bontangpost.id – Jelang Ramadan, komoditas cabai merah besar mengalami gejolak harga. Salah satu pedagang di Pasar Rawa Indah Ihsan mengatakan tiap kilogram kini dijual seharga Rp 60 ribu. Padahal pekan lalu harga masih berada di angka Rp 45 ribu tiap kilogramnya.
“Naik sejak Jumat (2/4/2021) lalu,” kata Ihsan.
Ia tidak mengetahui faktor pasti penyebab meroketnya harga komoditas tersebut. Namun, ketersediaan pasokan kini juga berkurang. Cabai merah besar ini disuplai dari lokal. “Saya dengar karena banyak petani yang gagal panen sehingga ketersediaannya sedikit,” ucapnya.
Pemkot Bontang telah melakukan monitoring harga pada Senin (5/4/2021) di ketiga pasar. Kegiatan ini memastikan jumlah stok mencukupi kebutuhan. Serta pemantauan gejolak harga yang terjadi. Kabid Ketahanan Pangan DKP3 Bontang, Debora Kristiani menegaskan ke-11 bahan pokok tersebut aman jelang Ramadan.
”Pemantauan juga dilakukan di sejumlah agen. Itu lebih ke Diskop-UKMP. Tapi data hariannya dari mereka juga kami pegang,” ujar Debora.
Dari ke-11 bahan pokok tersebut, 9 di antaranya mengalami kenaikan. Tapi stoknya masih terjaga. Yang mengalami gejolak cukup tinggi ialah minyak goreng, kedelai, bawang merah, cabai rawit dan bawang putih. Harga beras medium mulai merangkak naik. Meski tidak signifikan. Harga acuan beras dipatok Rp 11.028 per kilogram. Hasil monitoring menunjukkan kenaikan menjadi Rp 11.067 per kilogram. Atau mengalami gejolak 0,35 persen.
Hal sama juga berlaku untuk cabai rawit. Harga acuan cabai rawit dipatok Rp 80.044 per kilogram. Kini melonjak jadi Rp 103.333 per kilogram. Mengalami gejolak 29,10 persen. Debora bilang cabai rawit meroket karena stok dari petani juga terbatas. Gejolak harga terjadi lantaran banyaknya gagal panen di daerah penghasil cabai. Seperti di Sulawesi dan Jawa. Karena musim hujan, sehingga cabai diserang hama penyakit dan gagal pangen.
Sementara untuk cabai kecil reguler, justru mengalami penurunan. Usai bertahan di angka Rp 100-110 ribu per kilogram sepanjang Maret 2021, kini harga mulai merosot jadi Rp 85 ribu per kilo. Harga ini masih kurang dijangkau konsumen. Sebab sebelum melambung, harga cabai terpantau Rp 50-60 per kilo. Itu di awal 2021 lalu. Sebabnya, pembukaan Pelabuhan Loktuan diharapkan dapat menekan harga cabai yang harganya terlampau ”pedas” sepanjang Maret lalu.
”Jadi kalau lewat pelabuhan biaya pengiriman cabai dari Pare-Pare (Sulsel) bisa ditekan. Enggak mesti lewat Samarinda lagi,” harapnya.
Dikatakan Debora, kebutuhan pangan di Bontang sangat tergantung dari pengiriman luar daerah. Dengan persentase 90 persen dari luar, dan 10 persennya ditalangi petani lokal. Seperti sayuran hijau dan cabai lokal.
”Bontang kan bukan daerah penghasil. Jadi sebagian besar memang ya bergantung pengiriman dari luar,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: