SANGATTA – Kenaikan tarif air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tuah Benua Kutai Timur berdampak langsung kepada para pengusaha. Praktis ongkos produksi semakin membengkak. Makanya mereka terpaksa putar otak agar bisnis tetap jalan.
Terhitung kenaikan tahap awal bulan lalu, beberapa pengusaha laundry, kue rumahan, dan penjual air galon sudah mengeluh. Pasalnya keuntungan mereka menipis. Makanya, untuk mengirit penggunaan air, mereka ‘mengoplos’ air PDAM dengan air Sungai.
“Untuk mencuci perabotan bekas membuat kue saya cuci menggunakan air sungai. Air PDAM mahal sekali,” ucap Herni salah seorang penjual kue di kawasan Masabang, Sangatta Selatan.
Banyak masyarakat yang belum mengetahui alasan naiknya tarif PDAM. Sehingga pengusaha kecil yang sangat bergantung pada air PDAM hanya pasrah.
“Mau gimana lagi. Mau harga kami dinaikkan juga kasihan. pelanggan sudah tahu harga galon hanya 5.000. Masa untuk minum saja harus mahal”, jelas Rina, salah seorang pemilik depot isi ulang di Sangatta Selatan.
Pengusaha kecil ini lebih memilih mempertahankan harga dan mengambil keuntungan tipis. Ada pula yang memilih membuat aliran air dari sungai untuk mengurangi pengeluaran yang melonjak.
“Saya lebih memilih mengendapkan air sungai yang di campur dengan air PDAM. Agar tidak terlalu kuning airnya. Jadi baju laundri juga tetap bersih,” jelas Suwarni pengusaha laundri.
Mereka mengharapkan tarif air tidak dinaikan kembali. Karena mereka merasakan menipisnya pendapatan jika tarifnya terus
meningkat. Hal tersebut terjadi karena minimnya informasi yang mereka dapat mengenai hilangnya subsidi air di PDAM Kutim.
“Kita inginnya harga air sudah jangan naik lagi. Kalau naik lagi ya penggunaan air sungai akan sepenuhnya. Tidak lagi campuran dengan air PDAM”, Ujar Suwarni.
Naiknya tarif tahap pertama telah meresahkan pengusaha yang usahanya bergantung dengan air. Bahkan informasi yang mereka terima, tarif air akan naik kembali di tahap ke dua Febuari mendatang membuat mereka semakin resah.
“Bulan lalu saja lihat tagihan sudah kaget, masa bulan depan naik lagi. Bisa bisa bangkrut begini”, ucap Herni. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: