MALANG – Film dapat menjadi alat untuk mempertahankan budaya asli sebuah daerah. Sayangnya, hingga saat ini jumlah film yang mengangkat budaya, termasuk menggunakan bahasa daerah hanya bisa dihitung jari. Hal tersebut lantaran, sebagian besar para pelaku perfilman sulit keluar dari zona nyaman untuk memberikan suatu karya yang berbeda.
“Kalau sekarang di Indonesia lagi ada film ramai satu, misal horor, semua bikin horor. Dulu cinta-cintaan ramai, semua bikin cinta-cintaan. Ini soalnya mereka gak bisa keluar dari zona nyaman. Jadi mereka bikin film yang dilingkaran-lingkaran itu saja,” ujar Produser dan Youtuber Bayu Skak pada Movie Talk yang bertemakan Film Indonesia: Antara Idealisme dan Industri di Aula Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (18/9) dalam rilis yang dikirim kepada Bontang Post.
Lebih lanjut pria yang berhasil menelurkan film Indonesia pertama yang menggunakan bahasa Jawa dan tayang di bioskop di seluruh Indonesia bertajuk Yo Wes Ben ini menyampaikan, perjuangan untuk mengangkat bahasa daerah perlu terus dilakukan. Ia pun mengaku kekuatan tekadnya untuk membuat film berbahasa Jawa logat Malangan ini juga mendapat apresiasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy.
“Pak Menteri menyimpulkan bahwa ini bagus agar ke depan orang-orang menggunakan bahasa daerah disetiap karya filmya. Kita bisa berguru ke tetangga kita India. Di sana itu setiap tahunnya film terus diproduksi. Bollywood, 20 persennya bahasa nasional, 80 persennya bahasa daerah. Ini kan tidak apa, yang penting ada subtitle-nya,” urai Bayu.
Apa yang disampaikan Bayu diamini oleh Ketua Prodi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM M. Himawan Sutanto yang menjelaskan bahwa Indonesia menjadi negara yang masih minim menggunakan bahasa daerah pada berbagai film yang dihasilkannya.
“Jika Korea Selatan memiliki puluhan sekolah film dan India ratusan sekolah film, Indonesia yang masih jarang. Kami berharap teman-teman, utamanya dari luar Jawa dan dari pulau-pulau yang terpinggirkan bisa mengembangkan film yang sifatnya lebih lokal, kuat dan matang,” katanya.
Staf Khusus Bidang Komunikasi Publik Mendikbud Nasrullah menambahkan Indonesia, khususnya Malang punya potensi besar untuk perkembangan perfilman Indonesia. Indonesia sendiri perlu kemajuan ekonomi dari industri kreatif. (zul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: