bontangpost.id – Sudah sebulan, warga RT 16 Selangan tidak dapat menikmati listrik lagi. Gara-garanya, mesin panel surya yang terdapat di pulau itu mengalami kerusakan. Warga pesisir ini pun kembali mengandalkan lampu pelita saat malam tiba.
Hal itu disampaikan Ketua RT 16 Selangan, Helmuddin. Selain mengandalkan lampu pelita, ada pula yang menggunakan mesin genset. Namun dari 27 rumah di pulau itu, hanya sekira 10 rumah saja yang memakainya.
“Kata penjaganya yang rusak itu stater-nya,” ungkapnya saat dihubungi bontangpost.id, Minggu (7/6/2020).
Akibat panel surya yang rusak tersebut, beberapa kegiatan pun terganggu. Selain pekerjaan Helmuddin sebagai RT, aktivitas pendidikan anak-anak juga terdampak. Mereka pun mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.
“Saya kalau mau kerja harus ke darat dulu, karena pakai laptop jadi ke Bontang saja. Waktu tempuh sekitar 30 sampai 45 menit pakai kapal kelotok,” katanya.
Dia berharap pembangkit listrik tenaga surya itu dapat segera diperbaiki, agar warga dapat menikmati listrik kembali, serta anak-anak dapat belajar di rumah. Katanya, jika menggunakan mesin genset, warga harus mengeluarkan biaya lebih. Padahal, saat ini ekonomi warga juga tengah susah pada masa pandemi Covid-19.
“Saya tanya kapan diperbaiki, katanya habis lebaran. Karena masih covid ini, alatnya masih dipesan,” ujarnya.
Sementara itu Kepala SDN 015 Bontang Selatan, Titik Purwantiningsih mengakui, akibat kerusakan panel surya tersebut aktivitas belajar mengajar secara daring harus dihentikan. Mengingat akses wifi yang disediakan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Bontang sebagai penguat internet di wilayah pesisir tersebut, tidak dapat digunakan lantaran bergantung terhadap listrik.
“Kami awalnya secara online (kegiatan belajar mengajar), pas panel suryanya bagus,” ujarnya.
Agar aktivitas belajar mengajar tetap berlangsung, pihaknya pun harus merubah sistemnya dengan cara tatap muka. Para murid mendatangi guru-guru yang tinggal di wilayah tersebut, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, seperti jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan.
“Ada guru yang tinggal di sana sebanyak 5 orang, dan murid di sana juga sedikit jadi masih bisa. Paling banyak satu kelas itu 7 orang, itu kelas 3,” ucapnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post