JAKARTA – Berulangkali menggagalkan penyelundupan bibit lobster atau biasa disebut baby lobster, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama TNI AL kembali mencegah terjadinya penyelundupan komoditas tersebut. Selasa (12/3) tim gabungan TNI AL berhasil mengamankan speed boat dengan muatan ratusan ribu baby lobster di Batam, Kepulauan Riau. Setelah dihitung total nilai baby lobster itu lebih dari Rp 37 miliar.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menuturkan, sudah ada sebelas kasus penyelundupan baby lobster yang berhasil digagalkan oleh aparat dan pemerintah sejak Januari tahun ini. Penangkapan di Pulau Sugi, Batam merupakan yang terbesar. Sore kemarin (13/3), KKP melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan, melepas liar 338.065 ekor baby lobster itu di perairan Senoa, Natuna.
”Ini semua harus kembali ke alam untuk kesejahteraan masyarakat. Khususnya, nelayan,” tegas Susi. Dihitung dari tahun 2015, pemerintah sukses menggagalkan 235 kasus dengan 6.999.748 ekor bibit lobster. Jumlah tersebut berpotensi merugikan negara senilai Rp 949 miliar. Di antara banyak jenis lobster ada dua yang paling diincar. Yakni lobster jenis mutiara dan lobster pasir.
Kedua jenis lobster itu banyak diminati lantaran punya harga jualnya yang lebih mahal dibanding lobster jenis lain. Tak ayal, banyak permintaan lobster mutiara dan lobster pasir dari restoran berbintang maupun warung makan seafood. Harga lobster pasir berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta. ”Sedangkan, lobster mutiara ini yang paling mahal,” ucap Susi. Yakni, mulai Rp 600 ribu untuk 200-300 gram hingga Rp1,8 juta dengan berat 2 kilogram.
Susi menyampaikan, pihaknya selalu mengawasi daerah-daerah penghasil lobster di Indonesia. Antara lain, sepanjang pantai barat Sumatera, pesisir selatan Jawa, Bali, Lombok, dan Saumlaki di Maluku. Terkait tangkapan terbaru, Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Arsyad Abdullah mengungkapkan bahwa tim khusus Fleet One Quick Response atau biasa disebut F1QR Komando Armada I turut serta dalam penangkapan tersebut.
Tim itu terdiri atas Detasemen Intelijen Koarmada I, Gugus Keamanan Lauat Koarmada I, Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjungpinang, serta Lanal Batam. Sesuai data dan informasi yang diperoleh, baby lobster yang berhasil mereka amankan hendak diselundupkan dari Batam ke Singapura. ”Menggunakan speed boat,” terang Arsyad. Jenderal bintang satu TNI AL itu pun menyebut, informasi dari intelijen menjadi kunci keberhasilan tim di lapangan.
”Berdasar informasi tersebut tim F1QR segera melakukan upaya penyekatan dengan membagi sektor,” jelas dia. Upaya itu dilaksanakan di sekitar Perairan Pulau Sugi. Tepatnya pada titik yang mengarah langsung ke perairan Singapura. ”Pengejaran difokuskan pada speed boat yang terlihat membawa barang bukti berupa cool box styrofoam berwarna putih,” ungkap Arsyad. Tidak kurang dua speed boat dikerahkan oleh tim F1QR.
Kedua speed boat itu, disebut Arsyad, berhasil menyudutkan penyelundup ratusan ribu baby lobster hingga speed boat yang dipakai para penyelundup kandas pada koordinat 00° 55′ 54″ LU – 103° 47′ 54″ BT. ”Sehingga berhasil diamankan oleh tim F1QR,” bebernya. Sayangnya, para penyelundup gagal ditangkap. ”Karena berhasil melarikan diri,” ungkap Arsyad. Dari speed boat itu, petugas mendapatkan sejumlah barang bukti.
Di antaranya 44 cool box stryofoam berisi ratusan ribu baby lobster. Temuan itu lantas diserahkan kepada KKP dan langsung dilepasliarkan kembali oleh petugas. Terhadap para penyelundup, TNI AL masih berusaha mengejar mereka. Komando Armada I sebagai komando utama yang bertugas di wilayah perairan Indonesia bagian barat berharap besar penyelundupan serupa tidak terulang. Sebab, itu merupakan pelanggaran berat. (han/syn/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda