JAKARTA – Mata pelajaran (mapel) teknologi informasi komunikasi (TIK) kembali muncul pada tahun pelajaran baru 2019/2020. Meski masuk kategori mata pelajaran pilihan, mapel TIK di harapkan bisa menyiapkan siswa di era revolusi industri 4.0. Nantinya guru dituntut tidak sekadar mengajarkan cara mengetik kepada siswa.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, menghidupkan kembali mapel TIK butuh perjuangan keras. Dia lebih sepakat menyebut mapel TIK dengan istilah informatika. ’’Kalau nanti sudah berjalan, jangan nodai perjuangan panjang kita,’’ katanya dalam forum Raker Nasional Guru TIK se-Indonesia di Jakarta kemarin (19/1).
Indra mencontohkan beberapa kejadian yang bisa disebut menodai perjuangan melahirkan kembali mapel TIK. Diantaranya adalah guru TIK mengajarkan hal-hal yang sangat dasar. ’’Misalnya murid diajarkan ini namanya mouse. Gunanya mouse apa,’’ jelasnya. Kemudian juga mengajarkan kemampuan dasar seperti cara mengetik di MS Word atau MS Excel.
Menurut Indra pembelajaran TIK yang sangat dasar tersebut sudah tidak relevan pada saat ini. Dia mencontohkan dengan perkembangan teknologi, MS Word bukan satu-satunya piranti yang bisa digunakan untuk mengetik. Sudah banyak aplikasi serupa yang bisa digunakan untuk mengetik. Apalagi bagi para siswa yang sehari-hari menggunakan ponsel pintar.
Indra mengatakan pembelajaran informatika harus mengintegrasikan beberapa kemampuan dasar. Mulai dari integrasi ilmu sains, teknologi, engineering, seni, dan matematika. Sehingga siswa bisa memanfaatkan pembelajaran informatika untuk membuat produk dan memecahkan persoalan.
Dia mengatakan idealnya pembelajaran informatika berbasis proyek. Sehingga tujuan pembalajarannya adalah masing-masing anak menghasilkan inovasi berbasis teknologi informatika. ’’Jika dalam satu kelas ada 30 anak, maka ada 30 produk yang dihasilkan,’’ jelasnya.
Indra juga tidak ingin pembelajaran informatika orientasinya membuat anak menjadi seorang programmer. Menurut Indra dengan menjadi programmer, justru membatasi kemampuan dan potensi anak untuk menciptakan karya lainnya. Pembelajaran informati yang berbasis proyek tersebut, bisa disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak. Mulai dari SD, SMP, hingga SMA atau SMK.
Di sisi lain, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud Awaluddin Tjalla mengatakan, mengembalikan mapel TIK dalam kurikulum merupakan langkah strategis Kemendikbud dalam menghadapi tantangan industri millenial 4.0. Tidak hanya mempelajari berbagai perangkat lunak komputer. Namun lebih ditekankan untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis dalam menggunakan teknologi.
Mapel TIK mencakup lima materi untuk menunjang kompetensi siswa. Yaknik, teknik komputer, jaringan komputer dan internet, analisis data, programming, dan dampak sosial informatika. Rencananya, mapel tersebut akan diimplementasikan mulai Juli mendatang. Tepat di awal tahun ajaran baru 2019/2020.
“Tapi tidak serentak diterapkan pada sekolah di seluruh Indonesia. Itu pilihan sekolah mau memasukkan atau tidak,” kata Awaluddin saat dihubungi Jawa Pos kemarin. Tak hanya itu, dalam memasukkan mapel TIK, sekolah juga harus mempertimbangkan dua hal. Sumber daya pengajar dan fasilitas sarana pendukung.
Pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Negeri Jakarta itu menyatakan, kualifikasi guru harus benar-benar bagus. “Artinya harus memiliki pendidikan yang linier dan sudah memiliki sertfifikasi,” terangnya. Sebab, praktek di lapangan banyak guru yang mengajar rangkap.
Untuk penilaian kelayakan fasilitas menjadi kewenangan dinas pendidikan masing-masing daerah. Untuk SMA dengan Disdik provinsi, sedangkan, tingkat SD dan SMP oleh Disdik Kota/Kabupaten. “Jadi setelah sekolah mengajukan untuk memasukkan mapel TIK, makan Disdik setempat akan melakukan assesment dan pengesahan bahwa memang bisa menerapkan pelajaran tersebut,” urai Awaluddin. (wan/han/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: