Siswa Bebas Pilih Mapel Unas
JAKARTA – Memberi kebebasan kepada siswa SMA untuk memilih mata pelajaran (mapel) ujian nasional (unas) berpotensi memunculkan masalah. Yakni siswa akan terkonsenstrasi pada mapel yang dipilih. Mendikbud Muhadjir Effendy meminta semua mapel tetap dipelajari sampai tuntas.
Muhadjir mengatakan tidak benar jika dengan sistem baru unas itu, siswa akan pilih-pilih dalam belajar di sekolah. ’’Semua mata pelajaran kan diujikan di USBN (ujian sekolah berstandar nasional, red),’’ katanya kemarin (26/12). Sehingga tidak ada alasan bagi siswa hanya belajar mapel yang dipilih untuk unas.
Seperti diketahui Kemendikbud menerapkan regulasi baru dalam Unas 2017. Diantaranya adalah mengepras jumlah mapel ujian dari enam menjadi empat. Tiga diantaranya adalah mapel wajib; bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika. Lalu satu mapel sisanya pilihan dari tiga mapel sesuai jurusan.
Siswa jurusan IPA bisa memilih mapel bilogi, kimia, atau fisika untuk diujikan unas. Sedangkan anak jurusan IPS memilih mapel geografi, sosiologi, atau ekonomi. Dan anak jurusan bahasa dapat memilih mapel sastra Indonesia, antropologi, atau bahasa asing.
Muhadjir justru mengatakan, kebijakan memberikan pilihan itu dapat memberikan dampak positif kepada siswa. Dampak positifnya yaitu anak bisa lebih fokus dalam belajar menjelang unas. Selain itu kebijakan ini juga bisa mengarahkan anak kepada peminatan tertentu.
Dia mengatakan kebijakan baru ini sudah disosialisasikan kepada jajaran dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota. Saat ini tinggal dinas-dinas untuk meneruskannya ke tingkat sekolah di wilayah masing-masing. Muhadjir menjelaskan masih cukup waktu untuk sosialisasi aturan anyar penyelenggaraan unas kepada para siswa tingkat akhir.
Wakil Ketua Komisi X DPR (bidang pendidikan) Ferdiansyah berharap Kemendikbud tidak grusa-grusu dalam membuat kebijakan unas. Termasuk dalam pengeprasan jumlah mata pelajaran, dia berharap sudah dikaji secara mendalam.
Sayangnya Ferdiansyah sama sekali tidak tahu apakah Kemendikbud menjalankan kajian mendalam sampai akhirnya keluar kebijakan pengeprasan itu. Termasuk kebijakan memberikan kebebasan siswa untuk memilih mapel unas.
Dalam pertemuan terakhir bersama Mendikbud Muhadjir, Ferdiansyah mengatakan tidak disinggung alternatif ketika rencana moratorium Unas 2017 ditolak Presiden Joko Widodo. Sepanjang pertemuan itu, menurut Ferdi, Mendikbud memaparkan alasan-alasan kenapa moratorium unas itu penting.
Dia mengatakan setiap ada perubahan teknis pelaksanaan unas harus dilandasi oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud). Sampai saat ini dia belum mendapatkan informasi apakah Mendikbud sudah mengeluarkan peraturan tersebut. Menurut dia peraturan ini penting karena terkait pelaksaan teknis unas.
Mantan Mendikbud Muhammad Nuh ikut merespon pengeprasan jumlah mapel unas itu. Menurut dia eksperimen yang dilakukan oleh Kemendikbud saat ini terlalu jauh. Bagi Nuh pelaksanaan unas yang menyangkut hajat hidup 7 juta siswa, tidak bisa digarap begitu saja.
Bapak satu anak itu menjelaskan ketika rencana moratorium unas ditolak oleh Presiden Joko Widodo, Kemendikbud sebaiknya menjalankan unas yang sudah jalan seperti biasa. Kalau mau ada eksperimen harus dikaji lebih mendalam. Tidak seperti sekarang yang terkesan sebagai respon atas ditolaknya rencana moratorium unas. (wan/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post