BONTANG – Pawai Ogoh-Ogoh yang digelar oleh Paguyuban Bali merupakan salah satu rangkaian acara menyambut Hari Raya Nyepi. Namun di Bontang, Pawai Ogoh-Ogoh dikemas juga sebagai pelestarian budaya nusantara. Mengingat peserta pawai diikuti oleh berbagai paguyuban daerah. Selama 3 tahun berturut-turut pelaksanaan pawai tersebut dianggarkan secara swadaya, sehingga panitia mengharapkan ada dukungan dari Pemkot Bontang.
Pawai yang diikuti oleh 12 peserta dari berbagai paguyuban diawali di depan Rujab Wali Kota Bontang. Di sana, mereka melakukan deklarasi anti hoax atau berita bohong. Hal tersebut dilakukan demi menghindari perpecahan akibat isu SARA, dan untuk menjaga kesatuan persatuan NKRI. Sehingga mereka sepakat untuk menolak dan menentang keras berita hoax atau berita bohong yang dapat mengadu domba bangsa dari pihak manapun. Mereka juga akan mendukung sepenuhnya upaya Polri dalam penegakkan hukum serta mengusut tuntas penyebaran berita bohong.
Sebelum para peserta melakukan pawai, Paguyuban Bali menampilkan tarian khas bali oleh 5 orang penari cilik. Selanjutnya peserta pawai pun dilepas oleh Wakil Wali Kota Bontang Basri Rase. Rute yang dilalui para peserta pawai ialah Kantor Wali Kota Lama Jalan Awang Long, Ramayana, Jalan R Soeprapto, Parikesit, Kantor Wali Kota lama, Bontang Mangrove Park (BMP) Salebba.
Ketua Panitia Pawai Ogoh-Ogoh I Putu Bagus mengatakan, pada dasarnya ogoh-ogoh itu melambangkan sikap sadribu dalam diri manusia, sehingga diwujudkan dalam satu bentuk patung kebaikan melawan kejahatan. Namun demikian, berhubung umat Hindu di Bontang tidak banyak, makanya mereka mengajak masyarakat Bontang yang memiliki adatnya masing-masing. “Kami memanggil Paguyuban Kediri, Paguyuban Sunda, serta lainnya untuk memperlihatkan budaya mereka seperti apa, jadi bisa diperlihatkan di acara pawai ini,” jelas Putu, Minggu (11/3) kemarin.
Kata dia, rangkaian acara tahun ini, tidak sama seperti tahun lalu. Kemungkinannya, pembakaran akan dilakukan setelah acara Melasti yakni tanggal 14 Maret. “Kami harapkan kegiatan ini bisa didukung pemerintah, karena selama 3 tahun ini anggaran yang digunakan adalah swadaya, jadi mudah-mudahan kedepan bisa dibantu oleh pemerintah,” ungkapnya.
Ketua Panitia Hari Raya Nyepi, I Wayan Raga menjelaskan, bahwa tahun 2018 ini Umat Hindu di Bontang merayakan 3 perayaan sekaligus. Mulai dari Yodalan yakni ulang tahun Pure, juga perayaan Saraswati dan Hari Raya Nyepi. Dalam perayaan Saraswati ini, para Umat Hindu akan melakukan ibadah sembahyang di Pure. Sementara perayaan Hari Raya Nyepi, rangkaiannya di mulai Minggu ini hingga Minggu depan. “Sebelumnya, tanggal 4 Maret kami jadwalkan kegiatan bakti sosial berupa donor darah namun kami undur ke tanggal 25 nanti karena ada yang meninggal dunia,” ungkap dia.
Kegiatan Pawai Ogoh-Ogoh pun merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan menjelang Perayaan Nyepi. Setelah Melasti, nanti ogoh-ogoh akan dibakar, namun pihaknya akan melihat situasi terlebih dahulu. Ogoh-ogoh ini pun dijadikan sebagai kegiatan seni. Sementara Melasti yang dilakukan pada 14 Maret mendatang bertujuan untuk penyucian atau pembersihan diri lahir batin, juga untuk alam. “Puncak acaranya nanti saat ngerupuk sangu atau pembakaran, setelah itu dilanjutkan pujowali untuk perayaan ulang tahun Pure,” ujarnya.
Setelah itu, barulah umat dipersilakan pulang ke rumahnya untuk kegiatan ngerupuk di rumah masing-masing. Dini hari sekira pukul 24.00 Wita, untuk persembahyangan Saraswati. “Karena kami mengadakan 3 perayaan sekaligus, maka kami konsultasikan ke Parisarna Hindudarma dan diberikan masukan seperti itu, jadi usai sembahyang Saraswati, kami langsung melanjutkan perayaan Nyepi,” beber dia.
Sabtu pagi mulai jam 06.00 Wita, Umat Hindu mulai melakukan nyepi hingga hari Minggu pukul 06.00 Wita. Minggu (18/3) umat Hindu sekira pukul 05.00 Wita akan kembali ke Pure untuk persembahyangan ngembak geni yakni prosesi menyalakan api.
Saat Nyepi, para Umat Hindu tak boleh melakukan amati karya atau dilarang bekerja, amati geni yakni tidak boleh menyalakan api, amati lelungan yakni tidak boleh jalan, dan amati lelanguan yakni tidak boleh berpesta.(mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: