BONTANG – Kondisi bangunan Masjid Al-Hidayah di Kelurahan Api-Api sungguh memprihatinkan. Pasalnya lokasinya masuk sebagai kawasan langganan banjir. Ketua takmir masjid, Amiruddin mengatakan saat banjir Oktober tahun lalu ketinggian air mencapai 20 sentimeter.
“Marbut sampai gulung karpet dan mengangkat perlengkapan di dalam masjid saat banjir tahun lalu,” kata Amiruddin kepada Bontang Post, Senin (9/7).
Air masuk lantaran permukaan jalan lebih tinggi daripada lantai masjid. Belum lagi diperparah dengan kondisi parit yang dangkal. Dikarenakan tertutup oleh sedimen pasir dan tanah yang terbawa air saat hujan.
Keadaan tersebut, diperparah dengan kondisi lantai di masjid yang bergelombang. Bagian seperti sudut sebelah kanan tampak turun beberapa sentimeter. Selain sering digenangi air, penyebab kerusakan yang terjadi pada bagian lantai ialah umur bangunan yang sudah tua.
Pengurus masjid tidak tinggal diam, mereka sempat mengajukan proposal kepada DPRD sehubungan dengan keadaan ini. Adapun besaran yang diajukan sebesar Rp 3 miliar untuk perbaikan lantai saja.
Memastikan kondisi bangunan, Komisi III DPRD melakukan kunjungan, Senin (9/7) kemarin. Kegiatan tersebut dikomandoi oleh Ketua Komisi III Rustam HS. Ia tak sendirian, tiga rekan anggota komisi yang menangani bidang tata kota ini turut mendampinginya yakni Agus Suhadi, Rusli, dan Sulhan.
Rustam membenarkan jika pihak pengurus masjid mengajukan proposal kepada legislatif. Ia telah menerima berkas itu pada Januari silam. Namun, ia mengusulkan bukan hanya dilakukan perbaikan lantai akan tetapi dilakukan peninggian bangunan.
Tujuan peninggian agar dasar bangunan di atas struktur jalan. Nantinya, pihak pengurus masjid memikirkan bagaimana teknisnya selama ada pembangunan agar ibadah salat tetap berjalan. “Saya kemarin mengusulkan bukan hanya diperbaiki lantai saja, tetapi ditinggikan,” ucap Rustam usai memimpin kunjungan lapangan.
Sementara, Sekretaris Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Maksi Dwiyanto mengatakan fungsi masjid selain sebagai tempat ibadah juga digunakan tempat evakuasi. Namun hal itu tidak bisa dilakukan selama ini, dikarenakan masjid pun terendam.
“Orang pasti ingin ke masjid ketika kebakaran untuk evakuasi, tetapi masjidnya pun juga kebanjiran,” ucap Maksi.
Maksi menyarankan kepada pihak pengurus masjid agar segera melakukan revisi proposal untuk diajukan kembali. Tak hanya itu, Detail Engineering Design (DED) pun juga harus cepat dibuat sebelum pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan.
“Supaya cepat segera mencari konsultan untuk dibuat DED nya. Kalau perencanaan masuk di APBD Perubahan maka fisik bisa dikerjakan di APBD 2019,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: