Kesaksian Korban Kebakaran di Loktuan, Barang Berharga Hangus Tak Bersisa

Kondisi salah satu bangunan yang terbakar di Loktuan (Jelita/bontangpost.id)

bontangpost.id – Rahmiani (36) menatap nanar bangunan berlantai dua yang hanya sisa kerangka. Ia terduduk lesu, ditemani adik dan anaknya. Tak pernah terbayang di benaknya bakal mengalami nasib seperti ini.

Ruko yang ditinggalkan orangtuanya yang tengah melaksanakan ibadah haji habis terbakar dalam hitungan jam. Begitupun dengan dagangan sembako di dalamnya. Tak ada yang tersisa.

Tidak ada perasaan apapun saat ia meninggalkan bangunan itu semalam. Semua berjalan seperti biasa, pun saat ia pergi bermain bulutangkis di wilayah Selambai.

Hingga kabar kebakaran itu sampai di telinganya, perempuan yang akrab disapa Rahmi itu terkejut bukan main.

“Orangtua saya sedang haji dan langsung pulang ke Sulawesi. Jadi selama itu, saya, adik, dan anak saya tinggal di situ (ruko) sementara,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, terdapat uang tunai sekitar Rp10 juta. Surat-surat berharga seperti ijazah juga hangus tak bersisa.

Kini, ia harus pasrah dan mencoba mengikhlaskan bangunan tempat keluarganya mencari nafkah, yang sudah berdiri sekitar lima tahun terakhir. Lantaran tak ada satu pun yang dapat diselamatkan.

“Satu yang saya syukuri, anak saya tadi malam ikut saya pergi. Padahal biasanya dia selalu ada di rumah,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai guru SMP itu.

Kesedihan mendalam turut dirasakan keluarga Rudiansyah. Rumah kontrakan yang ditinggalinya di belakang ruko tersebut habis terbakar.

Malam tadi, ia tengah bersantai bersama istri dan tiga anaknya. Asap mulai tercium. Rasa penasaran membawa tubuhnya bangkit, berniat mengecek kondisi sekitar rumahnya.

Matanya menangkap kepulan asap yang berpendar di langit yang pekat. Hingga akhirnya asap mulai masuk ke rumahnya. Mengingat posisinya yang juga sangat berdekatan dengan ruko depan yang sedang terbakar.

“Ternyata rumah depan (ruko) kebakaran. Istri dan anak-anak saya langsung buru-buru menyelamatkan diri,” ungkap pria berusia 36 tahun itu.

Asap mulai pekat memenuhi ruang-ruang di rumahnya. Tidak ada barang-barang yang sempat diselamatkan, pun dengan surat-surat berharga.

“Semuanya (barang-barang) habis. Sekarang kami tinggal di rumah orangtua yang enggak jauh dari sini,” tuturnya.

Diketahui, kebakaran itu termasuk kebakaran terbesar kedua yang pernah terjadi di wilayah tersebut.

Proses pemadaman pun sempat terkendala, sebab lokasinya yang padat penduduk. Akses jalan yang sempit pun membuat area lain sedikit sulit dijangkau.

“Tapi alhamdulillah, api berhasil dikendalikan sekitar dua setengah jam. Kemudian dilakukan pendinginan,” tandasnya. (*)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version