Kirim Doa untuk Arwah Nenek Moyang, Dilengkapi Ziarah Kubur
Berbagai cara maupun tradisi kerap mewarnai datangnya bulan Ramadan, tak terkecuali di Bontang. Keberagaman suku dan budaya membuat warga Kota Taman memiliki cara pandang yang beragam dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah tersebut. Dari mengirimkan doa kepada keluarga dan kerabat yang sudah meninggal, ziarah kubur, hingga menggelar kegiatan-kegiatan tarhib Ramadan dengan berbagai konsep.
———–
‘Membaca’, ungkapan tersebut dijadikan tradisi bagi masyarakat Bontang Kuala menjelang datangnya Bulan Suci Ramadan. ‘Membaca’ tidak diartikan sama seperti bahasa Indonesia. Tetapi masyarakat Bontang Kuala mengartikannya dengan mengirim doa untuk arwah keluarga yang sudang meninggal dunia.
Salah satu warga Bontang Kuala, yang juga istri dari Ketua RT 01 Bontang Kuala, Galuh mengatakan, untuk pawai, memang tidak dilakukan menjelang Ramadan. Tetapi, masyarakat Bontang Kuala hanya melakukan tradisi ‘membaca’ di rumah masing-masing yang dilengkapi dengan ziarah ke kuburan. “Biasanya, dua minggu menjelang bulan Ramadan. Di sini (Bontang Kuala, Red.) sudah banyak yang mulai melakukan tradisi membaca,” jelas Galuh saat ditemui di kediamannya, Jumat (26/5).
Kata dia, tradisi membaca ini pun biasa dilakukan setelah Salat Zuhur, Salat Ashar atau Salat Magrib. Rumah yang melaksanakan tradisi membaca akan mengundang orang-orang yang salat di masjid serta tetangga dekatnya untuk melakukan tradisi membaca.
Uniknya dari tradisi ini adalah, makanan disimpan di dalam nampan bulat atau baki. Satu baki untuk makan 4 orang. Sehingga jika mengundang 20 orang harus menyediakan 5 baki.
Namun demikian, tamu yang diundang tidak serta merta langsung menyantapnya. Tetapi, ada pembacaan doa terlebih dahulu. Dimulai dengan membaca surat-surat pendek Alquran hingga bacaan tahlilan. Nama-nama keluarga yang sudah meninggal pun disebutkan saat membaca doa. “Setelah selesai, barulah hidangan dalam nampan bisa dimakan,” ujarnya.
Tradisi ‘membaca’ ini sudah seperti suatu keharusan di Bontang Kuala. Pasalnya, setiap rumah pasti akan melaksanakannya. Bahkan, bisa saja dalam waktu bersamaan banyak undangan untuk membaca. “Soalnya kalau tidak melakukan tradisi membaca rasanya agak berbeda, seperti ada yang kurang,” ungkapnya.
Galuh yang lahir di Bontang Kuala tahun 1975 di usianya yang berinjak 5 tahun, tradisi tersebut sudah mulai dilakukan. Jika masing-masing rumah sudah melakukan tradisi membaca. Biasanya, mereka melengkapinya dengan ziarah ke makam keluarganya. “Waktu paling akhir itu sehari sebelum Ramadan kami ziarah, setelah itu baru menjalani puasa dengan tenang. Nah, mendekati Lebaran, biasanya kami ziarah kubur lagi,” pungkasnya.
ZIARAH KUBUR JADI TRADISI WARGA
Sehari menjelang pelaksanaan puasa, umat muslim banyak yang berziarah ke makam keluarga atau leluhur. Hal ini juga terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk umat muslim di Bontang.
Para pengunjung datang ke makam keluarga atau leluhur untuk mengirimkan doa, dan menaburkan bunga serta membersihkan sekeliling kubur.
Ini bisa dilihat di Pemakaman Muslim Bontang Kuala. Di luar gerbang pintu makam, para pedagang bunga sudah berderet rapi di tepi jalan untuk menjajakan bunga bagi para warga yang ingin nyekar ke makam.
Salah satu pedagang bunga Ani Widyastuti yang sudah 5 tahun terakhir menjajakan bunga di Pemakaman Muslim Bontang Kuala ini mengatakan, mendekati bulan Ramadan para pengunjung ramai untuk berziarah ke kubur dan membeli bunga untuk ditabur di atas makam.
“Kalau dekat Ramadan saya jualan setiap hari, karena ramai yang ke sini. Lumayan penghasilan jualan bunga,” akunya kepada Bontang Post, Jumat (26/5) kemarin.
Ani juga menjelaskan bahwa bunga yang dijual ada tiga jenis. Bunga tabur, kembang telon dan mawar. Kalau bunga tabur dan kembang telon dijual per bungkus, kecuali bunga mawar yang dijual per batang.
“Untuk harga saya jual per bungkus hanya Rp 1.000 saja, kalau bunga mawar saya jual per batang Rp 3 ribu. Biasanya kalau hari biasa seperti hari Jumat, saya bisa dapat Rp 100 ribu per hari. Tapi kalau menjelang Ramadan seperti sekarang bisa lebih,” ujarnya.
Salah satu peziarah, Saifullah mengatakan, ia bersama keluarga setiap tahunnya ziarah kubur ke makam kakeknya menjelang Ramadan. “Setiap tahun menjelang puasa, kami selalu ziarah ke makam orang tua di sini. Biasa kirim doa, sekalian bersih-bersih makam,” ucapnya.
Hal sama juga diungkapkan, Siti Aminah warga Kelurahan Loktuan . Dia bersama keluarganya berziarah ke makam orang tuanya. “Rasanya tidak afdol, kalau mau puasa tidak ziarah dulu. Ini kan juga sebagai bakti kepada almarhum orangtua dengan mendoakannya,” katanya.
PAWAI TARHIB DI BERBAS PANTAI
Masjid Asy Syuhada yang berlokasi di Jalan Agus Salim, Berbas Pantai pun juga punya cara tersendiri dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Di antaranya menggelar Pawai Tarhib yang dilaksanakan Minggu (21/5) lalu.
Menggandeng seluruh RT di Kelurahan Berbas Pantai, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pemuda, sekolah-sekolah, majelis taklim, hingga masyarakat umum lainnya, pawai Tarhib Ramadan yang digelar perdana ini berjalan semarak. Bahkan tidak hanya pawai saja, namun juga turut dimeriahkan dengan aneka doorprize.
Kholid Kodir, Ketua Takmir Masjid Asy Syuhada mengatakan, Pawai Tarhib ini dilaksanakan untuk lebih menyemarakkan lagi dalam menyambut Bulan Suci Ramadan khususnya di wilayah Berbas Pantai sehingga datangnya bulan Ramadan, menjadi suatu hal yang dirindukan. “Ini juga sekaligus mendorong masyarakat untuk lebih memakmurkan masjid lagi,” ungkapnya kepada Bontang Post.
Uniknya lagi kata Kholid, adanya doorprize ini merupakan hasil partisipasi dan sponsor dari masyarakat, tokoh agama, dan tokoh masyaralat sekitar. Start dari lapangan Kampung Baru Berebas Tengah, ribuan warga berjalan menyusuri Jalan Pirus Raya (Eks Jalan Angkasa), – Jalan Sultan Hasanuddin – Jalan Teuku Umar – Taman Wisata Mangrove Berbas Pantai – dan terakhir, finish di depan Masjid Asy Syuhada Berbas Pantai.
Selama Ramadan, kegiatan pun dilanjutkan dengan kampung Ramadan. Deretan bendera berwarna dikombinasi lampu-lampu warna-warni yang menggantung di langit-langit ruas jalan depan masjid pun juga sudah didesain semaksimal mungkin guna semakin mempercantik kampung Ramadan. Belum lagi, nantinya setiap harinya juga akan diramaikan dengan stan-stan penjual takjil, panggung utama, hingga photo booth. (*/nug/mga/bbg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: