Okupansi Ruang Isolasi Terus Menipis

bontangpost.id – Ancaman gelombang ketiga paparan virus korona kian nyata. Di Kota Bontang okupansi ruang isolasi pun telah menipis. Dari tiga rumah sakit rujukan Covid-19, hanya di RSUD Taman Husada yang masih tersisa. Selebihnya kapasitas tempat tidur terisi pasien terkonfirmasi virus dari Wuhan, Tiongkok tersebut.

RS LNG Badak pun menyatakan merawat delapan pasien di ruang Poli Covid. Jumlah tersebut sesuai dengan kapasitas ada. Ketua Tim Covid-19 RS LNG Badak dr Indah menyebut bahkan ada dua pasien tambahan yang tertangani di ruang lain. Tepatnya pada bangunan yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan alat pelindung diri tenaga kesehatan (nakes).

“Jadi kami pindahkan sementara APD-nya di ruangan lain. Total kami merawat 10 pasien. Okupansinya sudah 100 persen lebih,” kata dr Indah.

Bahkan rumah sakit sempat tidak dapat melayani pasien rujukan dari Puskesmas Bontang Selatan 1. Mengingat tidak ada ruagan lagi. Pihak rumah sakit masih berupaya untuk menambah kapasitas. Mengingat ada bangunan pelayanan rawat inap bisa dijadikan tempat pasien Covid-19.

“Prosesnya bertahap karena masih dalam masa persiapan,” ucapnya.

Kondisi serupa terjadi di RS Pupuk Kaltim. Hingga Jumat (8/1) pukul 12.00 Wita pasien Covid-19 yang dirawat sejumlah 55 orang. Padahal ketersediaan di rumah sakit tersebut hanya 50. Dirut RS Pupuk Kaltim Group dr Nurul Fathoni menyatakan situasi di Kota Taman terkait pandemi cukup mengkhawatirkan. Okupansi ruang isolasi sudah mencapai 110 persen.

“Jadi ada yang kami tambahi extra bed dalam satu ruangan. Karena merupakan satu keluarga. RS rujukan Covid pada penuh semua,” tutur dr Nurul.

Skema jika ada tambahan pasien akan tetap dilayani meski kapasitas penuh. Pasien yang masuk akan diarahkan ke IGD Covid untuk dilakukan triage pemilhan. Pasien bergejala ringan diarahkan ke safe house yang disiapkan perusahaan. Namun bila dapat mandiri makan dipersilakan untuk isolasi diri di rumah masing-masing.

“Kami juga tetap berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk skema lainnya,” sebutnya.

Pasien yang dirawat di ruangan isolasi rumah sakit menjalani monitoring super ketat. Bila kondisi tubuh membaik bisa dipindahrawatkan ke safe house. Fasilitas ini khusus bagi mereka yang berstatus OTG dan gejala ringan.

“Tenaga kesehatan rumah sakit tetap memantau perkembangan fisik dan gejala pasien. Kendati berada di safe house,” ujarnya.

Satu-satunya yang terdapat ketersediaan ruangan yakni di RSUD Taman Husada. Wakil Direktur Pelayanan RSUD Taman Husada drg Toetoek Pribadi Ekowati menyatakan 15 pasien dirawat di ruang isolasi Poli Covid. Setara dengan ketersediaan ruangan yang dibuka manajemen.

Langkah penambahan kapasitas sudah dilakukan manajemen. Dengan membuka ruang Cempaka yang semula untuk perawatan anak menjadi ruang isolasi Covid. Dari 10 tempat tidur yang disediakan kini telah terisi tujuh pasien.

“Cempaka dibuka untuk mengantisipasi lonjakan kasus,” terangnya.

Dia menjelaskan penambahan ruangan yang dibuka ini tidak ada artinya. Bila masyarakat tidak menaati protokol kesehatan (prokes). Sebab prokes merupakan jurus jitu dalam menangkal virus korona.

“Kasus infeksi ini jika tidak ditekan dengan prokes tidak berhasil menyelesaikan masalah. Mau dibuka berapa pun ruangan tidak akan cukup tanpa penekanan kasus di masyarakat,” pungkasnya. (*/ak)