bontangpost.id – Sempat molor, Pemerintah Kota Bontang akhirnya menggelar rapat evaluasi Program Rantang Kasih, Rabu (11/5/2022) di Kantor Wali Kota Bontang.
Evaluasi tersebut dipimpin langsung oleh Wakil Wali Kota Bontang Najirah yang di dampingi oleh Sekretaris Kota Aji Erlynawati, Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos-PM) Bahtiar Mabe serta tim dari Dinas Kesehatan.
Wakil Wali Kota Bontang Najirah meminta menu yang disajikan bisa lebih layak. Pengembangan inovasi menu makanan juga diperlukan. “Sajian menu makanannya harus lebih inovatif, tapi juga memperhatikan standar kesehatan dan gizi yang sudah ditentukan,” ujarnya.
Diketahui, program Rantang Kasih menyasar 88 Lansia yang sama sekali belum tersentuh bantuan. Baik dari pusat maupun daerah. Rinciannya 28 lansia dari Kecamatan Bontang Utara, 32 lansia di Kecamatan Bontang Selatan dan 28 lansia di Kecamatan Bontang Barat.
Komponen yang dibahas dalam evaluasi tersebut meliputi menu yang disajikan hingga rincian anggaran.
Penyajian Menu Makanan
Terhitung dua bulan sejak diresmikan pada 1 Maret lalu, program yang digagas Basri-Najirah menuai sorotan. Salah satunya penyajian menu makanan. Misalnya saja, rincian komposisi menu pada Maret yakni telur sebanyak 22 kali, daging sapi 8 kali, daging ayam 16 kali, dan ikan 16 kali.
Melihat kondisi di lapangan, Dinsos-PM mengevaluasi dengan mengubah komposisi menu makanan yang disajikan. Yakni penyajian telur sebanyak 8-12 kali, daging ikan 16-24 kali, daging ayam 16-24 kali, daging sapi 6-10 kali.
“Tak hanya mengurangi penyajian telur, kami juga membatasi penggunaan gula, minyak, santan, garam bahkan ikan seperti tongkol karena berisiko memicu alergi,” ujar ahli gizi selaku perwakilan Dinkes Bontang.
Dijelaskannya, ketetapan komposisi gizi seimbang untuk lansia berdasarkan standar kesehatan maksimal 1.800 sampai 2.100 kalori. Meliputi karbohidrat 200-250 gram, sayur 100 gram, lauk hewani 50 gram, lauk nabati 40 gram, dan buah 100 gram.
“Itu standar maksimal yang kami berikan. Karena pada umumnya aktivitas lansia ringan. Kalau standar gizi yang kami berikan lebih dari itu maka akan menambah risiko penyakit,” bebernya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan yang menjadi PR pihaknya saat ini adalah mengembangkan inovasi dan pengemasan dalam menyajikan menu makanan.
“Kami akan koordinasikan dengan Pokmas. Nanti tiap Pokmas berhak untuk mengembangkan penyajian makanan,” ungkapnya.
Rincian Anggaran Rp 2 miliar
Dalam kesempatan tersebut Bahtiar Mabe menjelaskan bahwa mulanya program Rantang Kasih mendapat kucuran dana sebesar Rp 2 miliar. Namun, seiring pengajuan Rancangan Anggaran Belanja (RAB) dari tiga Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), anggaran yang dikeluarkan menyusut menjadi Rp 1,6 miliar.
“Sebenarnya itu miskomunikasi. Dari kebutuhan yang ada, sisa anggaran tersebut kami kembalikan ke kas daerah,” ujar Mabe.
Dalam kesempatan tersebut, ia merincikan belanja bahan sembako Rp 1.041.217.600 atau setara dengan 66,7 persen, pembayaran air, listrik, dan gas Rp 20.430.000 setara dengan 1,3 persen, pengadaan rantang dan keranjang Rp 22.440.000 setara dengan 1,4 persen, pengadaan peralatan Rp 14.100.000 atau 0,9 persen.
Selanjutnya, biaya pengantaran (termasuk BBM) asumsi 4 orang petugas senilai Rp 240.000.000 persentase 15,4 persen, upah pekerja pokmas Rp 184.500.000 atau dikisaran 11,8 persen, biaya rapat Pokmas Rp 5.940.000 setara dengan 0,4 persen, biaya ATK, laporan dan dokumentasi Pokmas sebesar Rp 31.306.800 setara dengan 2 persen.
“Total kontrak swakelola rantang kasih seluruhnya Rp 1.612.217.200 rupiah,” sebutnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post