Oleh Retno Furi Handayani, A.Md
( Ibu Rumah Tangga )
Indonesia baru saja didaulat menjadi tuan rumah penyelenggara perhelatan tokoh-tokoh perempuan dunia pada gelaran Sidang Umum ke-35 ICW (International Council of Women), pada tanggal 13-18 September 2018. Dalam pertemuan tersebut membahas bagaimana mentransformasi masyarakat melalui pemberdayaan perempuan. Perempuan dinilai memiliki peranan yang sangat penting dalam hal berinovasi di bidang industri kreatif dan mampu mendongkrak nilai perekonomian bangsa.
Perempuan di era milenial ini seakan dituntut untuk berbuat lebih. Bahkan mereka didorong untuk aktif di luar rumah dengan dalih persamaan gender dan eksistensi diri. Dan pada akhirnya profesi sebagai ibu rumah tangga bukan lagi menjadi pilihan. Padahal salah satu fungsi perempuan dalam Islam adalah sebagai Ummu Madrasatul ‘Ula yaitu ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ibu merupakan tempat pertama untuk anak bertanya tentang ilmu-ilmu kehidupan. Juga merupakan tempat ternyaman anak-anak dalam menceritakan pengalaman hidupnya. Jika ibu absen dalam hal ini maka bisa dipastikan anak akan kehilangan sosok orang yang mampu dijadikan tempat bertanya dan bercerita. Maka banyak kita lihat sekarang anak yang terjerumus dalam pergaulan yang salah. Ada yg terlibat tawuran, pergaulan bebas bahkan terjerat narkoba. Na’udzubillah…
Nilai ibu sebagai Ummu wa Robbatul Bayt atau ibu sebagai pengatur rumah, juga sering disubkontrakkan pada para asisten rumah tangga. Sehingga rumah seakan tak bernyawa karena tidak ada sosok ibu yang selalu mampu mengatur urusan domestik rumah. Sehingga tak jarang muncul kasus perceraian yang dipicu karena kurangnya komunikasi yang terjadi di dalam keluarga. Berdasarkan data dari Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung pada periode 2014-2016 perceraian di Indonesia trennya memang meningkat. Dari 344.237 perceraian pada 2014, naik menjadi 365.633 perceraian di 2016. Rata-rata angka perceraian naik 3 persen per tahunnya.
Perempuan sangat memegang peranan penting terhadap maju tidaknya sebuah peradaban. Dari tangan perempuanlah terlahir generasi penentu masa depan. Tidak terlalu berlebihan ketika ada pepatah mengatakan perempuan adalah tiang negara. Adanya mereka terwujudlah peran Ibu di sana. Tanpa mereka, Negara tak akan bisa menghasilkan generasi dambaan.
Pada masa kejayaan Islam, perempuan ditempatkan di posisi yang dimuliakan dan dilindungi hak-haknya. Istri baginda rasul Aisyah r.a misalnya beliau menjadi perempuan periwayat hadist terbanyak karena kecerdasannya. Sosok wanita lain yang cukup berpengaruh terhadap pendidikan Islam yaitu Fatimah Al Fihri, beliau adalah Muslimah pendiri Universitas tertua di dunia, Universitas Al Qarawiyyin. Kiprahnya di dunia pendidikan tak diragukan lagi.
Bagaimana peradaban yang madani ini bisa terwujud? Islam telah mengatur bagaimana menempatkan dan melindungi kehormatan wanita. Dimulai dari mengatur pakaian yang harus wanita kenakan. Bukan untuk mengekang kebebasan wanita namun untuk melindungi kehormatan wanita dari pandangan yang tidak bertanggungjawab. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Ahzab ayat 59 :
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Dalam kehidupan sosial, Islam juga mengatur bagaimana para wanita berinteraksi di area publik. Pemisahan area antara komunitas pria dengan komunitas wanita, bukan untuk membedakan strata mereka namun untuk melindungi para wanita dari segala fitnah dunia.
Dari segi ekonomi, dalam Islam wanita dibolehkan untuk menambah pendapatan untuk membantu perekonomian keluarga. Namun dengan tidak melupakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai pengatur rumah tangga. Wanita juga diperbolehkan untuk meraih pendidikan yang tinggi. Bukan sekedar menaikkan taraf berfikirnya namun lebih diutamakan untuk membentuk generasi pemimpin yang tangguh.
Banyak kisah dibalik seorang anak yang hebat ada ibu yang tangguh yang mendidiknya. Contohnya saja Imam al-Bukhari tumbuh besar sebagai seorang yatim. Ibunyalah yang mengasuhnya. Ibunya mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik. Mengurus keperluannya, mendoakannya, dan memotivasinya untuk belajar dan berbuat baik.
Saat berusia 16 tahun, ibunya mengajak Imam al-Bukhari bersafar ke Mekah. Kemudian meninggalkan putranya di negeri tersebut. Tujuannya agar sang anak dapat menimba ilmu dari para ualma Mekah. Dari hasil bimbingan dan perhatian ibunya, jadilah Imam al-Bukhari seperti yang kita kenal saat ini. Seorang ulama yang gurunya pernah mengatakan, “Tidak ada orang yang lebih hebat darinya (dalam ilmu hadits)”.
Jangan khawatir, duhai wanita. Allah menciptakan pria dan wanita sudah sangat sempurna dengan kodrat masing-masing dan peranan masing-masing. Walaupun wanita tidak nampak dipermukaan namun perannya pun tak kalah penting dalam membentuk peradaban. Karena sesungguhnya Allah tidak membedakan kedudukan tiap makhluknya kecuali dalam kadar ketaqwaannya di sisi Allah SWT. Seperti dalam firman Nya :
“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (QS. An-Nisa [4]: 124).
Tak lupa juga pentingnya peran negara untuk mewujudkan perlindungan terhadap kehormatan wanita. Karena hanya dengan diterapkannya syariat Islam oleh negara, wanita mampu memaksimalkan perannya dalam mencetak pemimpin masa depan tanpa harus terbebani pemenuhan kebutuhan yang kian hari kian mencekik.(*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post