Oknum Guru SD di Bontang Diduga Lakukan Kekerasan Fisik, Cubit hingga Pukul Kepala Siswa

bontangpost.id – Seorang oknum guru berinisial SY yang mengajar di salah satu SD Negeri di Bontang diduga melakukan kekerasan fisik terhadap siswanya.

Murid yang duduk di bangku kelas III SD itu mengaku dipukul di bagian kepala dan dicubit beberapa kali.

Keterangan tersebut disampaikan langsung oleh orangtua siswa yang bersangkutan. Kepada redaksi bontangpost.id, orangtua siswa mengaku kejadian tersebut terjadi pekan lalu. Namun, ia baru mengetahui Senin, (16/10/2023) kemarin. Lantaran diinformasikan oleh orangtua korban yang lain.

Ia menyebut korban dugaan kekerasan fisik tidak hanya terjadi pada putranya. Melainkan juga kepada beberapa siswa lainnya.

“Iya, saya baru tahu dari orangtua teman anak saya yang anaknya korban juga. Malahan, anaknya itu lebih parah. Kepalanya dipukul sampai kena meja,” akunya, Selasa (17/10/2023).

Ia bilang, usai mendapat perlakuan tersebut, sang anak tidak pernah mengadu ke rumah. Lantaran diancam oleh oknum guru tersebut. Dengan cara mengumpulkan semua anak yang pernah dipukul di sebuah ruangan.

Pas anak-anak dikumpulkan di ruangan tersebut guru itu bilang begini, “aku enggak takut sama orang tuamu”. Makanya anak saya diam saja di rumah,” ucapnya menirukan oknum guru tersebut.

Apalagi selama di rumah anaknya terlihat murung dan enggan berangkat sekolah. Padahal sebelumnya ia anak yang ceria dan penuh semangat.

“Makanya saya heran juga. Kok enggak biasanya anak saya ini enggak mau sekolah. Ternyata dia ketakutan dan trauma karena ketemu gurunya yang mukul anak saya itu,” ungkapnya.

Disinggung mengenai alasan guru tersebut melakukan kekerasan fisik, orangtua pelajar tersebut menceritakan bahwa kejadian itu saat jam pelajaran di kelas. Anaknya kala itu sedang bergurau dengan teman sebangkunya. Namun, oknum guru tersebut langsung memukul kepala sang anak dan rekan sebangkunya.

“Jangan lah langsung main fisik. Siapa orangtua yang terima kalau anaknya diperlakukan seperti itu. Coba ditegur lisan kalau enggak bisa sampaikan ke orangtua,” timpalnya.

Usai menerima informasi tersebut, dia langsung mengadukan kepada kepala sekolah untuk meminta memindahkan guru tersebut. Kepala sekolah pun berjanji untuk menindaklanjuti hal itu dengan berkoordinasi dengan Disdikbud Bontang.

“Kalau saya maunya guru itu dipindah. Disdik harus merespons kejadian tersebut. Kalau Disdik tidak mau dan tidak ada tindakan bisa jadi kami lanjutkan ke pihak kepolisian,” tuturnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Sekolah SD Negeri yang bersangkutan membenarkan bahwa kejadian itu dilakukan oleh oknum guru di lingkungan sekolah. Adapun status oknum guru tersebut sebagai PNS.

Pria tersebut mengatakan saat kejadian ia tidak di kawasan sekolah lantaran tengah melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Kendati demikian ia telah menindaklanjuti laporan wali murid dengan memanggil langsung guru yang bersangkutan.

“Saya sudah panggil untuk menanyakan kebenarannya. Di hadapan saya oknum guru yang bersangkutan mengakui hal itu karena khilaf,” ucapnya saat dijumpai di ruang kerjanya.

Mengenai permintaan orangtua murid untuk memindahkan guru tersebut, dia bilang hal itu tidak lah mudah. Sebab ada beberapa tahapan proses yang harus dilalui. Salah satunya harus menyiapkan sekolah mana yang ingin menampung oknum guru tersebut. Meski begitu ia akan berupaya mencari solusi lain.

Berdasarkan pengakuan oknum guru, alasan oknum guru melakukan kekerasan fisik terhadap dua siswanya itu karena asyik bergurau dan membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung.

Upaya menegur secara lisan sudah dilakukan guru tersebut. Namun, tidak diindahkan. Alhasil, dia langsung melakukan hukuman fisik dengan tujuan untuk memberi efek jera. Oleh sebab itu, kepala sekolah ingin menyelesaikan kejadian ini secara internal tanpa melibatkan Disdikbud Bontang.

“Saya tidak tahu ya seberapa keras guru ini memukul korban. Karena saya belum menanyakan secara detail. Yang jelas saya sudah beri arahan bahwa sebagai pendidik tidak dibenarkan memberi hukuman fisik,” ujarnya.

Selama mengabdi menjadi kepala sekolah yakni dua tahun, ia belum pernah mendengar ada korban lain. Adapun anak tidak berani melapor lantaran adanya dugaan pengancam dari oknum guru turut dibantah.

“Untuk keterangan sementara cukup dari saya saja. Karena saya berusaha menyelesaikan secara internal. Nanti kalau sudah ada kelanjutan silakan konfirmasi langsung dengan oknum guru,” tutupnya. (*)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version