bontangpost.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi intensitas hujan ekstrem masih terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. BMKG menyebut perubahan iklim global menjadi penyebab utama kondisi tersebut.
Kondisi itu diprediksi menyebabkan terjadinya banjir hingga longsor. ”Kami mencatat dari perubahan iklim ini adalah meningkatnya intensitas curah hujan lebat,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal kemarin (20/2).
Akibat perubahan iklim itu, Herizal menjelaskan bahwa hujan lebat dalam kurun waktu sehari atau dua hari merupakan representasi hujan yang terjadi selama satu bulan. BMKG menyebut hujan dengan intensitas paling besar di Jakarta terjadi di awal tahun lalu. Menyentuh angka 370 milimeter per hari.
Untuk tahun ini, intensitas curah hujan ekstrem di Kalimantan tercatat yang paling besar. ”Ke depan kita akan melihat angka-angka ini lebih banyak lagi,” jelasnya. Lebih jauh Herizal menjelaskan, perubahan iklim mengakibatkan temperatur di bumi meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan itu sejalan dengan meningkatnya gas rumah kaca.
Dia menyebut sebelum revolusi industri, konsentrasi gas rumah kaca tidak pernah lebih dari 280 ppm. ”Sekarang sudah 400 ppm,” ungkapnya.
Secara teori, efek gas rumah kaca yang terus meningkat membuat temperatur udara di muka bumi semakin tinggi. Bukti paling nyata dari perubahan itu adalah menyusutnya gunung es. Di Indonesia, sebagaimana pengamatan yang dilakukan BMKG, luasan es di puncak Jayawijaya dari tahun ke tahun terus menyusut.
Karena itu, BMKG mengimbau semua elemen untuk bersinergi dalam menghadapi perubahan iklim saat ini. Semua pihak dengan kapasitas masing-masing dapat berkontribusi. Misalnya, melakukan penghematan dalam penggunaan energi. Baik itu energi fosil maupun energi rumah tangga. ”Kita juga harus perhatikan lingkungan kehijauan kita,” imbuh dia. (jpc)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: