Oplos Pertalite dengan Pewarna, Raup Untung Rp2 Miliar

Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri mengungkap kasus penipuan penjualan BBM di SPBU (ANTARA/Laily Rahmawaty)

bontangpost.id – Bareskrim membongkar SPBU yang memalsukan bahan bakar minyak jenis Pertamax. Empat SPBU yang pengelolanya saling mengenal itu, ”meracik” Pertalite menjadi Pertamax. Dalam setahun, keuntungannya mencapai Rp2 miliar.

Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter) Bareskrim Brigjen Nunung Syaifuddin mengatakan, awalnya ditemukan dua SPBU nakal yang memalsukan Pertalite menjadi Pertamax. Yakni di Jalan HOS Cokroaminoto dan Jalan KH Hasyim Ashari, Tangerang.

”Dari dua ini dikembangkan ke dua SPBU lain,” katanya.

Dua SPBU hasil pengembangan tersebut adalah SPBU Jalan Arteri Kelapa Dua, Jakarta Barat, dan SPBU Jalan Raya Bogor, Depok. Pengelola empat SPBU itu saling mengenal.

”Mereka saling belajar meracik Pertalite menjadi Pertamax,” bebernya. Tersangka juga menambahkan bubuk pewarna merek Coloursea warna biru.

Untuk ribuan liter Pertalite, hanya dibutuhkan dua sendok pewarna tersebut. ”Hasilnya, Pertalite menjadi berubah warna biru gelap. Saat sudah di tangki kendaraan, tidak terlihat bedanya antara asli dan palsu,” terangnya.

Menurut Nunung, saat Pertamax asli dan palsu disandingkan, terlihat jelas perbedaannya. Yang asli berwarna biru terang, sedangkan yang palsu biru gelap.

”Beda sekali kalau diisikan ke botol air mineral,” kata dia.

Para tersangka mengetahui modus pemalsuan BBM tersebut di wilayah Sumatera. Hanya, pemalsuan di wilayah Sumatera dilakukan di dalam truk tangki. Sedangkan tersangka menerapkannya di SPBU.

Tersangka memalsukan Pertalite menjadi Pertamax demi mengejar keuntungan Rp2.500 per liter. Hitungan penyidik, keuntungan yang diraup tersangk dalam setahun mencapai Rp 1,5 miliar hingga Rp 2,2 miliar.

”Lima tersangka ditangkap dalam kasus ini,” ungkap Nunung.

Kelimanya adalah RHS (pengelola SPBU), AP dan DM (manajer SPBU), serta RY dan AH (pengawas SPBU). Bareskrim menyita sekitar 29 ribu liter Pertamax palsu dari empat SPBU itu.

Menurut Nunung, kasus empat SPBU tersebut hanya salah satu kasus yang diungkap Dittipidter Bareskrim. Sejak Januari 2024, ada 17 kasus SPBU nakal dengan beragam modus.

”Salah satu modus paling banyak mengurangi volume bahan bakar,” paparnya. Modus memalsukan Pertamax dari Pertalite tergolong modus baru.

Terpisah, Dirut Pertamina Nicke Widyawati sepakat perlu ada ketegasan agar SPBU yang melakukan kecurangan dicabut izinnya.

”Kami cabut saja izinnya karena ini tidak bisa ditoleransi, khususnya untuk konsumen,” tegasnya pada rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI kemarin.

Nicke memastikan Pertamina akan terus menampung masukan dan laporan dari masyarakat terkait SPBU nakal. Meski begitu, Pertamina tetap harus berhati-hati dalam menutup SPBU yang melakukan kecurangan karena harus memerhatikan ketersediaan BBM di daerah tersebut.

”Satu hal memang ketika mencabut izinnya, kita harus memastikan ketersediaan di daerah tersebut. Jadi, harus ada sebelum nanti pengusaha yang baru yang menggantikan,” tuturnya. (idr/dee/c9/fal/jpg/riz/k15)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version