BALIKPAPAN-Selama sepekan terakhir, sebagian wilayah Kaltim masih merasakan potensi hujan dengan intensitas lebat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hal serupa terjadi di penjuru wilayah Tanah Air. Akibat adanya sirkulasi siklonik di sekitar Selat Karimata yang hingga saat ini masih teridentifikasi aktif.
Keberadaan sirkulasi siklonik itu menyebabkan terbentuknya pola konvergensi dan belokan angin. Semua itu yang mendukung peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian barat. BMKG menjelaskan, kondisi tersebut juga tidak terlepas dari tingkat labilitas udara yang signifikan.
Itu berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di sebagian Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Berdasar laporan prakiraan BMKG, Kaltim juga termasuk wilayah yang mengalami curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai kilat atau petir.
“Terutama di sebagian area Berau. Itu membuat potensi banjir masih bisa terjadi hingga besok,” kata Kasi Data dan Informasi BMKG Balikpapan Mulyono Leo Nardo. Seperti diketahui, saat ini banjir masih menghantui Samarinda dan Berau.
Berdasarkan peringatan dini cuaca yang dibuat oleh BMKG Balikpapan, potensi hujan lebat terjadi di Long Bangun, Tabang, dan Long Iram. Dia menjelaskan, sejauh ini pengaruh cuaca buruk belum memberikan dampak bagi penerbangan. Baik penerbangan di Samarinda, Balikpapan, dan Berau masing-masing masih terpantau aman.
“Yang berdampak adalah akses jalan menuju bandara karena terendam banjir,” imbuhnya. Menurut peta prakiraan berbasis dampak hujan lebat di Indonesia, Kaltim termasuk lolos dari waspada potensi banjir dan longsor. BMKG menyatakan, beberapa wilayah berstatus siaga banjir dan longsor, terutama bagian barat.
Status siaga di antaranya Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Jawa Barat. Sementara status waspada untuk Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Sementara kondisi di Kaltim, prakiraan cuaca menunjukkan selama dua hari hingga Senin (20/1/2020) cenderung cuaca udara kabur, kabut, dan berawan.
Suhu rata-rata sekitar 23-30 derajat celsius. Serta kelembapan 75–100 persen. Kemudian ketinggian gelombang di perairan Balikpapan, Samarinda-Bontang, dan Kota Baru bagian timur terpantau aman. “Ketinggian gelombang di Selat Makassar bagian tengah ini sekitar 0,5 sampai 1,25 meter,” ucapnya.
Secara umum kondisi angin dari timur laut – tenggara disertai hujan lokal dan kecepatan angin sebesar 2-20 knots. Ada pun waspada gelombang tinggi terjadi di Selat Makassar bagian utara dan perairan barat Sulawesi Tengah. Dengan ketinggian mencapai 1,25 hingga 2,50 meter.
“Sementara untuk kapal nelayan, gelombang di atas 1,25 meter sudah masuk kategori berbahaya. Jadi waspada bagi nelayan dan pemancing,” ucapnya. Namun untuk kapal besar masih bisa berlayar, tetapi harus tetap waspada terjadi perubahan cuaca buruk di pelayarannya. Dia mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari cuaca buruk.
Misalnya banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin. “Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi diimbau agar selalu waspada,” tuturnya.
Mulyono mengatakan, puncak musim hujan seharusnya berada pada Desember dan Juni. Namun, kali ini, ada pergeseran tiga dasarian dari Desember. Jadi, puncak musim hujan di Kaltim masih bergeser hingga Januari. “Musim hujan dapat berlangsung hingga Juni ini. Informasi untuk musim kemarau akan kami update Mei atau Juni,” tutupnya. (gel/rom/k16/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post