Oleh: Nor Jannah
Divisi Rumah Baca di Rumah Kreatif Bontang
TANGGAL 17 Agustus menjadi momentum tahunan dimana kita memperingati Hari diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sudah 73 tahun Indonesia dipandang dan diakui di mata Internasional sebagai bangsa yang berdaulat.
Kemerdekaan yang diraih oleh para pahlawan dan pejuang terdahulu tentu secara prinsip adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa rahmat dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa mustahil Indonesia dapat terbebas dari penjajah Barat dan Jepang. Kita patut bersyukut akan hal itu.
Pertolongan-Nya dibarengi dengan spirit dan semangat para pejuang untuk melawan penjajah dalam membela agama dan bangsanya. Kemerdekaan tidak mungkin diraih hanya dengan kemalasan para pemudanya. Perjuangan tidak akan berhasil jika para pemudanya hanya fokus pada kepentingan sendiri.
Pemikiran, keringat, harta, bahkan nyawa siap mereka pertaruhkan untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Dengan bermodalkan peralataan yang sangat sederhana dibanding kecanggihan alat perang penjajah, tidak menyurutkan langkah perjuangan para pemuda.
Faktor lain yang mendukung tercapainya kemerdekaan ialah persatuan dan kesatuan para pejuang negara. Mereka bahu membahu bersinergi membela bangsa dan negaranya. Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu jua.
Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu perlawanan yang terkenal ialah perlawanan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta).
Kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa yang kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Nama Jayakarta diangkat dari Alquran Surah 48:1, Inna Fatahna laka Fathan Mubina. Makna Fathan Mubina adalah kemenangan Paripurna atau Jayakarta. Di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Jakarta. (Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid 1).
Tidak berhenti disitu, Portugis juga mendorong bangsa Eropa lain untuk ikut mencari untung, yakni Bangsa Spanyol. Keduanya sempat berebut kekuasaan di Maluku. Masuknya Belanda ke Indonesia juga sebagai akhir dari masa penjajahan bangsa Portugis (1602). Di sinilah berkembangnya sistem tanam paksa dan kekuasaan pasar belanda dengan mendirikan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie). Tidak berhenti disitu, Indonesia juga harus menahan pedihnya terjajah oleh bangsa Jepang selama 3,5 abad lamanya.
Terbebas dari belenggu penjajah yang dipersenjatai peralatan mematikan, kini Indonesia menghadapi “penjajah” baru. Di era milenial seperti sekarang ini, semua yang terjadi di negara bagian mana saja dapat dengan mudahnya kita akses dan ikuti. Hal itu juga membuat mudahnya mobilisasi manusia dan budaya. Sebut saja budaya kebarat-baratan, narkoba, korupsi, impor berlebihan, banyaknya produk serta tenaga kerja asing ilegal adalah segelintir “penjajah” yang bercokol di era milenial.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya barat dapat dengan mudahnya mempengaruhi generasi muda. Banyak dari generasi muda yang lebih mengetahui budaya barat ketimbang budaya asli Indonesia. Pergaulan juga semakin bebas, tidak mengenal lagi batasan. Budaya ikut-ikutan dan gengsian merebak, mengukur segala sesuatu secara materiil.
Tidak salah jika kaum milenial terus update terhadap hal-hal kekinian karena itu juga kebutuhan untuk mengembangkan potensi. Namun perlu disadari sebagai generasi penerus bangsa dengan penuh kesadaran untuk melestarikan budaya-budaya positif yang ada serta memiliki kepribadian santun dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah diajarkan orang tua kita dahulu.
Generasi muda menjadi sorotan zaman. Kemajuan dan kehancuran bangsa banyak bergantung pada kaum mudanya. Namun, kualitas generasi muda dapat hancur dengan mudahnya jika terjerat ke dalam lembah narkoba. Sistem saraf otak yang mengatur kecerdasan tidak lagi berfungsi.
Mereka tidak dapat lagi melakukan hal produktif apalagi memikirkan kemajuan bangsa. Tahun lalu, Kalimantan Timur menjadi provinsi paling rawan kedua di Indonesia karena banyaknya kasus narkoba yang terjadi. Begitulah cara mudah penjajah merusak masa depan suatu bangsa dan mungkin kita belum sadar bahwa kasus-kasus narkoba yang terjadi di negara kita adalah bagian dari penghancuran bangsa Indonesia.
Selain dari sumber daya manusia yang tinggi, Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun seringkali pengusaha bahkan pemerintah melakukan impor bahan baku atau bahan pangan secara berlebihan, dengan alasan lebih murah. Sikap konsumtif tersebut membuat pengusaha kita menjadi tidak mandiri dan ketergantungan produk luar, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lonjakan harga seperti saat dolar naik, semua bahan baku yang diimpor akan ikut naik pula. Secara tidak langsung bangsa lain menguasai negeri kita karena ketergantungan kita terhadap impor untuk pemenuhan kebutuhan.
Yang tidak kalah mengganggunya ialah serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA) ke Indonesia. Jumlah TKA hingga saat ini mencapai 126 ribu orang atau meningkat
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post