bontangpost.id – Rencana bongkar muat batu bara di Pelabuhan Loktuan mendapat penolakan dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim. Salah satu alasannya adalah terancamnya keselamatan warga Loktuan.
Dari salinan yang diperoleh bontangpost.id, batu bara yang akan dimuat merupakan hasil tambang PT BIC. Mereka memiliki konsesi di Muara Badak-Marangkayu, Kukar. Seluas 1.700 hektare. Batu bara tersebut akan diangkut PT BSW.
Jatam meminta Pemkot Bontang, DPRD Bontang, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV, serta Dinas Perhubungan Bontang menolak kegiatan pelabuhan batu bara.
“Termasuk izin berlayar dan izin terminal khusus kepada PT BSW kontraktor PT BIC,” kata Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang.
Diterangkan Rupang, terminal batu bara tersebut mengancam keselamatan warga. Utamanya yang bermukim di Bontang Utara, khususnya Loktuan. Permukiman warga yang sangat dekat dengan pelabuhan paling terancam dengan kehadiran pelabuhan bongkar muat batu bara ini.
Berdasarkan citra satelit diperkirakan jaraknya kurang dari 300 Meter. Debu batu bara yang terbawa oleh angin laut beresiko meracuni udara publik.
“Jatam Kaltim mengkhawatirkan sejumlah risiko kesehatan yang akan dialami oleh warga. Khususnya terkait gangguan pernapasan. Beberapa penyakit yang bisa diderita, di antaranya ISPA, TBC dan kanker nasofaring,” jelasnya.
Di samping itu, aktifitas bongkar muat batu bara juga mengancam kelestarian biota laut serta terumbu karang di pesisir Bontang Utara. Bahaya yang dimaksud adalah tercemarnya laut akibat tumpahan batu bara.
Rusaknya terumbu karang serta tercemarnya lingkungan pesisir laut akan berdampak pada terganggu habitat ikan. Berujung pada hilangnya ikan di wilayah tersebut. “Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya pendapatan (tangkapan ikan) nelayan tangkap tradisional,” urainya.
Masih dari catatan Jatam Kaltim, aktivitas tersebut juga berdampak pada keselamatan masyarakat. Melalui overlay peta dan jalur jalan yang akan dilalui, Jatam kaltim mencatat sepanjang 63,82 kilometer jalan provinsi yang akan di lalui oleh truk batu bara.
Jalan yang menghubungkan Samarinda dengan Bontang adalah jalan yang ramai dilalui oleh kendaraan publik. Apalagi sejak beroperasinya Bandara APT Pranoto lalu lintas jalan ini kian padat.
“Bahkan jalan ini juga ramai dilintasi oleh anak-anak sekolah. Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, jalan poros Samarinda–Bontang paling rawan kecelakan,” tegasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post