BONTANG – Rencana pembangunan kilang di Bontang makin tak jelas jelas. PT Pertamina bahkan enggan membeberkan progres skema kerja sama dengan pihak perusahaan internasional.
Usai mendampingin Menteri ESDM Ignasius Jonan, Direktur Hulu PT Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, memang ada rencana pembangunan grass root refinery (GRR) dan saat ini masih proses persiapan lahan. “Perlu dipastikan tanah dan lahan siap untuk pembangunan kilang,” jelas Dharmawan di Bandara Badak LNG, Sabtu (1/12) kemarin.
Selain hal itu, pihaknya juga tengah mempersiapkan proses untuk procurement atau mencari mitra yang strategis dan menjalin kerja sama untuk pembangunan kilang. Meskipun sebenarnya, sudah ada investor dari Oman yang telah menjalin konsorsium dengan PT Pertamina. “Memang sudah ada (perusahaan konsorsium, Red.). Tetapi saya tidak dalam kapasitas untuk sharing progresnya. Tetapi memang ada potensi kerja sama dengan beberapa mitra internasional,” ungkapnya.
Wacana pembangunan kilang GRR di Bontang sudah sejak 2017 silam. Di awal 2018, Pemkot Bontang bahkan telah menggelar pertemuan dengan pihak Pertamina untuk membahas progres pembangunan kilang bersama TP4D dari Kejagung RI. Kala itu, PT Pertamina tengah menyiapkan framework agreement (FA) dengan perusahaan konsorsium asal Oman dan Jepang yang akan mendanai pembangunan kilang Bontang senilai Rp 130 triliun. Pembangunan fisik pun direncanakan di 2020 mendatang dan beroperasi tahun 2025.
Namun, saat kunjungan Menteri BUMN beberapa waktu lalu, Rini Soemarno menyatakan belum terjadi finalisasi investor. “Tetapi pembiayaan pembangunan kilang memang dari pihak swasta,” kata Rini.
IGNASIUS MINTA 8 TRAIN LNG DIAKTIFKAN
Dalam tiga tahun mendatang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Ignasius Jonan berharap 8 train yang berada di Badak LNG bisa diaktifkan kembali. Mengingat saat ini hanya tersisa 3 train LNG saja yang beroperasi.
Jonan mengatakan, jika Blok Merakes dan Blok Makassar Strait sudah memproduksi gas, diharapkan bisa meningkatkan produksi Badak LNG. “Mungkin 3 train, 4 train, hingga 5 train. Harapannya tahun 2021 dan 2022 bisa jalan lagi,” jelas Jonan usai plantour di Badak LNG, Sabtu (1/12) kemarin.
Namun demikian, lanjut mantan Menteri Perhubungan itu masih ada satu proyek gas lagi yang lebih besar yakni Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap kedua yang wilayah kerjanya di Selat Makassar. “Harapan kami, kalau itu terproduksi, mungkin nanti Badak harus mengaktifkan lagi 8 train LNG-nya,” imbuhnya.
Dalam kunjungannya, Jonan juga merasa terkesan dengan kondisi fasilitas Badak LNG yang masih terawat dengan baik dan modern. Selain itu, pihaknya mengapresiasi efisiensi biaya operasional Badak LNG yang paling rendah di dunia.
Dikatakan Jonan, dirinya baru melihat lingkungan PT Badak NGL yang sangat tertata rapi. Dari hal itu dirinya menyimpulkan jika fasilitas perusahaan masih terjaga dengan baik meski sudah 46 tahun dibangun. “Itu sesuai dengan standar keselamatan yang digunakan seluruh standar industri di Indonesia,” jelas Jonan usai menanam pohon ihau, buah asli Kalimantan, di Guest House Badak LNG.
Jonan berkunjung ke Bontang bersama Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, Kepala Biro Klik Agung Pribadi, Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani, Deputi Keuangan dan Monetisasi Parulian Sihotang, Direktur Hulu PT Pertamina Dharmawan H Samsu, PD & CEO PT Badak NGL Didik Sasongko Widi, Managing Director Fabrizio Trili, VP LNG Operations Yhenda Permana, serta Kepala Divisi Program dan Komunikasi Wisnu Prabawa Taher. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post