bontangpost.id – Jelang Hari Raya Iduladha 1441 Hijriyah, sejumlah pedagang mulai menjajakan sapi kurban di sepanjang jalan-jalan protokol Bontang. Dari pantauan bontangpost.id, sentra penjualan sapi kurban setidaknya tersebar di sekitar Jalan Pupuk Raya dan Jalan KS Tubun.
Seorang pedagang, Nur menjelaskan, H- 25 jelang Hari Raya Iduladha, dari 54 sapi kurban dijualnya, sebagian besar sudah dilego. Kini yang tersisa tinggal 6 ekor saja.
“Mungkin 90 persen sudah terjual,” ujarnya kala disambangi bontangpost.id di Jalan Pupuk Raya, tempat dia membuka kios sementara tempat penjualan sapi kurban, Senin (6/7/2020) siang.
Tingginya animo masyarakat membeli sapi di tempatnya, lantaran pada dasarnya para pembeli itu merupakan langganan lama. Sehingga ketika mendekati hari raya, langganan hanya perlu memesan, memberikan uang tanda jadi, dan sapi disimpankan.
“Dari dulu memang kebanyakan langganan. Tinggal telpon, dan saya simpankan,” bebernya.
Adapun untuk harga sapi sangat bervariasi. Dibanderol dari harga Rp 15 juta sampai Rp 50 juta tergantung bobot sapi. Misalnya untuk sapi berbobot 230-240 kilogram, dibanderol Rp 15 juta. Sementara yang paling berat, sapi seberat 800 kilogram dihargai Rp 50 juta. Dibanding tahun sebelumnya, harga sapi relatif stabil.
“Tapi kebanyakan ambil sapi harga sedang, sekitar Rp 21 jutaan,” ungkapnya.
Dibeberkan Nur, pelanggan sapi kurban sebagian besar ialah masyarakat umum yang melakukan urunan. Misalnya, dalam satu kelompok berisi 7 orang. Tiap anggotanya urunan Rp 3 juta untuk membeli sapi harga Rp 21 juta.
“Ada juga yayasan dari perusahaan sini. Ambil agak banyak. Tahun lalu 10 ekor, sekarang 14,” ungkapnya.
Kata Nur, kendati pandemi, ternyata tingkat penjualan sapi kurban tak kurang. Bahkan naik ketimbang tahun sebelumnya.
“Saya enggak tahu juga kenapa. Alhamdullilah saja kalau naik,” ujarnya bahagia.
Adapun sapi kurban miliknya awalnya dipasok dari Palu, Sulawesi Tengah sekitar 4 bulan sebelum Hari Raya Iduladha. Sapi yang dipasok masih kecil, selanjutnya di peternakan miliknya baru dilakukan penggemukan.
“Semua sapi di sini dari Palu,” beber peternak yang juga mitra binaan sebuah perusahaan di Bontang ini.
Sementara peternak lain di Jalan KS Tubun, Rannu menuturkan belum bisa menaksir tren penjualan sapi kurban di tahun ini. Pasalnya, sebagai peternak mandiri dan tidak terlibat dengan perusahaan tertentu, tingkat penjualan sapi bisa dilihat H -15 hingga H -10 jelang Iduladha.
“Belum ada yang beli. Orang baru tanya-tanya,” ungkapnya kala ditemui di peternakan miliknya Jalan KS Tubun.
Rannu mengaku tak ada peningkatan harga sapi tahun ini. Masih stagnan saja. Dia membanderol sapi mulai Rp 15 juta untuk bobot 280 kilogram. Sementara paling berat, 430 kilogram dihargai Rp 34 juta.
“Kalau yang berat kurang pembelinya. Rata-rata dicari sapi harga Rp 20 juta,” ujarnya.
Seperti halnya Nur, seluruh sapi di tempat Rannu dipasok dari luar daerah. Semisal Palu dan Kupang. Sapi-sapi itu dikirim, dan digemukkan di Bontang. Untuk tahun ini, Rannu menyiapkan 74 ekor sapi kurban. Bila berkaca tahun sebelumnya, sapi kurban dagangannya hanya tersisa 3-4 ekor saja ketika hari Raya Iduladha menjelang.
“Yang sisa kami potong sendiri. Karena hari-hari juga jual daging sapi,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: