Pandemi bukan pembunuh mimpi bagi Kelompok Perempuan Matahari. Strategi dan inovasi berbuah bertambahnya pundi-pundi.
EDWIN AGUSTYAN, Bontang
TIGA pegawai Balai Taman Nasional Kutai (TNK) bertandang ke gudang bekas musala di RT 01, Guntung, Bontang. Mereka mengamati dengan seksama deretan berbagai jenis pakaian, mukenah, kemeja, jaket, jilbab, tote bag, pod, dan masker.
Perhatian lebih tertuju ke tiga produk terakhir. Tidak berpikir lama, mereka memutuskan membeli. Masing-masing produk sebanyak 1.600. Yang dibagikan ke peserta Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN). Yang digelar pada 15-16 September 2020 di Bontang.
Senyum merekah tersungging di bibir Maryatun. Dia merupakan ketua Kelompok Perempuan Matahari. Kumpulan sembilan ibu rumah tangga RT 01 yang menjadi binaan PT Pertamina Gas (Pertagas). Kelompok itu mengenalkan kain batik ramah lingkungan, dengan merek Daon Jajar Ecoprint.
“Waktu itu ketuanya masih Ibu Syahidah. Sekarang dia sudah mengundurkan diri,” kata Maryatun, ditemui di workshop Kelompok Perempuan Matahari. “Mohon maaf, ruangannya sempit. Kami masih numpang di bekas musala,” sambungnya.
Berdiri sejak 2018, Kelompok Perempuan Matahari, seperti UMKM lainnya, terpukul dengan pandemi Covid-19. Mereka yang biasa memasarkan produk di berbagai pameran, hotel, dan restoran, kehilangan banyak pemasukan.
Strategi pemasaran pun diubah. Dari offline ke online. Keputusan yang mendapat dukungan PT Pertagas. Afiliasi Sub Holding Gas Pertamina itu tidak lepas tangan. Mereka memberikan sejumlah pelatihan.
E-commerce seperti Shopee dan Bukalapak digaet. PT Pertagas juga turut memberikan perhatian ekstra dalam pemasaran melalui Instagram. Termasuk mengeluarkan kocek lebih dalam agar media sosial mereka semakin banyak dikunjungi. “Orang TNK itu tahu produk kami dari Instagram. Menurut mereka, produk kami pas dengan acara lingkungan,” katanya.
Produk Daon Jajar Ecoprint memang sebagian besar mengandalkan bahan alami. Pewarna menggunakan hasil rebusan kulit mahoni, kulit buah jalawe, kulit secang, dan batang pohon tegeran. Sementara motif dari daun pohon yang mereka tanam. Seperti mangga, jati, seri, jarak, dan singkong.
“Kami pakai kain dasar putih. Jadi, jika ingin memproduksi pakaian warna kuning, kami rendam menggunakan rebusan batang pohon tegeran. Kalau ungu bisa dengan kulit secang,” jelasnya.
Warna dan motif Daon Jajar Ecoprint yang natural pun akhirnya menjadi daya tarik tersendiri. Menjadi ciri khas. Mereka mematok harga mulai Rp 75-700 ribu. Bergantung dari jenis produk. Saat ini, dalam sebulan kelompok ini bisa meraup omset Rp 13-17 juta.
Dari hasil itu, Kelompok Perempuan Matahari kini bisa mendapat pemasukan sendiri. Tidak hanya bergantung pada gaji suami. “Kami bisa beli keperluan pribadi atau menambah uang jajan anak. Tidak pakai gaji suami,” sahut Naibaho, salah satu anggota.
Berkat pemasaran yang masif secara online, produk mereka bisa dijual hingga ke luar pulau. Terjauh dikirim ke Bangka Belitung.
“Kami diajarkan PT Pertagas cara pemasaran yang efektif saat pandemi seperti ini. Alhamdulillah, hasilnya sudah terlihat,” ujar Eviana, wakil ketua Kelompok Perempuan Matahari.
Pendampingan yang intensif dari PT Pertagas diharap kelompok yang terdiri dari Maryatun, Eviana, Ruminten, Suyanti, Nuriati, Misrah, Mahadia, Yulianti, dan Naibaho, ini bisa terus berlanjut. Mengingat sejak didirikan pada 2018, mereka dikontrak sampai 2023. “Semoga bisa diperpanjang,” kata Mahadia.
Community Development Officer PT Pertagas Uzlifatul Jannah menyebut bahwa Guntung masuk dalam ring 1 perusahaan. Maka mereka memberikan perhatian kepada Kelompok Perempuan Matahari.
Awal didirikan, perusahaan memberikan modal Rp 150 juta. Digunakan untuk membeli bahan dan mesin jahit. PT Pertagas juga mendatangkan trainer andal dari Bekasi. “Kami memberikan pendampingan mulai dari produksi, manajemen organisasi, keuangan, sampai pemasaran. “Memasuki tahun ketiga kami fokus pada pendampingan pemasaran,” sebutnya.
Sementara, Manager Communication Relations dan CSR PT Pertagas, Elok Riani Ariza menyampaikan, perusahaan memberikan serangkaian pelatihan agar mampu menghidupi diri dan keluarga.
“Anggota Kelompok Perempuan Matahari merupakan ibu-ibu rumah tangga berusia 35-55 tahun. Sebelumnya, mereka hanya mengandalkan penghasilan dari suami. Beberapa dari mereka bahkan menjadi tulang punggung keluarga karena berstatus single parent. Kemudian kami berikan pelatihan desain, menjahit, membuat pewarna alami, dan memasarkan produk secara online. Kini ibu-ibu tersebut dapat memperoleh penghasilan Rp 1-1,5 juta per bulan,” ungkap Elok.
Kepedulian PT Pertagas juga mendapat apresiasi dari Wakil Wali Kota Bontang Najirah. Dikatakan, Daon Jajar Ecoprint merupakan produk andalan Bontang. “CSR dari Pertagas juga sejalan dengan visi-misi Pemkot Bontang dalam pembinaan UMKM. Kami sangat terbantu,” katanya.
Dia berharap, perusahaan lain yang ada di Bontang bisa mencontoh PT Pertagas. Yang tetap memberi perhatian ekstra kepada mitra binaan di tengah pandemi. “Ini sangat membantu pemkot,” pungkasnya. (far/k15)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: