SANGATTA – Tidak hanya atlet dan pelatih yang sibuk mengikuti Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalimantan Timur (Kaltim) 2018 yang dihelat di Kutim. Kepanitiaan dibidang medis pun memiliki kesibukan sama. Keberadaannya sangat vital untuk menjaga kesehatan atlet, terutama jelang pertandingan.
Namun dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksinya), seksi kesehatan dituntut memiliki pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan. Pasalnya tim medis dipercaya kontingen bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan setiap atlet.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, Bahrani mengatakan persiapan tim medis selaku panitia porprov masih terbilang minim. Pasalnya beberapa dokter belum mengikuti pelatihan.
“Jika memang dokter harus pelatihan, itu dimana dan kemana. Apakah mereka dikirim ke tempat atau memanggil pelatih ke Kutim,” ujarnya dalam rapat porprov di kantor bupati belum lama ini.
Dalam pelaksanaan ajang olahraga terbesar se-Provinsi Kaltim itu, pihaknya harus menyediakan dokter berkualitas. Pasalnya pertandingan sekelas porprov dianggapnya tidak main-main. Bahkan dapat menyebabkan fisik seseorang dalam risiko.
“Kami tidak bisa asal comot dokter, jadi harus mengambil tenaga ahli yang mumpuni. Pasalnya mereka dituntut untuk tahu jadwal pertandingan mana yang harus dibatalkan,” tandasnya.
Lebih lanjut, Bahrani mengatakan telah melakukan koordinasi atas fasilitas kesehatan, di sejumlah daerah terlibat dalam pelaksanaan porprov. “Sudah kami koordinasikan, bahkan beberapa daerah sudah MoU. Seperti Bontang, hanya Berau yang belum. Karena kami baru akan bertemu dengan kepala dinasnya,” tuturnya.
Menanggapi hal itu, perwakilan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi, Alfons mengatakan setiap kontingen diharuskan membawa surat sehat. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan kinerja tim kesehatan di Kutim. Selain itu, segala persiapan dokter harus dimatangkan. Menurutnya diberikan pelatihan salah satu alternatif yang efisien dibanding menyewa dokter khusus.
“Dokter di arena harus berkoordinasi dengan TD (tim teknis). Tanya saja apa yang dibutuhkan. Masing-masing cabor pasti memiliki SOP sendiri. Bisa berkoordinas bersama mereka, masukan dari TD sangat penting. Karena jika tim kesehatan memanggil dokter dengan lisensi khusus akan mahal, karena di Indonesia sangat sedikit. Jadi bisa membimtek dokter umum saja,” ujarnya.
Sebanyak 53 cabang olahraga yang dipertandingkan, salah satu cabor dianggap sangat riskan. Sehingga sangat membutuhkan peranan dokter dalam menentukan nasib pertandingan.
“Khusus pertandingan bela diri tidak dapat dijalankan jika tak ada dokter di lokasi. Karena ini merupakan peraturan internasional yang berlaku,” katanya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post