bontangpost.id – Imbas dari amblasnya siring di RT 13 Gunung Elai, Bontang Utara, sejumlah rumah warga yang terdampak, kondisinya kian mengkhawatirkan.
Dapur milik Sumiati misalnya. Kondisi dapur yang juga digunakan untuk memproduksi tahu semakin parah. Tanah pondasi habis tergerus, ditambah air sungai yang mengikis pondasi, kala debit air sungai meninggi.
Pondasi kayu pada bagian bawah dapur juga patah, otomatis dapur miliknya mengalami penurunan ketinggian hingga 30 cm. Bahkan lantai dapur juga mengalami keretakan.
“Bagian bawahnya sudah kayak goa, tidak ada lagi injakannya,” ujarnya.
Sebelum siring sepanjang 60 meter itu belum roboh, dapur Sumiati memang sudah beberapa kali menyentuh perbaikan. Namun terparah, saat turap tersebut ambruk. “Sudah tiga kali saya perbaiki dapur, apalagi ini penahannya (siring) sudah tidak ada, padahal dibangun belum ada 10 tahun,” katanya.
Diketahui, ada tiga rumah yang terdampak dari robohnya siring yang terjadi pada Kamis (8/7/2021) malam. Tanah yang menjadi pondasi rumah semakin terkikis dan rawan terjadi longsor.
“Kerusakannya semakin parah. Tanahnya tergerus terus. Ada 11 jiwa yang tinggal di tiga rumah itu,” sebut Ketua RT 13 Agung Haryanto.
Dia berharap pemerintah lekas memperbaiki siring. Bila dibiarkan, ini berpotensi membuat 3 rumah warga yang bersinggungan langsung dengan siring bisa ikutan amblas. Selain itu, robohnya siring bisa membuat warga di RT 13 Jalan Tomat bakal kebanjiran. Mengingat siring yang sedianya untuk membendung debit air sudah ada yang roboh. Hal yang juga dikhawatirkan ketika siring tak segera diperbaiki, buaya bisa masuk ke permukiman warga. Kata Haryanto, melihat buaya lalu lalang di aliran sungai sudah menjadi penampilan jamak warga setempat. Buaya biasa tampak pukul 07.00 dan 16.00-17.00 Wita.
Sementara, Kabid Sanitasi, Air Minum dan Sumber Daya Air Dinas Pekerja Umum dan Penataan Tata Ruang Kota (PUPRK) Bontang Karel mengatakan perbaikan ini baru mau diusulkan melalui bantuan keuangan (bankeu) dalam APBD Kaltim 2022. Karel mengatakan, pemkot belum bisa menangani perbaikan siring tersebut sedini mungkin mengingat kas daerah sangat terbatas. Terlebih saat ini, pemerintah masih fokus dalam menangani Covid-19.
“Mau diusulkan di perubahan waktunya terlalu mepet untuk dikerjakan sehingga, jadi agak tidak mungkin. Di anggaran murni tahun depan (2022) baru bisa diusulkan,” ujarnya.
Karena belum bisa diperbaiki di tahun ini, langkah sementara dilakukan ialah melakukan pembersihan puing siring yang roboh ke aliran sungai. Bila memungkinkan, PUPRK berencana mengerahkan alat berat. Dia mengatakan siring yang roboh itu dibangun 2012 silam. Usia siring dinilai jadi faktor utama robohnya siring yang berhadapan langsung dengan sungai Bontang. Dia menaksir, untuk membangun kembali siring yang roboh di RT 13 bakal menelan biaya sekitar Rp 3 miliar.
‘’Lumayan besar memang karena harus buat baru,’’ katanya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: