SAMARINDA – Keseriusan dari Pemerintah Rusia kini benar-benar ditunggu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim. Terkait kelanjutan rencana kerja sama pembangunan rel kereta api yang telah disepakati sebelumnya. Pasalnya, jika tidak ada kepastian sampai Februari 2019 mendatang, Pemprov Kaltim siap membatalkan rencana kerja sama tersebut.
Sebelumnya, Pemprov Kaltim telah menjalin kerja sama dengan PT Russian Railways untuk membangun jalur rel kereta api di Buluminung. Kerja sama itu diwujudkan dengan dibentuknya PT Kereta Api Borneo (KAB).
Hanya saja, sejak rencana kerja sama itu digaungkan pada tahun 2017 lalu, wujud dari realisasi tersebut belum tercium aromanya. Terbukti sepanjang tahun 2018, tidak ada sedikit pun tanda-tanda megaproyek itu akan dilaksanakan. Padahal sebelumnya, kegiatan groundbreaking telah dilakukan Presiden Joko Widodo.
Belum lama ini, Gubernur Kaltim Isran Noor bahkan sampai menemui secara khusus Dubes Rusia untuk Indonesia di Jakarta. Untuk meminta kepastian proyek tersebut. Karena jika dalam waktu dekat Dubes Rusia tidak memberikan kejelasan, pemerintah Kaltim siap mengevaluasi ulang rencana kerja sama itu.
“Nah, kereta api dengan Rusia itu plan-nya agak nyambung. Karena 2017 sampai 2018 ini kan idle nih, enggak ada kegiatan. Maka saya minta keputusan segera. Paling tidak harus sudah ada keputusan di Februari 2019. Kalau tidak saya putus kerja samanya, saya cari orang lain,” tutur Isran, Kamis (13/12) lalu.
Namun demikian, pasca bertemu dengan Dubes Rusia di Jakarta, Isran mengaku, dirinya dijanjikan segera mendapatkan kepastian. Salah satunya pada tanggal 21 Desember mendatang, utusan Dubes Rusia akan ke Kaltim untuk membahas kelanjutan kerja sama tersebut.
“Nanti tanggal 21 (Desember 2018, Red.) ada utusan Rusia yang datang, bagus itu, kita gertak dikit. Mereka datang sebelum Natalan. Nah nanti pertengahan Februari mereka akan datangkan tim dari Moskow,” ungkap pria yang pernah menjabat Bupati Kutai Timur ini.
Dalam kesempatan itu, Dubes Rusia juga berencana menghadirkan perwakilan beberapa perusahaan negara milik Rusia. Yang dilibatkan dalam kerja sama pembangunan rel kereta api tersebut. “Kalau tidak (ada kejelasan nantinya, Red.), ya Februari saya putus, masih ada yang mau yang lain kok,” imbuhnya.
Diakui Isran, nilai investasi di balik megaproyek pembangunan rel kereta api terbilang tidak sedikit. Nilainya diperkirakan menelan biaya hingga Rp 70 triliun.
“Itu pembangunan sampai selesai. Pokoknya nanti kita tahunya tinggal makan aja lagi, untuk fungsinya pertama barang dulu. Barang produk tambang, rutenya ada dua, Muara Wahau sampai Lubuk Tutung kemudian dari perbatasan Kaltim dan Kalteng yang di Murung Raya sampai ke Buluminung,” jelasnya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post