tingkat nasional yang dilaksanakan tahun 2015, di Pondok Gede, Jakarta. Lagi-lagi, ketekunan dan keseriusan Farid dalam menimba ilmu membawanya meraih juara 1.
Tak berhenti di situ, STQ 2016 tingkat kota turut diikutinya di Jakarta. Ia lolos ke tingkat provinsi hingga nasional. Bahkan menghantarkannya menyabet juara 1 kategori tilawah golongan anak-anak yang dilaksanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Setelah pulang dari NTB, mendapat tawaran untuk mengisi acara sebagai qori undangan di Kerajaan Brunei Darussalam. Tahun 2017 saya berangkat ke sana. Di sana tentu dilayani oleh kesultanan maupun kerajaan, ini tentu sangat saya syukuri,” tuturnya.
Setelah kembali ke tanah air, ia bersama 4 orang temannya lalu mengikuti program semesta bertilawah salah satu TV nasional saat bulan ramadan. Dari seluruh pesantren yang turut berpartisipasi, hanya ada 12 pesantren yang tampil di TV.
Pesantren yang ditempati Farid menimba ilmu kembali menyabet juara 1, mereka bahkan dihadiahi umrah. Masih bulan ramadan, Farid sendiri juga mendapat telepon dari Istana Negara, untuk mengisi acara Nuzulul Quran.
“2018 masa-masa istirahat saya. Tapi sempat ikut MTQ nasional di Medan, hasilnya masuk 10 besar,” serunya.
Juni 2019, Farid mendapat kabar dari Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Jakarta untuk mengikuti MTQ internasional di Malaysia. Namun sekitar tiga hari menuju keberangkatan, ternyata Farid tak mendapat surat panggilan dari negeri Jiran tersebut, hingga akhirnya dibatalkan.
Momen prestasi Farid kembali mengharumkan nama Indonesia kala mengikuti MTQ di Kota Casablanca, Maroko. Acara berlangsung selama 9 hari, yang dimulai 27 Oktober lalu. Keberangkatan Farid itu dibiayai Kementerian Agama dan LPTQ Jakarta.
“Semoga prestasi ini dapat membawa dan mengharumkan kota kelahiran saya, Kota Bontang tercinta,” ucapnya.
Farid mengatakan, keberhasilan ini tentu kehendak Tuhan, doa orang tua maupun para kerabatnya. Serta dorongan dari sekolah yang ia tempati mencari ilmu. Ia menilai, penghafal Alquran terus berkembang di Kalimantan Timur. Bahkan setelah pulang dari Maroko nantinya, ia berjanji akan terus belajar lagi yang lebih giat.
“Dalam menekuni pendidikan ini tentu banyak tantangan, mulai dari kerinduan dengan keluarga dan para sahabat. Tapi saya akan tetap jalani,” tambahnya. (***/kp)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post